flatjourney.wordpress.com
Open in
urlscan Pro
192.0.78.12
Public Scan
Submitted URL: http://flatjourney.wordpress.com/
Effective URL: https://flatjourney.wordpress.com/
Submission: On June 02 via api from US — Scanned from US
Effective URL: https://flatjourney.wordpress.com/
Submission: On June 02 via api from US — Scanned from US
Form analysis
3 forms found in the DOMPOST https://subscribe.wordpress.com
<form method="post" action="https://subscribe.wordpress.com" accept-charset="utf-8" style="display: none;">
<div>
<input type="email" name="email" placeholder="Masukkan alamat email Anda" class="actnbr-email-field" aria-label="Masukkan alamat email Anda">
</div>
<input type="hidden" name="action" value="subscribe">
<input type="hidden" name="blog_id" value="73103181">
<input type="hidden" name="source" value="https://flatjourney.wordpress.com/">
<input type="hidden" name="sub-type" value="actionbar-follow">
<input type="hidden" id="_wpnonce" name="_wpnonce" value="46700159a8">
<div class="actnbr-button-wrap">
<button type="submit" value="Daftarkan saya"> Daftarkan saya </button>
</div>
</form>
<form id="jp-carousel-comment-form">
<label for="jp-carousel-comment-form-comment-field" class="screen-reader-text">Tulis Komentar...</label>
<textarea name="comment" class="jp-carousel-comment-form-field jp-carousel-comment-form-textarea" id="jp-carousel-comment-form-comment-field" placeholder="Tulis Komentar..."></textarea>
<div id="jp-carousel-comment-form-submit-and-info-wrapper">
<div id="jp-carousel-comment-form-commenting-as">
<fieldset>
<label for="jp-carousel-comment-form-email-field">Surel (Wajib)</label>
<input type="text" name="email" class="jp-carousel-comment-form-field jp-carousel-comment-form-text-field" id="jp-carousel-comment-form-email-field">
</fieldset>
<fieldset>
<label for="jp-carousel-comment-form-author-field">Nama (Wajib)</label>
<input type="text" name="author" class="jp-carousel-comment-form-field jp-carousel-comment-form-text-field" id="jp-carousel-comment-form-author-field">
</fieldset>
<fieldset>
<label for="jp-carousel-comment-form-url-field">Situs web</label>
<input type="text" name="url" class="jp-carousel-comment-form-field jp-carousel-comment-form-text-field" id="jp-carousel-comment-form-url-field">
</fieldset>
</div>
<input type="submit" name="submit" class="jp-carousel-comment-form-button" id="jp-carousel-comment-form-button-submit" value="Kirim Komentar">
</div>
</form>
POST
<form method="post">
<input type="submit" value="Tutup dan terima" class="accept"> Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. <br> Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara
mengontrol cookie, lihat di sini: <a href="https://automattic.com/cookies/" rel="nofollow">
Kebijakan Cookie </a>
</form>
Text Content
Lanjut ke konten A FLAT JOURNEY A story reflect one personality, and every story led to a journey Tutup collapsed * Profile * Experience * Travel * A Story Andalan ROTARY, VAKSIN DAN POLIO. Tiga kata ini adalah kombinasi yang menarik dan ingin aku bahas dalam postingan blog kali ini. Topik yang tiba – tiba muncul di kepalaku ketika membaca sebaran WhatsApp di handphone Mami yang bertuliskan “Awas, Vaksin haram” dalam kirimannya. Membuatku shock dan langsung menghapus sebaran yang tidak bermanfaat itu, serta memastikan adik – adikku mendapatkan vaksinnya dengan baik. Secara umum, sejak dulu kita sudah paham dengan pentingnya vaksin. Setidaknya untuk orangtuaku. Walaupun sebenarnya jika di cek lagi, ada banyak dari kita yang tidak mendapatkan vaksin lengkap atau vaksin yang harus dilakukan lagi dalam jangka waktu tertentu. Terakhir, aku memenuhi vaksin ku sebelum berangkat ke Amerika Serikat. Mendengar bagaimana vaksin menjadi sebuah topik yang harus ditakutkan oleh masyarakat awan yang diracuni dengan sebuah toxic idea bernama “Haram” dan “Terbuat dari racun” jujur adalah hal yang sangat menyedihkan. I can’t imagine what will happened to these kids who didn’t get any vaccine and how they will survive. Pernah aku baca salah satu cuitan di twitter, “Kenapa gak kita kirim aja semua anak yang gak kena vaksin ke satu pulau yang sama?” karena saking kesalnya dengan keputusan banyak orangtua saat ini. Bayangkan bagaimana keputusan orangtua ini bisa menghancurkan kehidupan anaknya, dan orang – orang disekitarnya. Memang, pada tahun 2016, MUI telah memberikan informasi bahwa Polio itu dihalalkan. Di tahun 2018, pada nyatanya, berita mengenai keharaman vaksin kembali menguak setelah pernyataan MUI mengenai vaksin MR yang dianggap haram. Dan berikutnya, seluruh vaksin kembali dianggap haram oleh sebagian lapisan masyarakat yang percaya dengan berita hoax. Bahkan, ada majalah islam yang tidak “bisa dipercaya” menuliskan bahwa vaksin itu haram dan menyebutkan bahan – bahan pembuatan vaksin yang sebenarnya tidak masuk akal. Prostitute’s blood is one of them. Dan kemudian aku kepikiran lagi dengan Rotary yang salah satu misinya adalah sejak tahun 1979 telah berjuang untuk mengakhiri masalah polio. They are close to end the polio. Sungguh sebuah ironi. I return to my 15 years old self-meeting a lot of great people out there raising money, share awareness, work hard, give back and doing what they called as service above self to a mission to end polio. And there are more than 2.5 billion children received vaccines with the help of Rotary. Dengan beredarnya berita seperti ini, aku berpikir, “Bagaimana bisa Rotarian diluar sana berusaha keras untuk menyelesaikan masalah polio dan orang – orang dengan privilege dan kesempatan di Indonesia untuk mendapatkan vaksin (bahkan gratis) malah percaya dengan keharaman sebuah vaksin?” Pembaca, I am not a religious person. Dan mungkin para ibu – ibu yang percaya dengan berita hoax itu merasa, “Kamu tidak punya agama, makanya kamu tidak peduli,” Well, mungkin ibu – ibu tersebut merasa, “Tidak masalah aku punya anak yang polio, yang penting tidak haram,”. Will we ever get that close to end polio? Tentu ada banyak orang diluar sana yang bersyukur dengan effort yang dilakukan orang – orang di Rotary. Tapi, untukku adalah sebuah ironi sesuatu yang dilakukan orang lain dengan mudah dipatahkan karena sebuah rumor yang didasari oleh ketidakingintahuan seseorang dalam memilah sebuah bacaan. Sama seperti melakukan projek Morning Sunshine, aku selalu berpikir, “I don’t think we can ever clean the whole seawater, nor make people stop making waste, or throwing their waste to the sea,” Karena disaat satu komunitas bekerja keras untuk menyelesaikan masalah, akan selalu ada yang memulainya. Aku yakin 2.5 milyar anak diluar sana mendapatkan vaksin dari Rotary yang menjadi batu – batu untuk menapaki puncak dimana tidak akan ada lagi anak yang tidak menerima vaksin. > Aku yakin usaha yang dilakukan Rotary tidak sia – sia. Begitu juga banyak > orang diluar sana yang berperang dengan apa yang mereka perjuangkan masing – > masing. Namun, aku kasihan dengan orang – orang yang menggunakan privilege yang mereka punya dalam mengambil keputusan untuk menarik batu – batu itu satu per satu. Hanya untuk menerima jatuhan batu yang mereka tarik. Dan lebih kasihan lagi pada kenyataan bahwa vaksin polio menjadi sesuatu yang “privilege” bagi anak – anak tersebut? Perjalanan Rotary tentu tidak akan berhenti mengakhiri Polio. But, will we ever get to end polio? I hope so. Mungkin, ketika algoritma aplikasi berhasil menutup akses masyarakat dengan hoax. Atau ketika semua pikiran orangtua tercerahkan dengan informasi. > Ada alasan dalam setiap usaha yang dilakukan manusia. People want to be happy, > so they decided to have children. But what if their decision “kill” their > children’s hope and future? There is a reason why Rotary wants to fight polio, > so why would you “fight” polio? > > Satu hal yang aku pahami, kita tidak akan pernah bisa mengembalikkan usia dan > kondisi seseorang. Untuk saat ini, belum ada obat untuk polio. > > You can only prevent polio, you can’t cure them. For now. Iklan Feb 19 2019 Andalan BE CHILL OR AMBITIOUS STUDENT? As an exchange student, aku bisa memberi klasifikasi anak exchange menjadi dua type yang berbeda. The first one, the chill exchange student, diajak mengikuti kegiatan. Okay. Selalu mengalah sama si ambisius, santai. . Their motto is just let it go and let it flow. The last one, is the ambitious one. They always want to stand out, be first and be the one. Aku sendiri merupakan kelompok campuran chill dan ambisius. Karena pas aku exchange, too much going on in life. Terkadang zona nyaman membuat aku si ambisius menjadi siswa yang chill banget. Santai walaupun ada badai salju lewat. Diajak jalan, okay. Gak jadi jalan, ya okay. > I don’t want to judge people just because they are this type or that type. > Menurutku pribadi setiap anak exchange punya ceritanya sendiri dan harus bisa > menyesuaikan diri. Contohnya ketika aku di suatu situasi dimana aku harus > berbagi peran. Ya aku berbagi peran. Instead of who being the first and > second, aku memilih bekerja sama. Seperti saat aku melakukan presentasi di > depan para calon outbound yang akan berangkat, aku dan kak dhea memilih > berkoordinasi. I was chill, and she did too. Gak bisa ngebayangin kalau aku sampai gontok – gontokan sama kak Dhea untuk memutuskan siapa yang presentasi lebih banyak atau mau nyombongin diri siapa yang kerja paling banyak. But be chill isn’t good forever you know. Ada momen dimana kamu harus menjadi anak exchange yang ambisius. Aku ambisius untuk menjadi anak exchange yang sukses. Aku ambisius untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya disaat hanya beberapa Negara yang terpilih untuk menyanyikan national anthemnya. Aku juga ambisius untuk menampilkan budaya Indonesia. I think everyone been in this situation when they actually need to be chill or ambitious. Aku saranin percaya diri sendiri, karena diri kita sendiri yang tau dimana kita harus berada. Asal jangan menjadi ambisius sepanjang masa yang aku tebak akan membuat anak exchange lainnya tidak nyaman, atau be super chill exchange student yang membuat orangtua angkat bingung sendiri. No no! Jun 17 2017 WHEN READING IS NOT THE ANSWER Even though I don’t like studying math or science, reading has always been a part of my life. I remember buying my very first newspaper at third grade after my parents stop the subscription and I spent literally all of my money for different newspaper and book. I read Rich Dad Poor Dad in forth grade and finished all of Tjiptadinata Effendi’s book by the end of that year. I always thought that reading is the answer to everything. Knowledge is the ultimate power and it lead me to many roads in my life. But these days, I feel like it doesn’t work that well. Sometimes, there are things that you can’t solve by reading a book. One of it is leadership. I have always been sensitive with this word, probably because I have never feel like a leader. Continuous failed attempts to be a leader makes me think that it is not a role I can take. I did a lot of leadership activities, became a leader of some small projects, but I never feel like I can influence people around me to be better. John C. Maxwell said that the main characteristics of a leader is the ability to make everything happen. But the longer I learn about it, the more I feel my self unsuitable for it. I have been a leader for the past two years now for a small team that I treasure and appreciate a lot. But most of them, I see myself unable to focus and to lead them to the top. There’s no book that tells me a manual to become someone great or to lead people to a success business. When reading is not the answer, I find myself lost in the process. A book told me that failures is not because of my incompetence. But I think it is. Because no book shows me the road I should take. Experience is the only road that lead me to that. World, I am trying to be faithful here with the things on my hand. Hope I don’t slip them. Jul 26 2021 UNTUK KISAH PENUH WARNA – PENGAJAR JELAJAH NUSA Throughout my teenager life, I have a lot of experiences with the word “service”. Rotary taught me the idea of “service above self”, AIESEC taught me to make “impact” to society, my parents taught me to help people in need. So naturally, it is a given for me to want to do something involving other people. A few months ago, I registered myself to Pengajar Jelajah Nusa. It is a long story and I will share it in another post specifically talking about it. In this post, I want to talk about what I gain through my experience here as Pengajar Jelajah Nusa 2019. Located far in Petiku, Paser, East Kalimantan. It took me hours to arrive there after one flight, two car rides, one speedboat ride and ketinting ride. I was carrying my heavy carrier for the first time through the entire rides. At one time, I was walking from the plane to the airport by myself. I didn’t notice the rest of my team. But something comes to my mind at that time, “Why would I carry this heavy bag, experienced a long time on the way and still very excited about everything?” and was wondering if I will change later on. This is ketinting. There are seven people in this small boat with six carriers and a few other things. It was crazy, but fun. I wasn’t very confident to be Pengajar Jelajah Nusa. I felt like everyone is very young and very experienced. To be honest, before Pengajar Jelajah Nusa, I was in a situation where I am about to lose my identity as university student. I finished all my hectic organization work and experiences. I was focusing on being adult, at that time with my business growing. And I feel like it shows through my behavior. I was very awkward, with everything. Five of us about to embark our first step as PJN During our preparation, I was quite anxious. From my perspective, maybe it was because of my experience that pressure me. I was one of the university student and I was already in my second to third year. I used to create a lot of projects like this. Therefore, I thought I should be okay in doing this. It didn’t work like that. I see myself lacking a lot, I don’t have any good ideas that I am satisfy with, I want it to be perfect. > I want things to be perfect, but I don’t know how to make it happen. This is the start of my teamwork experience in this occasion. Just at the right time I feel like I am lacking, someone actually step up as a leader and actually manage to make everything run smoothly. I am so thankful for it. We threw a lot of ideas and make sure every decision we made have their purpose. This is when I actually gain a teamwork experience that is very professional although it wasn’t in professional setting. I made a lot of mistakes, with the decision that I made, with my plan, with my executions. I do not know how to be playful or to connect at children level of approach. It was awketward, but I think it is a learning experience. Because back again, I finally become university student again. I was sad and disappointed with myself a lot, but I learned to lean on other people. For me, this journey was a healing experience. Jun 12 2021 LIFE REFLECTION – AIESEC Today, I am going through sugar cube and letters that I’ve received during my last two and a half years in college. I’ve received a lot, especially from my AIESEC experience. This is probably the last thing about AIESEC life that I will share on my blog. To be honest, my life in AIESEC was very short. I didn’t have the opportunity to learn and contribute more to this organization. Maybe because my fellow AIESEC-er have all become the alumnae this year, so I want to wrap up everything. I feel so sorry for not being able to continue my AIESEC journey last year. I know my predecessor doesn’t mind it, but I still feel bad. After I read their sugar cube all over again and realized they have confidence in me. It wasn’t because I don’t want to, I just can’t. Maybe because I never really read some sugar cube with heart, but I feel so sad about the fact that I didn’t realize their message. Morning Sunshine 3.0 peeps, all the OCs, and EPs gave me a lot of trusts Processed with VSCO with f2 preset Processed with VSCO with c1 preset . I always thought people didn’t appreciate me. But maybe, it wasn’t that. Maybe I read too much into people’s faces. I forgot that people give me a warm hug, their most concentration when they talk to me, laugh with me. The project was long. Very long. I looked through my notes during that time and realized many of my goals were achieved. But some failed too. It is so funny because everything that I wrote is about my goals in AIESEC. In AIESEC, I experienced many things. Visited a skyscraper as a visitor, walked through smelly water, stayed up all night on my way to Bandung, danced once again, worked with amazing people behind the scene, developed a friendship, sadness. It is a lie if I was to say that AIESEC gave me the utmost happiness. I was disappointed with many things, I was sad, I was mad. But I forgot that it is a part of being young. I wasn’t able to give my best and dedicate my life to AIESEC. But I am thankful that AIESEC gave me friends. I feel bad that I didn’t appreciate them when we were one in AIESEC because of my own feeling. I thought that I was working my best all alone, not realizing everyone has their own life. This is it. I am finally saying goodbye to the deep emotion I have after I leave AIESEC as I cut that bracelet. Thank you for making my first year a wonderful experience. Mar 01 2020 FOOTBALL AND EUFORIA Please note that this article was written when I was in high school. I decided to post them in this blog to share the stories of my life as a Rotary Youth Exchange. Enjoy! ////// Have you heard the word ‘football’? I believe all of you had heard the word before, but is it same as we imagine it in Indonesia? No. You’re wrong. Salah besar. Karena permainan bola kaki yang sebenarnya adalah sebuah bola berbentuk lonjong yang diperebutkan dengan dilempar, gak ada cerita bola yang ditendang kesana kesini kayak nyari alamat. Permainan ini disebut American Football. Kalian harus paham betapa orang Amerika menyukai permainan ini, karena permainan ini bisa sama hebohnya dengan piala dunia yang diadakan setiap lima tahun sekali. Lah, segitunya? Emang bener loh. For example, there will be 80% of the people from your city will be there in school match. Note. Catat. Pertandingan sekolah. Aku sangat kaget ketika melihat deretan mobil di parkiran yang memenuhi sepanjang Japan menuju football match, orang – orang yang meneriakkan grup sekolah kesayangan mereka dan duduk di bangku khusus untuk pendukung yang sama. Disini bahkan pemain bola ini lebih dengan pemain basket ala – ala kakak kelas di Indonesia yang sering dibicarakan. Anggota cheerleaders disekolahku bahkan bersorak keras meski menggunakan rok di musim gugur yang dingin. Dan orangtua sampai usia lansia masih banyak yang menonton dengan membawa selimut tebal (sepertiku) dan duduk tenang. Aku membeli popcorn yang dijual di kantin lapangan football di kotaku, dan duduk dengan selimut hangat yang kubawa dari rumah bersama keluarga angkatku. Dan aku tidak berbohong dengan euforia orang Amerika, karena aku bisa melihat hampir semua warga yang kukenal di kota ini ada di tempat ini. Bisa kalian bayangkan betapa banyak uang yang mereka hasilkan untuk tiket hanya dalam waktu satu hari. Bermain di tim kampus juga merupakan sebuah kebanggan dan sebagian tim yang sukses dibayar dengan gaji yang cukup tinggi. Bayangin deh, kenalanku bela – belain ke kota besar cuma untuk dukung Michigan State atau Go Green dalam mengalahkan Michigan University atau Go Blue. Benar – benar mencengangkan. Dan olahraga ini cuma dimainkan di Amerika. AMERIKA seorang. Can you guess how crazy it is? Well seperti yang kalian tau Amerika merupakan negara yang sangat bangga dengan sesuatu yang mereka ciptakan. Mereka menggunakan Fahrenheit dibanding Celcius, menggunakan inch dibanding meter dan memiliki American Football dibanding dengam Football atau Soccer yang biasanya diagung – agungkan di negara lain. Amerika juga menggunakan bahasa Inggris yang kadang berbeda, seperti kata rest room dibandingkan dengan toilet or wash room. Euforia ini akan berlangsung sepanjang musim panas sampai gugur, dimana kompetisinya akan berlangsung dimana saja. Tim professional American Football juga miliki big match yang sangat menegangkan bagi orang Amerika. Salah satu yang terkenal adalah Super Bowl. Dimana penyanyi nasional akan menyanyi sebagai penyambutan dengan penampilan yang luar biasa heboh dan iklan – iklan aneh yang muncul disela – sela pertandingan. Setiap orang akan membicarakan iklan paling aneh yang mereka tonton selama Super Bowl. Orang – orang juga tidak menonton sendirian. Menurut mereka menonton football sangat tidak seru ketika sendirian. Selama Super Bowl kami akan memasak satu kuali besar untuk dibawa kerumah teman dan disana kita akan makan bersama dengan makanan lainnya. Sebuah keselaran yang bagus, kan? Penonton Football juga bukan cuma laki – laki loh. Ada banyak sekali perempuan yang menyukai olahraga ini. Fyi, ibu angkatku akan memesan pertandingan bola Packers setiap kali ia diluar atau sibuk, sehingga bisa dinonton ketika ia pulang. Dan itu hukumnya wajib. Dan Euforia seperti ini akan terjadi diseluruh keluarga. Untuk tips ya, bola juga mendekatkanku dengan keluarga angkatku. Aku juga jadi suka Packers, tim kesukaan keluarga angkatku. Dan karena ini juga adik angkatku jadi senang denganku. Sekarang kalian bisa membayangkan kan betapa cintanya orang Amerika akan Football? Agu 25 2019 TRAVERSE CITY CENTRAL HIGH SCHOOL Please note that this article was written when I was in high school. I decided to post them in this blog to share the stories of my life as a Rotary Youth Exchange. Enjoy! //////////// Traverse City Central High School atau yang biasa kami pangil Central. Sekolah yang meskipun aku sudah di bangku kuliah, masih belum ada yang nandingin besarnya. One thing for sure, aku belajar banyak disini. As a person, as a student, as a friend, as a good exchange student. Semua tugas dikerjakan secara professional, kegiatan yang banyak, ide – ide fundraising yang berbeda. Bukan pelajaran sekolahnya yang menjadi bobot penilaian, tapi esensinya. Mereka bisa raising money sampai ratusan ribu dollar dengan semua ide yang mereka punya. And they are high schooler. Cool, isn’t it? Salah satu momen yang sangat aku suka di Central adalah kelas bahasa Perancis dimana kami semua harus datang ke sebuah elementary school terdekat untuk bercerita tentang dongeng dalam bahasa Perancis. Aku membawa cerita cerita si Kura – Kura dan Kelinci. Mungkin karena cerita itu sering muncul atau karena aku yang terlalu suka ide bahwa kura – kura itu bisa menandingi kancil yang cerdik, aku membawakan cerita itu di depan anak – anak disana. And I love it. Aku suka berinteraksi dengan mereka disaat aku sebenarnya sangat gugup dan pemalu. It challenge me to give the best that I could, to be more confident. Apalagi anak – anaknya lucu semua. Dan aku juga bisa mengenalkan budaya Indonesia dengan mereka. But honestly, I love Central. Aku menyukai kebiasaan siswa – siswa disana yang lebih open, tepat waktu (like really, ketika bel bunyi mereka sudah merayap ke dalam kelas), sistem nya juga. Kantinnya juga besar. Jika ditanyai kenapa aku bisa naik sampai sepuluh kilo ketika berada disana, aku akan dengan mudah menjawab karena kantin sekolahku. Well, kantin tidak seenak yang ada di Indonesia. Tapi mereka semua segalanya. Aku tipikal yang suka makanan 4 sehat 5 sempurna. Jadi aku selalu mengambil susu, jus buah, buah, salad, snack dan main menu yang ada di hari itu. Wajar aku mengembang banget, ya? Hehe. Cara ijin ke kamar mandi juga salah satu yang membuat aku sampai sekarang tidak habis pikir. Memang sih ada beberapa guru yang “normal” paling disuruh bawa kertas atau semacamnya, tapi bayangin kalau kamu mau ke toilet sambil bawa pipa atau kayu panjang. Apa mungkin supaya kita kelihatan ya jadi ijinnya gak lama – lama? Aku juga suka pulang sekolah dengan the legendary yellow bus yang tidak aku mengerti kenapa harus ada di seluruh Amerika Serikat. Bus sekolah itu sebenarnya bisa dibilang sama, bisa dibilang beda dengan yang ada di tv series. Karena aku pernah naik tiga bus yang berbeda kali ya. Ada bus yang anaknya diam – diam aja, dan aku lari – lari saat bel bunyi supaya duduk di depan. Atau ada yang berisik banget sampai bus drivernya bisa berhentiin kita di tengah jalan untuk suruh diam. Cuma kadang lucu gak sih, ketika kepala sekolah dan orang – orang yang biasa kamu temui di sekolah memastikan semuanya naik bus dengan selamat, berkordinasi dengan banyak pihak untuk mengantarkan siswa SMA masuk ke bus. They really take care of the students well. Menurutku. Satu hal lain yang aku suka dengan Central adalah semua fasilitasnya yang lengkap, acaranya yang professional dan tata sekolahnya. I love to pass the music room, dance room, sometimes come to gym room. Or every kinda room that we could have in this school. How the theater was prepared. Or in fact that I could walk over building A and see all this pictures, design, art, painting all over the wall. Or joining some school event with just 3 dollar and you can have fun. I love the fact I could have my lunch outside even if it’s cold. And everytime I had my lunch in canteen, I could see my Indonesian flag over there along with United States flag and flags all over the world. Bendera dari anak – anak exchange dan siswa internasional di sekolah ini. Harus diakui anak exchange di sekolah ini itu too much. Jika ditambah siswa internasional yang mostly dari China dan siswa exchange tiga bulan, bisa sampai 80 orang foreign student disini. Somehow it is good, but it is not. Karena kadang banyak orang yang menyamakan persepsi mereka bahwa semua Asia itu sama dengan anak dari China. Padahal budaya Indonesia itu sangat berbeda dengan budaya mereka. School might be boring for some people, sometimes for me too. Apalagi ketika kamu sudah stuck dengan semua tugas psikologi, bahasa inggris literasi dan sebagainya. Tapi terkadang, bahkan ketika kamu gak bisa berteman dengan semua orang atau memaksa mereka untuk menjadi teman kamu. Its still fun. Walaupun aku gak bisa makan siang dengan sahabatku, Channet karena kita beda jam makan siangnya. Kita masih bisa hangout pagi – pagi untuk sarapan. Lunch bisa dipakai untuk bersosialisasi dengan orang baru. Dan selama kamu tidak memaksakan kehendak untuk menjadi teman disaat mereka tidak ingin, aku rasa kamu akan merasa seru – seru aja saat makan siang. Gak semua orang ramah, tapi gak semua orang menyebalkan. One tips for you, sit with strangers. Dan aku yakin siapapun akan relate bahwa sekolah adalah salah satu pemegang kunci cerita remaja seseorang, entah itu baik atau buruk. Kenangan saat aku harus ijin dari kelas, pergi ke salah satu ruang pengawas untuk minta kunci, pergi wudhu dengan jinjit – jinjit sementara orang lain lihat lalu masuk ke ruangan yang tidak dipakai dengan bayi – bayi didalamnya (biasanya bayi mainan ini untuk praktik, bisa menangis dan harus ditenangkan seperti bayi beneran) lalu setelah menjalankan ibadah balik ke kelas dan siap – siap dilihatin semua temen padahal aku melakukannya setiap hari. Kenangan saat aku mati – matian belajar novel klasik yang meskipun di terjemahkan berkali – kali tetap gak nyambung dengan cerita yang sebenarnya. Atau kenangan saat hari pertama ke sekolah, mendapatkan school ID, menjadi manusia yang super awkward dan belajar banyak hal tentang budaya orang lain. Sekolah adalah salah satu cara kamu bisa memastikan stereotype yang kamu ketahui sebelumnya itu benar atau salah. Seberapa tahu kamu dengan orang lain. Bagaimana kamu bisa menghandle situasi bertemu cowok yang semua pakaian sampai eyeliner hitam tapi suaranya lembut dan baik banget, cewek yang pakai baju tidur seperti pooh dari atas sampai kebawah (one piece) yang biasa dipakai saat winter sampai hal – hal yang tidak boleh kamu lihat. Aku pernah shock setengah mati karena disaat winter dan heater biasanya nyala sedikit telat, aku menemukan teman – teman yang menggunakan crop top, celana pendek dan boots heels setinggi gaban. Alamak banget coba. Sementara aku memakai baju setebal mungkin tanpa bisa memikirkan fashion sama sekali. Apalagi dengan berat badanku yang terus naik. Honestly, sampai sekarang kadang kangen dengar pledge allegiance setiap mulai kelas. Banyak loh siswa mereka sendiri malah duduk dan aku yang rajin banget berdiri lol. Atau saat temenku yang sophormore kabur makan siang bareng aku diluar sekolah padahal aturannya tidak begitu. Setiap sekolah itu pasti berbeda, setiap orang akan mengalami pengalaman yang berbeda karena sifat yang berbeda. Cara orang menanggapi kamu juga berbeda. Apalagi budaya. Tell me too much of romantism, but I wasn’t two years ago. Tidak disaat aku ada disana. Traverse City Central High School mungkin cuma nama sekolah yang seluruh masyarakat Traverse City tahu, atau beberapa penduduk Michigan lainnya yang pernah tinggal, mampir atau tahu seseorang di sekolah ini. Tapi untuk seorang aku, Central adalah salah satu bagian dari seorang Vanessa yang berkembang. Agu 25 2019 HOW TO FIT IN Please note that this article was written when I was in high school. I decided to post them in this blog to share the stories of my life as a Rotary Youth Exchange. Enjoy! /////// Someone asked me about “How to Fit In” with my host family while I was there as an exchange student. Sure, there is a lot of condition and you need to grasp things right so you could blend well with the family. I believe all exchangers will easily get close with their host parents because I know all of exchange students are open minded, smart and friendly. For your information, everyone have their own way to “fit in” and their own definition. Whether they want to totally be one with the family, or just make sure you won’t be awkward with them. The choice is yours. 1. First Impression I think first impression that you gave to them and they gave to you will make a huge impact for your relationship in the family. I tried to look neat and smile all the time. I also hugged them and helping them around. Saying “Thank you” for taking me from the airport and accept me as a part of family also will give them impact. Your host parents would get a warm feeling and it will make it easier for you to bound together. First Impression bukan berarti kalian harus menjadi orang lain loh ya, first impression yang diminta disini adalah kamu yang berenergi dan punya semangat sebagai anak exchange. Sehingga orangtua angkat kamu juga akan berpikir positif tentang kamu. 2. Be Honest about yourself. In the first night or arrival, Rotary have this rule called “First Night Questions” which is like questions you should ask to make you less awkward and bound with your host parents. In that night, I was trying to make sure they know me well. A lot of people that I knew were trying to look like a nice person and ended up act up. For example, I told my host family for like the third time after all email that I sent to them that I couldn’t eat pork, I need a place to pray, I love eating and I like to play like a kid. It isn’t necessary for you to tell them what you do or don’t like. It just you should open up and tell the truth about myself. Aku punya contohnya. Salah satu temanku disana yang juga anak pertukaran pelajar benar – benar punya mindset ingin menjadi anak exchange yang teladan, well ujungnya malah dia jadi bermasalah. Kenapa? Karena dia mencoba untuk menjadi orang lain yang sebenarnya bukan dia. Padahal itu adalah hal paling simple. Jadi temenku ini benar – benar gak bisa makan sayuran, tapi dia berusaha keras untuk makan sayuran setiap hari dan parahnya kebetulan orangtua angkatnya vegetarian. What a coincidence banget kan. Ya ujung – ujungnya dia sakit, trus ngadu ke Rotarian (orang – orang Rotary) yang lain. Dan akhirnya bermasalah sama orangtua angkatnya itu. 3. Treat your host family like yours When you just get in one family, I’m sure you will feel strange, sometimes feel left behind. This could help you so much. In the beginning, it was hard for me to fit in because I was shy. I wasn’t open and always stuck in my room or school if I don’t have anything to do. In the end, I just realized how much I missed things around me. It will take time for you to fit in well with your host family, but if you can put more effort on it. You will fit in faster. Your host family house isn’t someone else’s house. In the end, you should treat the family as yours. I asked my host dad how’s his day, helping my host mom clean the house, prepare breakfast and sometimes make them something. Even though it isn’t that special. You need to treat them right. Contohnya jika kamu di rumah orangyua kamu, kamu harus melapor kemana saja kamu pergi, bukan? Thats what I did. Dan impact nya kerasa buatku. Mereka merasa aku menghargai mereka dan aku juga dianggap seperti anak sendiri. Hal simple yang buat mereka senang udah nge-host kamu. And say little “thank you” and “sorry” won’t harm, right? 4. Make a little time for them I’m very close to my host parents after stayed with them for a month. I always wonder why, because some of friends said that they were awkward, they didn’t know how to begin conversation with their host parents. I think this is the most important tips that I give to all of you. Make little time with your host will make you feel familiar with them, and if you do the 3th and 4th tips properly, I feel like you will close to them more than anyone. I always set schedule for a week so I would know how busy I will (well, sometimes I just acted like busy person) For example, I will spent three days for my host family, two days for myself and two other days with rotarian and friends. With my host family, I will just trying to behave nicely and stay outside my room. Even though I have nothing to do. Sometimes I cook for them or just doing small thing to make them feel like family. I will spend one whole day to watch “The Voice”, with my host mom and we’ll talk about herself, her life when she were young and I’ll tell her about my culture and my problems. I’ll be like little child who need advice for mom or just person to hear my stories. Or we’ll just go out and sing all the way to market and put some loud music. You know, when you spend sometime with them. You will know what they like and dislike, what they feel and what they want from you. And you will similarity and bound together. — Aku harap point – point diatas bisa membuat kalian memiliki gambaran tentang “Fit in”. Setiap orang pasti akan mengalami situasi yang berbeda, orangtua angkat yang berbeda dan kultur yang berbeda. Jelas semuanya akan mempengaruhi cara kalian untuk fit in. Tapi aku yakin tips diatas akan membuat kalian dekat dengan orangtua angkat kalian dan mengerti satu sama lain lebih dekat. Pada dasarnya, Fit In hanya soal waktu kok. Dan sifat kalian. Jika kalian memiliki keinginan untuk Fit In dengan keluarga kalian, itu akan berjalan mudah. Jika kalian punya pertanyaan atau merasa kurang jelas dengan tips diatas. Boleh komentar atau PM aku kok. Terima kasih Agu 25 2019 HELLO, CENTRAL. Please note that this article was written when I was in high school. I decided to post them in this blog to share the stories of my life as a Rotary Youth Exchange. Enjoy! ///// Hello, Central. Traverse City Central High School atau yang biasa kami pangil Central. Sekolah yang meskipun aku sudah di bangku kuliah, masih belum ada yang nandingin besarnya. Semua yang ada disini seperti sekolah impian untuk sebagian orang. Gak semua anak exchange mendapatkan privilege untuk masuk ke sekolah yang besar dan terkenal, dan aku mendapat hal itu. I’m honored. Bicara mengenai Central adalah sebuah roller coaster tersendiri untukku. Sekolah yang memberikanku kesempatan untuk melihat lebih dekat bagaimana orang di Amerika itu tinggal. Semua yang aneh – aneh. Teman yang menggunakan pijama setiap hari ke sekolah, teman laki – laki yang menggunakan semua pakaian hitam beserta eyeliner hitamnya, si pendiam yang sendirian atau orang sepertiku, mengenakan headset kemanapun ia pergi. Hari pertama aku ke sekolah adalah dua minggu sebelum sekolah dimulai. Aku ingat banget rasa asing saat aku turun di Miliken Drive. Aku turun dan berjalan masuk ke gedung yang berwarna cokelat dan berbentuk kotak – kotak. Setelah kamu masuk, kamu bisa berjalan ke kiri dan menemukan ruang councelor. Aku harus menemui councelor pertamaku, bersama Eva dan Greta, siswa exchange lainnya dan memilih kelas selama satu semester. Satu hal yang aku pikirkan dan pelajari saat memilih kelasku adalah bahwa mungkin, ketika siswa di sekolahku dibiarkan memilih pelajaran yang spesifik. Mereka bisa mengetahui apa yang mereka ingin lakukan dan menghindari pekerjaan yang tidak ingin mereka miliki. Sekolah asliku di Indonesia dulunya jauh dari kata terkenal dan bagus. Sekarang sih sudah cukup terkenal. Tapi dulu, banyak orang merasa sekolah disini karena tidak mendapatkan sekolah bagus lainnya. Banyak siswa datang dari keluarga menengah kebawah dan merasa tidak sanggup untuk bermimpi. I’m not kidding. Ada banyak temanku yang akhirnya menjadi karyawan pt. Tentu saja ada banyak yang berhasil menjadi mahasiswa, tapi tidak semua orang mendapatkan privilege seperti itu, kan? Jika saja siswa diajarkan ilmu yang lebih spesifik dan digunakan di kehidupan sehari – hari, aku yakin teman – temanku bisa memiliki skill untuk digunakan bersaing di dunia kerja. Anyway, aku memilih pelajaran yang menyenangkan. French, karena aku ingin belajar bahasa ini sejak dulu. Teater, tanpa alasan sebenarnya. Beberapa lainnya dan tidak bisa kulupakan Algebra yang aku drop setelah dua minggu. Pelajaran yang sudah kupelajari itu membosankan. Cerita lainnya adalah loker. Aku menghabiskan waktu dua puluh menit untuk membuka loker ku yang angkanya terlalu panjang dan dengan cara di putar – putar. Membingungkan. Terlalu lama sampai salah satu petugas sekolah membantuku. Sementara Greta dan Eva berhasil membuka punya mereka sendiri. Kisahku belum dimulai sama sekali, jika boleh aku katakan. Kisah di sekolah ini, dimana aku menjalani American dream yang semua orang selalu ceritakan. One thing for sure, aku belajar banyak disini. As a person, as a student, as a friend, as a good exchange student. Semua tugas dikerjakan secara professional, kegiatan yang banyak, ide – ide fundraising yang berbeda. Bukan pelajaran sekolahnya yang menjadi bobot penilaian, tapi esensinya. Mereka bisa raising money sampai ratusan ribu dollar dengan semua ide yang mereka punya. And they are high schooler. Cool, isn’t it? Salah satu momen yang sangat aku suka di Central adalah kelas bahasa Perancis dimana kami semua harus datang ke sebuah elementary school terdekat untuk bercerita tentang dongeng dalam bahasa Perancis. Aku membawa cerita cerita si Kura – Kura dan Kelinci. Mungkin karena cerita itu sering muncul atau karena aku yang terlalu suka ide bahwa kura – kura itu bisa menandingi kancil yang cerdik, aku membawakan cerita itu di depan anak – anak disana. And I love it. Aku suka berinteraksi dengan mereka disaat aku sebenarnya sangat gugup dan pemalu. It challenge me to give the best that I could, to be more confident. Apalagi anak – anaknya lucu semua. Dan aku juga bisa mengenalkan budaya Indonesia dengan mereka. But honestly, I love Central. Aku menyukai kebiasaan siswa – siswa disana yang lebih open, tepat waktu (like really, ketika bel bunyi mereka sudah merayap ke dalam kelas), sistem nya juga. Kantinnya juga besar. Jika ditanyai kenapa aku bisa naik sampai sepuluh kilo ketika berada disana, aku akan dengan mudah menjawab karena kantin sekolahku. Well, kantin tidak seenak yang ada di Indonesia. Tapi mereka semua segalanya. Aku tipikal yang suka makanan 4 sehat 5 sempurna. Jadi aku selalu mengambil susu, jus buah, buah, salad, snack dan main menu yang ada di hari itu. Wajar aku mengembang banget, ya? Hehe. Cara ijin ke kamar mandi juga salah satu yang membuat aku sampai sekarang tidak habis pikir. Memang sih ada beberapa guru yang “normal” paling disuruh bawa kertas atau semacamnya, tapi bayangin kalau kamu mau ke toilet sambil bawa pipa atau kayu panjang. Apa mungkin supaya kita kelihatan ya jadi ijinnya gak lama – lama? Aku juga suka pulang sekolah dengan the legendary yellow bus yang tidak aku mengerti kenapa harus ada di seluruh Amerika Serikat. Bus sekolah itu sebenarnya bisa dibilang sama, bisa dibilang beda dengan yang ada di tv series. Karena aku pernah naik tiga bus yang berbeda kali ya. Ada bus yang anaknya diam – diam aja, dan aku lari – lari saat bel bunyi supaya duduk di depan. Atau ada yang berisik banget sampai bus drivernya bisa berhentiin kita di tengah jalan untuk suruh diam. Cuma kadang lucu gak sih, ketika kepala sekolah dan orang – orang yang biasa kamu temui di sekolah memastikan semuanya naik bus dengan selamat, berkordinasi dengan banyak pihak untuk mengantarkan siswa SMA masuk ke bus. They really take care of the students well. Menurutku. Satu hal lain yang aku suka dengan Central adalah semua fasilitasnya yang lengkap, acaranya yang professional dan tata sekolahnya. I love to pass the music room, dance room, sometimes come to gym room. Or every kinda room that we could have in this school. How the theater was prepared. Or in fact that I could walk over building A and see all this pictures, design, art, painting all over the wall. Or joining some school event with just 3 dollar and you can have fun. I love the fact I could have my lunch outside even if it’s cold. And everytime I had my lunch in canteen, I could see my Indonesian flag over there along with United States flag and flags all over the world. Bendera dari anak – anak exchange dan siswa internasional di sekolah ini. Harus diakui anak exchange di sekolah ini itu too much. Jika ditambah siswa internasional yang mostly dari China dan siswa exchange tiga bulan, bisa sampai 80 orang foreign student disini. Somehow it is good, but it is not. Karena kadang banyak orang yang menyamakan persepsi mereka bahwa semua Asia itu sama dengan anak dari China. Padahal budaya Indonesia itu sangat berbeda dengan budaya mereka. School might be boring for some people, sometimes for me too. Apalagi ketika kamu sudah stuck dengan semua tugas psikologi, bahasa inggris literasi dan sebagainya. Tapi terkadang, bahkan ketika kamu gak bisa berteman dengan semua orang atau memaksa mereka untuk menjadi teman kamu. Its still fun. Walaupun aku gak bisa makan siang dengan sahabatku, Channet karena kita beda jam makan siangnya. Kita masih bisa hangout pagi – pagi untuk sarapan. Lunch bisa dipakai untuk bersosialisasi dengan orang baru. Dan selama kamu tidak memaksakan kehendak untuk menjadi teman disaat mereka tidak ingin, aku rasa kamu akan merasa seru – seru aja saat makan siang. Gak semua orang ramah, tapi gak semua orang menyebalkan. One tips for you, sit with strangers. Dan aku yakin siapapun akan relate bahwa sekolah adalah salah satu pemegang kunci cerita remaja seseorang, entah itu baik atau buruk. Kenangan saat aku harus ijin dari kelas, pergi ke salah satu ruang pengawas untuk minta kunci, pergi wudhu dengan jinjit – jinjit sementara orang lain lihat lalu masuk ke ruangan yang tidak dipakai dengan bayi – bayi didalamnya (biasanya bayi mainan ini untuk praktik, bisa menangis dan harus ditenangkan seperti bayi beneran) lalu setelah menjalankan ibadah balik ke kelas dan siap – siap dilihatin semua temen padahal aku melakukannya setiap hari. Kenangan saat aku mati – matian belajar novel klasik yang meskipun di terjemahkan berkali – kali tetap gak nyambung dengan cerita yang sebenarnya. Atau kenangan saat hari pertama ke sekolah, mendapatkan school ID, menjadi manusia yang super awkward dan belajar banyak hal tentang budaya orang lain. Sekolah adalah salah satu cara kamu bisa memastikan stereotype yang kamu ketahui sebelumnya itu benar atau salah. Seberapa tahu kamu dengan orang lain. Bagaimana kamu bisa menghandle situasi bertemu cowok yang semua pakaian sampai eyeliner hitam tapi suaranya lembut dan baik banget, cewek yang pakai baju tidur seperti pooh dari atas sampai kebawah (one piece) yang biasa dipakai saat winter sampai hal – hal yang tidak boleh kamu lihat. Aku pernah shock setengah mati karena disaat winter dan heater biasanya nyala sedikit telat, aku menemukan teman – teman yang menggunakan crop top, celana pendek dan boots heels setinggi gaban. Alamak banget coba. Sementara aku memakai baju setebal mungkin tanpa bisa memikirkan fashion sama sekali. Apalagi dengan berat badanku yang terus naik. Honestly, sampai sekarang kadang kangen dengar pledge allegiance setiap mulai kelas. Banyak loh siswa mereka sendiri malah duduk dan aku yang rajin banget berdiri lol. Atau saat temenku yang sophormore kabur makan siang bareng aku diluar sekolah padahal aturannya tidak begitu. Setiap sekolah itu pasti berbeda, setiap orang akan mengalami pengalaman yang berbeda karena sifat yang berbeda. Cara orang menanggapi kamu juga berbeda. Apalagi budaya. Tell me too much of romantism, but I wasn’t two years ago. Tidak disaat aku ada disana. Traverse City Central High School mungkin cuma nama sekolah yang seluruh masyarakat Traverse City tahu, atau beberapa penduduk Michigan lainnya yang pernah tinggal, mampir atau tahu seseorang di sekolah ini. Tapi untuk seorang aku, Central adalah salah satu bagian dari seorang Vanessa yang berkembang. Agu 25 2019 I AM INDONESIA Please note that this article was written when I was in high school. I decided to post them in this blog to share the stories of my life as a Rotary Youth Exchange. Enjoy! /////////////////////////// Aku, Indonesia. Salah satu kewajiban kamu ketika sampai ke negara lain, apalagi untuk waktu yang lama seperti exchange, kamu harus melapor pada kedutaan Indonesia. Aku sendiri diberi tahu oleh teman sesama exchangers yang sudah sampai terlebih dahulu. Ketika aku melaporkan diri sebagai warga Indonesia di Amerika Serikat, ada sebuah pernyataan yang membuat aku berpikir lama dan memutuskan untuk menulis bagian ini. Bahwa aku adalah warga Indonesia yang harus menjaga martabat dan nama baik negaranya. Bahwa aku adalah sebuah representasi dari negara Indonesia. Sebagai remaja pada umumnya, awalnya aku tidak punya pemikiran yang sedalam itu dalam membawa diri sebagai warga Indonesia. Aku tahu posisiku sebagai siswa pertukaran pelajar dari Indonesia yang membawa nama baik Indonesia, tapi kemudian aku sadar, ada sebuah tanggung jawab yang kita pikul dalam hal ini. Aku punya tanggung jawab sebagai duta negaraku untuk menunjukkan sisi lain dari Indonesia. Satu sisi, aku sangat bangga dengan hal itu. Kamu mungkin akan berpikir ini aneh, tapi ada kebanggan ketika lagu Indonesia Raya dinyanyikan atau melihat bendera negaramu di negara lain. Ada sebuah dorongan yang membuat aku berpikir, bahwa aku harus membuat orang mengingat aku sebagai Indonesia. Setiap kali orang mengingat negaraku, mereka akan mengingat namaku. Batik Day Hari Batik Nasional adalah salah satu hari dimana aku merasa sangat “Indonesia”. Kalau di ingat – ingat, hampir semua instagram anak exchange lainnya membuat postingan menggunakan batik atau pergi sekolah dengan batik. Sebuah fenomena yang jika kamu di Indonesia mungkin rasanya tidak akan sama. Aku memakai satu – satunya baju batik yang aku bawa ke sekolah. Eits, tapi tenang. Strategi dalam mengenalkan Indonesia tiba – tiba muncul di kepalaku. Kebetulan aku membawa banyak banget gantungan kunci batik. Dari yang bentuknya kayu sampai kain. Alhasil, aku bagiin deh di kelas sama guru dan teman – teman. Awalnya sih aku ngerasa kayak, ah gantungan kunci doang, mereka suka gak ya. Tapi ternyata guruku malah umumin di depan kelas dan semua orang excited. Mereka tanya arti dari batik itu apa dan bagaimana membuatnya. Pokoknya kehebohan yang haqiqi. Ada juga Billy, salah satu siswa pertukaran pelajar terpilih (dia akhirnya berangkat ke Finland) yang sangat excited sampai nyari di youtube bagaimana cara membuat batik di depanku. Aku gak bisa merasa lebih bangga lagi! Country Fare Ada cerita lain lagi nih. Rotary di distrik kita mengadakan Country Fare saat salah satu conference di Camp Kettunen, Tustin, Michigan. Tempat legendaris bagi semua siswa pertukaran pelajar D6290. Anyway, disini kita harus mengenalkan negara kita kepada orang – orang, termain calon anak exchange yang mau berangkat (kita sebutnya outbound) seperti Billy. Tujuannya adalah untuk mengenalkan keindahan Indonesia dan keuntungan menjadi siswa pertukaran pelajar di Indonesia. Aku melakukannya dengan Dhea. Behind the story-nya nih, kita itu prepare banyak banget. Dhea sampai nginep di rumahku sebelum conference. Aku ngeluarin semua foto Indonesia yang aku cetak di Batam dan kotak sepatu untuk membuat bahan presentasi. Kebetulan aku juga bawa wayang – wayangan, bendera dan hal – hal kecil lain yang mengingatkan kita terhadap Indonesia. Termasuk teh bendera! Uhlala. Mbak Dhea juga bawa semua batiknya. Dan in fact, walaupun aku bawa kebaya, kebaya ku itu terlalu uhlala banget karena payet – payetan. Akhirnya Mbak Dhea yang bawa dua kebaya minjemin satu ke aku. Kita jadi couple gitu deh merah dan putih. Pokoknya kita gunain banyak strategi. Kita sampai nyanyiin lagu Indonesia Raya saat talent show. Walaupun pada akhirnya kita sadar yang paling semangat itu ya cuma kita. Yang lain itu benar – benar calm dan santai. Kita aja yang hebring sana sini nunjukkin peta. Tapi ya, sekali lagi, mungkin kalian merasa itu gak terlalu penting tapi menurutku dengan menunjukkan kebanggaan kamu terhadap Indonesia akan menjadi memori yang selalu kamu ingat. Bahwa kamu melakukannya dengan baik. Memang sih ada yang bilang gini, “Sometimes, your existancy will be the best way to present yourself”. Eksistensi aku sebagai seorang siswa pertukaran pelajar disini, berbicara dengan banyak orang, berinteraksi, bertemu dan menghabiskan waktu dengan mereka adalah cara terbaik untuk membuat mereka ingat dengan kamu. Cuma, melakukan sesuatu yang one of a kind dan jarang dilakukan juga gak salah kan. Memasak adalah contoh lain, hal simple yang membuat orang lain ingat dengan kamu. Ada juga masa dimana guru membiarkan aku meninggalkan kelas saat waktu solat atau saat orangtua angkatku mengambil foto dengan aku mengenakan batik. Setiap hari, aku menunjukkan kepada banyak orang bahwa aku adalah orang Indonesia. Terkadang, hal kecil akan lebih bermakna, kan? Agu 25 2019 NIAGARA FALL – TEMPAT UNTUK JATUH CINTA Niagara Fall, a place to fall in love. Biasanya nih ketika kamu pergi exchange ke luar negeri, keluarga yang nge-host kamu pasti bakalan ngajak kamu jalan – jalan. Entah itu dekat ataupun jauh. Host family kedua ku mengajak aku pergi ke Niagara Fall di Kanada. Yap, Air terjun Niagara yang dulu jadi salah satu dari keajaiban dunia. Perjalanan kita panjang banget deh menuju kesini. Awalnya kita itu pergi ke daerah Flint. disana kita menginap dengan ayahnya host mom. Disana aku juga memiliki pengalaman seru. Banyak dari kalian mungkin tidak tahu, ada sungai bernama Flint didaerah Flint itu sendiri. Dulunya air dari Flint River digunakan untuk air minum disini. Tapi beberapa waktu terakhir, air Flint menjadi sangat kotor dan penuh bakteri. Ada beberapa masalah pada sistem filtrasi-nya dan juga pastinya dari masyarakat. Aku sih mendengar hal ini di kelas Environmental Science disekolah. Aku sendiri melihat langsung air Flint itu dan memang sangat tidak bagus untuk dikonsumsi menurutku. Tapi nih ayah dari host mom ku sendiri cerita kalau walikota disana sudah mencoba mengkonsumsi air Flint dan baik – baik saja, juga meminta warganya tidak khawatir. Wah, ribet juga ya. Tapi ya aku sendiri gak bisa ikut campur sih, mungkin air itu memang bisa dikonsumsi setelah beberapa lama di filtrasi. Mungkin air itu bisa dikonsumsi suatu saat nanti. Yang jadi permasalahan sendiri adalah masyarakat menjadi kekurangan air bersih dan selalu membeli air mineral yang harganya mahal. Masalah kesehatan warga juga jadi taruhannya. Tapi sekali lagi sih aku gak bisa komentar banyak. Yang jelas, perjalanan ku ke Flint mengantarkanku belajar sisi lain dari Amerika. Malamnya, aku tiba – tiba mendapat ide untuk mencari restoran Indonesia di daerah sini. Secara tempat ini kan kota besar, seharusnya sih ada masakan Indonesia dong, pikirku. Memang sih beberapa waktu yang lalu aku sempat nanya sama host mom ku tapi dia bilang dia tidak menemukan restoran yang dekat dengan daerah ini. Tapi karna aku anaknya iseng juga, alhasil aku sibuk searching dan Voila, aku ketemu deh. Aku langsung bilang ke host mom ku dan dia terdiam selama tiga detik. What happening? Faktanya adalah dia ternyata sudah tau ada Bali restoran di sekitar itu dan memang merahasiakannya dariku. Katanya sih sebagai surprise, haha. Jadi ngerasa gak enak hati karna aku menggagalkan rencananya. Kayaknya rasa penasaranku harus dikurangi deh. Tapi dia juga akhirnya ketawa – ketawa aja dan menunjukkan website restorannya, ada banyak menu Indonesia yang menggugah selera. Jadilah aku menjelaskan menu yang ada satu per satu. Setidaknya aku gak buruk – buruk banget kan? Hari berikutnya, Aku dan keluarga angkatku pergi menuju salah satu Farm Market terbesar di sebuah daerah dekat dengan Flint. Aku excited banget karna jarang – jarang pergi ke Farm Market, apalagi Farm Marketnya lebih besar dari yang biasa aku kunjungi sebelumnya. Dan benar saja, begitu sampai disana, ada banyak banget makanan yang menggoda iman dan selera. Perlu di note nih, Farm Market memang biasanya menjual hasil produk peternakan dan perkebunan di daerah itu, tapi di tempat – tempat besar biasanya menjual banyak makanan juga, seperti pasar di Indonesia. Aku yang kalap saat itu sejujurnya langsung membeli beberapa cake lucu, macaron, sushi, minuman dan berbagai macam lainnya. Yes, my host mom was literally freak out to see how much I eat lol. Trus kita juga sempat mampir ke store yang menjual buku, aku membeli beberapa post card dan host sister ku membeli serangga kering. Krik krik. Aku tau banget nih pasti Issa, panggilan untuk host sister ku benar – benar up to something. Dan benar saja, dia buat challenge untuk aku, mamanya dan dia untuk memakan serangga kering dan siapa yang bisa memberi poker face walaupun rasanya gak enak. Lol banget kan? Tapi host mom ku kedua yang sangat gaul tentu saja sangat oke dengan hal itu. Dan aku gagal mempertahankan poker face, bayangin aja rasanya serangga gak karuan gitu. In the end, no one of us able to do it well. But at least we got some fun, right? Sore. Perjalanan menuju restoran Indonesia pun dimulai. Host mom ku cerita bahwa kita akan bertemu dengan pasangannya disana. Aku sih hanya mengiyakan. Kami mencari alamat menggunakan Google Maps, ada masalah baru lagi nih karena katanya kita sudah tiba di restoran itu tapi tidak melihat apapun. Wah bahaya besar telah hadir di depan mata. Masa harapan untuk makan masakan Indonesia jadi berakhir sia – sia. Hampir – hampir putus asa untung aja host mom ku masih dengan semangat 45 mencari restoran itu. Setelah bertanya sana dan sini akhirnya kita baru sadar bahwa restoran itu masih ada, tapi berada di seberang alamat yang diberikan Google Map. Huft untunglah. Akhirnya setelah berbulan – bulan tidak bisa menikmati makanan Indonesia. Aku bisa edisi makan bakwan, rendang, sate, soto dan lain – lain. Well porsi makanku memang sudah tidak bisa ditanyain lagi. Memang sih rasanya tidak sama dengan masakan rumah yang rata – rata Padang style. But still Indonesian food taste best. Pemiliknya juga ternyata merupakan orang Indonesia yang menikah dengan orang sana dan hidup disana bertahun – tahun. Wah seneng banget rasanya. Orangnya juga ramah dan menasehatiku macam – macam. “Jadilah anak soleha yang bisa membanggakan bumi pertiwi ketika kembali ke Indonesia” Itulah pesannya yang akan aku kenang selamanya. Terimakasih ibu! Niagara Fall. Setelah edisi menikmati makanan Indonesia dan lain – lainnya. Kami akhirnya memulai perjalanan yang sangat – amat panjang menuju Niagara Fall. Kami pergi melewati kota Detroit hingga sampai selamat di Niagara Fall. It wasn’t smooth journey guys. But worth it! Nyatanya walaupun harus berada di mobil berjam – jam dan menghabiskan waktu di jalan, kami menikmati waktu seru dengan bermain game and getting to know each other better. Love it! I can’t describe how fun it was. Sampai di Niagara Fall, hari sudah sangat siang menjelang sore. Kami segera check – in, mengeluarkan makanan yang berada di mobil termasuk makanan Indonesia yang kami jadikan bekal karna kebanyakan tadi dan segera capcus. Kami pergi lagi ke USA setelah itu. Nah loh! Jadi hostmom ku meminta kami menyiapkan paspor masing – masing dan menuju Niagara Fall di bagian Amerikanya alias di kota New York. It wasn’t like you imagine people. Still same like Canada, I wasn’t in New York City. Kami sih awalnya ke daerah itu karena berpikir Air Terjun-nya akan lebih bagus, tapi nyatanya standar – standar aja sih. So after we walked around for awhile, we decided to go back to the hotel. Dan emang dasarnya punya host parents yang suka travelling dan fotografi, harapan untuk istirahat gugur sudah digantikan dengan berjalan menuju downtown Niagara Fall-nya malam itu. First schedule yang kita lakukan di downtown adalah mencari makanan. Famish won’t make any good trip, you know. Kita menemukan salah satu restaurant dengan sejuta menu – menu yang isinya burger (yes guys, talk about stereotype of US or Canada food, I found it). Bedanya sama restaurant – restaurant di Michigan sih menurutku adalah pilihannya yang banyak, namanya yang lucu dan katanya sih daging asli fresh dari Kanada. Setelah puas mengenyangkan perut dengan burger yang bahkan tak kumengerti menu-nya saking banyaknya, kami memutuskan berjalan sekeliling downtown. Kita pergi ke beberapa museum seperti museum lilin (bukan museum yang biasa di berita – berita yang keren itu loh) dan beberapa cute store. Kita juga sempat muter didaerah yang menurutku bisa dibilang pasar malam karena banyak banget hal – hal ala pasar malam disana, ada rumah terbalik, ghost house (dan kita sempat masuk loh kedalamnya) dan hal – hal lain yang gak bisa ditemukan di Indonesia. Seandainya aku memiliki kualitas handphone yang mumpuni saat itu, walaupun nyatanya handphone ku adalah kamera special untuk memotret kak dhea, sayangnya tidak bisa terlalu bekerja sama dengan cahaya. The last, they have Ferris Wheel yang ukurannya sangat besar. So much bigger dari yang bisa ditemukan di pasar malam. Seperti seorang anak – anak yang menemukan permen kesukaannya, aku meloncatkan mata melihatnya, sekaligus memberikan kode pada host mom, pacarnya dan host sisterku. Dan setelah menangkap kodeku itu, mereka segera membeli tiket dan kita masuk ke dalam. I know everyone has been in Ferris Wheel, at Night Market, Amusement Park or everything else. But I feel so much like a child with their family, take my first step to see the world, looking those stars in the dark sky, those light all around me and the fall that never stop. Ferris Wheel di Niagara Fall itu memiliki kenangan tersendiri untukku. I know I make some romantic sentences, but really, it feels like I was part of the family. Agu 25 2019 VERY FIRST STEP OF MY EXCHANGE Please note that this article was written when I was in high school. I decided to post them in this blog to share the stories of my life as a Rotary Youth Exchange. Enjoy! ///////////////////// Very First Step of My Exchange “This is what I want to do, and I have no regret,” Semua orang punya cerita mereka sendiri. Ada orang yang sering pergi ke luar negeri dan merasa biasa saja, ada yang merasa gugup sampai tidak tahu harus melakukan apa, ada orang yang sudah sering ke luar negeri tapi merasa gugup luar biasa dan ada orang yang sangat bersemangat seperti aku. Bersemangat sekali adalah gambaran yang bisa diberikan untukku sejak pertama kali selesai orientasi. Tinggal di Amerika Serikat adalah salah satu impianku yang terlalu penasaran dengan bagaimana orang lain hidup. Aku yakin itu akan berbeda. Satu hal yang selalu aku syukuri adalah orangtua ku yang selalu mendukung apapun yang aku lakukan. Tidak memarahiku ketika memilih IPS dibandingkan IPA, tidak memarahiku karena menulis sampai pagi dan mendorongku untuk setiap langkah yang ingin aku kejar. Bukan sebuah keputusan yang semudah itu aku pergi pertukaran pelajar. Mami, begitu aku menyebut Ibuku mungkin tidak pernah membahas hal lain selain apa yang harus aku siapkan untuk berangkat saat itu, tapi aku punya ketakutan besar. Apakah aku bisa berangkat atau tidak, apakah aku diterima atau tidak, apakah orangtuaku akan mendukungku terus atau tidak. Aku sangat bersyukur memiliki orangtua yang memberikan fasilitas untukku mengeksplorasi apa yang aku bisa capai dan memberikan restu yang sedalam – dalamnya. Dengan kedua hal itu, aku bisa berangkat dengan perasaan gembira. * Menjelang hari keberangkatan, semua barang sudah berada di dalam koper – koper kosong yang kemudian terisi penuh. Jangan tanyakan aku bagaimana Mami yang sudah repot mengisinya satu bulan sebelum aku berangkat. Saat itu aku bertanya – tanya, apa Mami beneran senang anak sulungnya pergi jauh dari rumah supaya gak ada yang bikin khawatir lagi ya? Saking penasarannya aku! Tapi ya seluruh keluarga sebenarnya excited. Aku sempat berkomunikasi dengan orangtua angkat pertamaku di Traverse City sebelumnya dan semua orang sudah heboh dirumah. Katanya aku akan mendapatkan orangtua yang menyenangkan. Feeling bakalan kangen sama orangtua? Hmm sepertinya enggak deh. Aku malah dengan senangnya menghitung hari untuk bisa meninggalkan Indonesia. Mengucapkan selamat tinggal pada guru, teman sekolah, sahabat, saudara bahkan tetangga. Rasanya seperti tanah Indonesia sudah tak lagi kupijaki, pikiranku sudah berada di Traverse City, tempat dimana aku akan berada. I’m going! * *Perjalanan pun dimulai. Pesawat yang aku tumpangi memiliki rute Batam – Kuala Lumpur, Malaysia – Doha, Qatar – Chicago – Traverse City. Quite long journey, huh? Dari Batam sendiri aku didampingi oleh Mami. Di Malaysia, aku menjemput Dhea, salah satu siswa pertukaran pelajar yang memiliki rute yang sama denganku. Kita sendiri menghabiskan waktu bersenang – senang di Malaysia selama satu hari. Sebelum perjalananku yang sebenarnya dimulai, Abi ku menyusul malam sebelumnya untuk mengantarku. I didn’t ask him but I think he don’t want to let me go hehe. I leave them with happiness. No sad, no cry, no goodbye. Only see you again. * Setelah transit di Doha, aku mengambil beberapa foto sebagai kenangan dan melanjutkan perjalanan ke Chicago. Ada satu episode menarik yang terjadi didalam pesawat menuju Chicago. Saat itu aku dan Dhea duduk di bangku bersampingan dengan seorang Laki – laki. Dia terlihat sangat baik. Setelah perjalanan cukup panjang, kita jadi mengobrol karna bosan. Ternyata lelaki ini merupakan orang India yang mendapat beasiswa S2 di Chicago. Sangat menarik. Dia sendiri memuji keberanian kita untuk pergi meninggalkan Indonesia (padahal kita seneng banget wkwk) dan banyak memberi masukan. Aku sendiri sangat terinspirasi dengan dia. Awalnya sih karna bahasa Inggrisnya yang tidak memiliki aksen sama sekali. Tapi ternyata dia juga memiliki kisah hidup yang panjang yang biarlah jadi cerita diantara kami. Dia bilang, “You should study, so people here would want you, instead of you want them to take you” yang maksudnya sendiri adalah dengan belajar, orang – orang yang akan datang ke kita. Seperti dia yang mendapat beasiswa full. That day I learned that there is always something you could get from a stranger on a plane. * Sesampainya di Chicago. Suasana sangat padat. Hectic banget. Kita mengantri di barisan menunggu paspor kita untuk di cek. Rasanya berada di negara lain, dengan orang – orang baru disekelilingmu. Susah dijelasin dengan kata – kata. Dan euforia itu sendiri masih ada hingga saat ini. Sayangnya karna kepadatan tadi, aku ketinggalan pesawat. Be prepare guys! Jangan khawatir. Aku langsung menuju ke pihak airline nya dan jadwal pesawatku dipindahkan dalam beberapa jam. Aku memilih langsung menghubungi hostfamily ku melalui Email. Seperti kata mami “Tanggap pada situasi dan tenang akan memberi jalan menuju keputusan yang tepat”. I’m glad that I made it. * Setelah menunggu beberapa jam, aku akhirnya berangkat menuju Traverse City. Wah, perasaanku seperti meledak – ledak. Gak sabar untuk ketemu dengan orang – orang baru. Perjalanan itu membutuhkan waktu satu jam dan aku tiba di Traverse City tepat sekitar jam 11 malam. Pokoknya feelingku benar – benar bercampur aduk. Aku mikir malah tidak ada satupun yang akan datang menjemputku selain hostfam pertamaku tentunya. But guess what, I am wrong. Aku dijemput oleh keluarga host family pertamaku, Michael, Jessica & Nick, lalu juga konselour ku dan suaminya, Laverna & Michael, dua siswa exchange lainnya yang tinggal didaerahku, Eva & Greta, Keluarga Host Family dari Eva, serta beberapa orang rotarian lainnya. Dan katanya sih awalnya lebih banyak lagi namun sudah banyak yang pulang. Aku terhura guys, hehe. Menurutku sangat berkesan banget orang – orang yang akan menjadi bagian penting di hidupku ini datang menjemputku. Semua rasa nervous hilang sudah, terlalu sibuk untuk menyapa dan berkenalan satu sama lain. Walaupun hari itu, sebenarnya, aku bahkan gak ingat siapa saja nama orangnya selain host family ku. But again, it is just the first step of my exchange. And I’m so lucky that everyone supports me at the same time. Agu 25 2019 NAVIGASI POS 1 2 3 … 5 Pos yang lebih lama GOODREADS GOODREADS: READ 7 Keajaiban Rezeki by Ippho Santosa Indonesia Mengajar by Pengajar Muda Wuthering Heights by Emily Brontë Jane Eyre by Charlotte Brontë The Architecture of Love by Ika Natassa Novel ini adalah novel kesekian yang saya baca dari Kak Ika Natassa. A little bit different from Antologi Rasa and Divortiare, or even A Very Yuppy Wedding. Buku ini bercerita bagaimana cinta itu bisa menyakiti kita, karena kita hanya bi... Share book reviews and ratings with Vanessa, and even join a book club on Goodreads. TAG 18 2016 aiesec Bangga blog CERPEN Curhat d3410 D6290 Day Diary Eighteen Exchange Experience frankenmuth Friend HeartSignal HeartSignalS2 Indonesia intersections Leadership lebaran Life Lifeleadership Love Michigan Orientation Pengalaman Personal program project Rotary Sharing Snow Story Student Study Travel traverse city USA Vanessa Wattpad Winter Youth A Flat Journey, Buat Blog di WordPress.com. * Ikuti Mengikuti * A Flat Journey Daftarkan saya * Sudah punya akun WordPress.com? Login sekarang. * * A Flat Journey * Sesuaikan * Ikuti Mengikuti * Daftar * Masuk * Laporkan isi ini * Lihat situs dalam Pembaca * Kelola langganan * Ciutkan bilah ini Memuat Komentar... Tulis Komentar... Surel (Wajib) Nama (Wajib) Situs web Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie