ekonomi.bisnis.com
Open in
urlscan Pro
2606:4700::6812:95e
Public Scan
URL:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20191009/9/1157211/ingin-jadi-anggota-oecd-indonesia-harus-bereskan-masalah-ketimpangan-eko...
Submission: On November 27 via api from US — Scanned from DE
Submission: On November 27 via api from US — Scanned from DE
Form analysis
0 forms found in the DOMText Content
* Konten Premium * E-Paper * BisnisIndonesia.id * Bisnismuda.id * Konten Interaktif * Bisnis Plus * Bisnisgrafik * Tv.Bisnis.com * Hypeabis.id * Context.id Breaking News Masih di Mekkah, Rizieq Shihab Tak Nyoblos di Pilkada Serentak 2024 Pakai Kemeja Safari Coklat, Prabowo Nyoblos di TPS Hambalang Tok! Harga Tiket Pesawat Nataru Turun 10% Momen Akhir Tahun, GoSend Ungkap Tiga Barang yang Pengirimannya Meningkat BP Batam Gelar FGD Audit LMS dan Perumusan Proyeksi Investasi Dukung Industri Kreatif, Bank Mandiri Dorong Tenun Tradisional Go Global 11.600 Orang Tandatangani Petisi Tolak PPN 12%, Pak Prabowo Harus Tahu! Kelola Uang Lebih Mudah dengan Fitur Atur Limit di BRImo Pemberdayaan UMKM Perempuan di Purwokerto Lewat Budi Daya Lebah Klanceng Ekonomi Login Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro * Home Konten Premium * Ekonomi * APBN * Pajak * Industri * Infrastruktur * Energi * Trade * Translog * Properti * Ekonomi Global (Click to Visit) Konten Premium Bisniscom * Market * Kabar24 * Finansial * Tekno * Ekonomi * Style * Hijau * Bola * Otomotif * Infografik * Entrepreneur * Foto * Indeks Bisnis Network * Konten Premium * Bisnis Plus * E-paper * Bisnis Grafik * BisnisIndonesia.id * Bisnis TV * Konten Interaktif * BisnisMuda.id * Hypeabis * Context.id Bisnis Regional * Jakarta * Sumatra * Bandung * Surabaya * Banten * Kalimantan * Semarang * Sulawesi * Bali * Papua Available on: Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro * Home * Ekonomi * Ekonomi INGIN JADI ANGGOTA OECD, INDONESIA HARUS BERESKAN MASALAH KETIMPANGAN EKONOMI Alexander Bohmer, Head of the South and Southeast Asia Division in the Global Relation dari Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), menyatakan Indonesia memiliki bonus demografi yang sangat potensial untuk mendorong ekonomi. Namun saat ini, Indonesia tercatat masih sebagai key partner OECD bersama dengan Brasil, China, India, dan Afrika Selatan. Gloria Fransisca Katharina Lawi - Bisnis.com Rabu, 9 Oktober 2019 | 15:37 Share * * * * * * Perbesar Smallest Font Largest Font Bisnis.com, JAKARTA – Masalah kemiskinan dan rendahnya partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi di Indonesia menjadi penyebab sulitnya Indonesia menarik perhatian investor dan menjadi bagian dari Organisation for Economic Cooperation and Development. Alexander Bohmer, Head of the South and Southeast Asia Division in the Global Relation dari Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), menyatakan Indonesia memiliki bonus demografi yang sangat potensial untuk mendorong ekonomi. Namun saat ini, Indonesia tercatat masih sebagai key partner OECD bersama dengan Brasil, China, India, dan Afrika Selatan. Oleh sebab itu, Alexander menyatakan jika Indonesia ingin masuk kategori negara berpenghasilan tinggi atau negara maju pada 2045, perlu ada penuntasan atas masalah kesenjangan dan kemiskinan melalui investasi pendidikan bagi sumber daya manusia (SDM). “Ada tantangan di mana pendidikan itu memacu produktivitas, jadi isunya ada di pemerataan edukasi,” kata Alexander di Kantor Bappenas, Rabu (9/10/2019). Dia menyatakan, ekonomi di Indonesia memang memiliki kecenderungan untuk bertumbuh positif jika angka kesenjangan menurun, terutama kesenjangan penghasilan. Dia menyoroti masalah lainnya adalah aturan atau regulasi yang restriktif bagi investor. Alhasil, FDI yang masih tumbuh tinggi di Indonesia masih berpusat pada sektor perumahan, media, dan perikanan. Sementara itu, FDI dengan sumbangan tertinggi bagi pertumbuhan PDB yakni manufaktur tercatat tumbuh paling rendah di antara semua sektor. Baca Juga * Bappenas dan OECD Bahas Tantangan Ekonomi Indonesia Sementara itu, Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan Indonesia memang belum termasuk negara dengan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Pasalnya, kesenjangan akses ekonomi masih terjadi pada sebagian masyarakat Indonesia, khususnya penduduk perempuan. “Jadi ekonomi inklusif yang kita hadapi tantangannya, kesenjangan penghasilan, ketidaksetaraan gender, dan kesenjangan ekonomi regional,” kata Amalia. Dia menambahkan, dengan pencapaian gini rasio 0,39, kontribusi penduduk perempuan bagi ekonomi Indonesia baru 36,62%. Selain itu, kontribusi pendapatan kaum perempuan dari 2010 sampai 2016 tercatat tumbuh lambat. Adapun pada 2010, kontribusi penghasilan perempuan adalah 33,5%, dan pada 2016 sudah mencapai 36,42%. Menurut Amalia, kondisi ini menandakan masih besarnya kesenjangan gender yang membatasi produktivitas perempuan untuk mendorong ekonomi. “Mayoritas perempuan juga masih bergerak pada sektor informal,” sambung Amalia. Amalia mencatat, ada sejumlah provinsi di Indonesia yang masih mencatatkan kontribusi perempuan rendah dalam struktur perekonomian. Misalnya saja; Jambi, Jawa Barat, Lampung, Kepulauan Riau, Papua Barat, Bangka Belitung, Gorontalo, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur. Sementara daerah dengan kontribusi yang terendah di bawah 20% bagi perekonomian daerahnya antara lain; Pulau Taliabu, Kota Bontang, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Timur, Muna Barat, Kabupaten Mamuju Utara, Kabupaten Sukamara, Siak, Luwu Utara, dan Pringsewu. Ekonom senior Emil Salim menambahkan, untuk mewujudkan Indonesia bebas kemiskinan pada 2030, maka untuk menurunkan tingkat kemiskinan memerlukan keterlibatan dari semua masyarakat. Dia menegaskan pentingnya program pembangunan Indonesia 5 tahun ke depan tertumpu pada ekonomi, sosial, dan lingkungan yang setara. “Ini yang dikejar semua ini tertuju pada diri manusia agar kemiskinan hilang, otak berkembang, manusia pandai, kesehatan sehat, tidak ada stunting mencapai seluruh Tanah Air,” paparnya. -------------------------------------------------------------------------------- Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel Penulis : Gloria Fransisca Katharina Lawi Editor : Achmad Aris TOPIK * oecd Share * * * * * * Konten Premium DAPATKAN INFORMASI KOMPREHENSIF DI BISNIS.COM YANG DIOLAH SECARA MENDALAM UNTUK MENAVIGASI BISNIS ANDA. SILAKAN LOGIN UNTUK MENIKMATI ARTIKEL KONTEN PREMIUM. Premium 6 jam yang lalu KISI-KISI UNTUK PEMEGANG SAHAM GOTO SOAL LAJU 2025 Premium 7 jam yang lalu PILAH-PILIH SAHAM LAPIS DUA JELANG AKHIR TAHUN, MANA PALING PROSPEKTIF? Artikel Premium Lainnya ARTIKEL TERKAIT OECD BERI SARAN UNTUK KEREK PENDAPATAN RI, BUKAN CUMA PPN 12% OECD PREDIKSI PERTUMBUHAN EKONOMI RI CAPAI 5,2% PADA 2025 RI RENCANA GABUNG BRICS, SEKJEN OECD PASTIKAN PROSES AKSESI TAK TERPENGARUH BERITA LAINNYA * SELESAI NYOBLOS DI GEBLUG, CABUP ENDAH SUBEKTI: KAMI SEBAR SAKSI DI 1.355 TPS * NYOBLOS BARENG KELUARGA, KUSTINI OPTIMISTIS BISA MEMENANGKAN PILKADA SLEMAN * USAI NYOBLOS, AFNAN PANTAU PERHITUNGAN SUARA DI POSKO PEMENANGAN * MUDAH DIAKSES, LAYANAN PAYLATER DI INDONESIA TERUS TUMBUH * ACARA ANNIVERSARY KE-11 NORMA AESTHETIC CLINIC SUKSES GAET PELANGGAN BARU * TREN POSITIF PENJUALAN PRODUK ELEKTRONIK DI SOLO,TV DAN AC PALING DICARI BERITA TERBARU Ekonomi 2 menit yang lalu BAHLIL UNGKAP SKEMA SUBSIDI BBM BAKAL BERBENTUK KOMBINASI BLT DAN LANGSUNG KHUSUS TRANSPORTASI UMUM Energi & Tambang 10 menit yang lalu SUBSIDI BBM BAKAL DIUBAH JADI SKEMA BLT, INI KRITERIA & SYARAT PENERIMANYA Ekonomi 1 jam yang lalu TEKAN KEKERASAN, MENTERI TRENGGONO SIAPKAN SKEMA LINDUNGI ABK DI LUAR NEGERI Jasa & Niaga 1 jam yang lalu HARGA PANGAN HARI INI (27/11): CABAI HINGGA BERAS TURUN DI MOMEN PILKADA 2024 Jasa & Niaga 1 jam yang lalu MENKO PANGAN ZULHAS TANCAP GAS, KEJAR SWASEMBADA PANGAN SEBELUM 2027 Berita Lainnya Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro TERPOPULER 1 BPHTB RUMAH MBR DIHAPUS, PENGEMBANG: KADO ISTIMEWA BAGI PASAR PROPERTI 2 TOK! HARGA TIKET PESAWAT NATARU TURUN 10% 3 PPN NAIK JADI 12%, PRABOWO BAKAL GUYUR BANSOS UNTUK KELAS MENENGAH? 4 HISTORIA BISNIS: MOMEN SINGKAT GRUP SALIM JALANKAN PABRIK KARDUS 5 DITJEN PAJAK BANTAH TAK TERBUKA SOAL KENAIKAN PPN JADI 12% Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro # HOT TOPIC * PILKADA 2024 * PROGRAM TAX AMNESTY * PENETAPAN UMP * TARIF PPN 12% * KTT G20 BRAZIL * PILPRES AS 2024 * MAUNG PINDAD * SRITEX * RETREAT KABINET MERAH PUTIH * KABINET MERAH PUTIH Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro REKOMENDASI KAMI HISTORIA BISNIS: MOMEN SINGKAT GRUP SALIM JALANKAN PABRIK KARDUS DONALD TRUMP BAKAL NAIKKAN TARIF IMPOR CHINA, KANADA, DAN MEKSIKO TOP 5 NEWS BISNISINDONESIA.ID: HARGA AVTUR, RUMAH GRATIS, DAN SERANGAN API BAYANGAN TAK CUKUP BANGUN PABRIK, RI DORONG APPLE INVESTASI PROYEK AI MENGEJAR MAKAN GRATIS DARI AMERIKA SERIKAT, BRASIL, HINGGA KE NEGERI CHINA Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro LANGKAH ISTANA TANGANI BANYAKNYA ADUAN ISENG DI LAPOR MAS WAPRES 20 November 2024 FOTO 3+ Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro TERPOPULER 1 BPHTB RUMAH MBR DIHAPUS, PENGEMBANG: KADO ISTIMEWA BAGI PASAR PROPERTI 2 TOK! HARGA TIKET PESAWAT NATARU TURUN 10% 3 PPN NAIK JADI 12%, PRABOWO BAKAL GUYUR BANSOS UNTUK KELAS MENENGAH? 4 HISTORIA BISNIS: MOMEN SINGKAT GRUP SALIM JALANKAN PABRIK KARDUS 5 DITJEN PAJAK BANTAH TAK TERBUKA SOAL KENAIKAN PPN JADI 12% Connect With Us Copyright © 2024 - Bisnis Indonesia - 212 BIG Media Bisnis.com BisnisIndonesia.id BisnisMuda.id HypeAbis.id Context.id DataIndonesia.id Solopos.com HarianJogja.com BIG Services Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Konten Premium Bisnis Plus Bisnis TV BroadCash Regional Jakarta Bandung Banten Semarang Bali Sumatra Surabaya Kalimantan Sulawesi Papua Informasi Tentang Kami Info Iklan Kebijakan Privasi Kode Etik Kontak Kami Karir To top