cerpen-sexs.blogspot.com
Open in
urlscan Pro
142.251.174.132
Public Scan
URL:
https://cerpen-sexs.blogspot.com/
Submission: On September 25 via api from US — Scanned from CA
Submission: On September 25 via api from US — Scanned from CA
Form analysis
1 forms found in the DOM/search
<form action="/search" id="ajax-search-form">
<input name="q" onblur="if (this.value == "") {this.value = "Text to search...";}" onfocus="if (this.value == "Text to search...") {this.value = "";}" type="text" value="Text to search...">
<button title="Search" type="submit">Search</button>
</form>
Text Content
KUMPULAN CERITA SEKS DEWASA BERGAMBAR UPDATE LENGKAP Search Select Menu * Home * About CERITA SEX PENUH DENGAN NAFSU <b>Situs Terlengkap Untuk Cerita Dewasa Pribadi | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Hot | Cerita ABG | Cerita Tante-tante | Cerita Sex Jilbab | Seks Bergambar – Penuh dengan Nafsu.</b> Setengah busana yang masih di pakai oleh Nisa denga posisi kedua tangannya memeleuk lututnya, terlihat kedua paha yang putih dan mulus terpampang terlihat juga memek yang tersemat dari bulu bulu kecilnya yang nampak baru di cukur.<br /><h2 style="text-align: center;">Cerita Dewasa Penuh dengan Nafsu</h2><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuIAIgBEsXZwugWrGHNvQ9ULP0Bd3e-LHVKRZ9ruMS-4WewJi3JfeRmvEi14vMcNY5DGSn4hlTRhKqj-99SbtquxSG4mxWuYpUiI2mUGdV5D_4SgGzYL87EIKsCSMf4_Ovq0S-nE1CM-8/s1600/Cerita+Sex+Penuh+dengan+Nafsu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="cerita sex three some, cerita gangbang hot, cerita bokep terlengkap, cerita cerita sange, cerita ngentub, cerita baru panas, cerita 3 some, cerita thresome, cerita tresome." border="0" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuIAIgBEsXZwugWrGHNvQ9ULP0Bd3e-LHVKRZ9ruMS-4WewJi3JfeRmvEi14vMcNY5DGSn4hlTRhKqj-99SbtquxSG4mxWuYpUiI2mUGdV5D_4SgGzYL87EIKsCSMf4_Ovq0S-nE1CM-8/s400/Cerita+Sex+Penuh+dengan+Nafsu.jpg" title="Cerita Sex Penuh dengan Nafsu" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b><i>Cerita Mesum Penuh dengan Nafsu</i></b></td></tr></tbody></table>Dengan nada yang beringas dan tatapan yang ingin dia berbisik di kupingku “Masukkkkanlah juga kak, aku juga ingin merasakan kenikmatan tersebut”??<br />Tapi aku hanya diam dengan isyarat tubuhku dia sudah memahami kami sudah membuka pakaian bagian bawah, tak selang beberapa lama aku dan Nisa bergelut di pojokan dengan penuh nafsu aku mainkan memeknya, dia membalas dengan tangannya mendorong ke dalam agar cepat bersetubuh.<br /><br />Tubuhnya terasa panas dan membara oleh gairah, bertubi-tubi kuciumi leher, pundak dan buah dadanya yang kenyal dan besar itu. Ia hanya melenguh-lenguh melepas nafasnya yang menderu. Setiap remasan dan kuluman… diiringi dengan erangan penuh kenikmatan.<br /><br />Tanpa kusuruh ia membuka sebagian kancing bajunya. Menampakkan onggokan buah dada yang membulat dan putih. Tanpa membuka tali beha ia mengeluarkan buah dadanya itu dan mengasongkannya ke mulutku.<br /><br />Dengan rakus kukulum buah dada besar Nisa sepenuh mulutku. Ia mengerang antara sakit dan enak. Nafasku pum semakin tersendat, hidungku beberapa kali terbenam ke bulatan kenyal dan hangat itu.<br /><br />Puncak dadanya basah oleh air liurku yang meluap karena nafsu. Licin dan agak susah meraih puting susunya yang mungil kemerahan itu. Jelas sekali kulihat proses peregangannya. Semula puting susu itu terbenam, namun dalam sekejap saja dia keluar menonjol dan mengeras.<br /><br />Nisa tahu susah mengulumnya tanpa memegang karena aku mencengkram erat leher dan pinggang gadis itu. Tanpa menunggu waktu ia memegangi buah dadanya dan mengarahkan putingnya ke mulutku.<br /><br />Aku pun mengulumnya seperti bayi yang kehausan. Mengulum dan menyedot sampai terdengar berbunyi mendecap-decap. Kulihat gadis itu, dalam sayu matanya merasakan kenikmatan, bibirnya tersungging senyuman dan tawa kecil.<br /><br />"Gigit sedikit, Kak." pintanya padaku.<br /><br />Aku menuruti kemauannya, dengan gigiku kugigit sedikit puting susunya.<br /><br />"Aih…." Jeritnya lirih sambil menggigit bibir.<br /><br />Barangkali ia tengah merasakan sensasi rangsangan nikmat luar biasa di bagian itu. Kurasakan tubuhnya melunglai menahan nikmat.<br /><br />Kemudian tubuh kami saling mendekap semakin rapat. Gairah dan rangsangan nikmat menjalar dan memompa alirah darah semakin kencang.<br /><br />Secara naluriah aku menyelusuri tubuh sintal Nisa. Mulai dari leher, terus ke punggung, meremas daging hangat di pinggul… terus ke bagian bawah. Akhirnya menyelip di antara paha. Gadis itu membuka pahanya sedikit, mengizinkan tanganku menggerayangi daerah itu.<br /><br />Dalam pelukan erat, tanganku mencoba masuk…<br /><br />"ehm.. " bagian itu terasa hangat dan basah.<br /><br />Nisa menggeser pantatnya sedikit. Kedua matanya memejam sembari menggigit bibir, desah-desah halus keluar tak tertahankan. Detak jantungku semakin kencang ketika kubayangkakn apa yang terjadi di’sana’.<br /><br />Gadisku menggelinjang, nafasnya sesekali tertahan, sesekali ia seperti menerawang, apa yang dia harapkan? Aku tahu, dia menginginkan itu, dia mendorong-dorongkan pantatnya ke depan, agar bagian itu lebih tersentuh oleh jemariku.<br /><br />Dengan penuh pengertian aku pun turun… dari leher… buah dada.. wajahku terseret ke bawah, menikmati setiap lekuk liku tubuhnya yang hangat. Setiap sentuhan dan gesekan menimbulkan rintihan lirih dari mulutnya. Wajahnya menengadah, matanya setengah terpejam, bibir agak terbuka, dan sedikit air liur menetes dari salah satu sudutnya.<br /><br />“Teruskan, kak… jangan hentikan..!” pintanya.<br /><br />“Puaskan aku….?” katanya lagi tanpa rasa sungkan.<br /><br />Yah, tak ada rahasia di antara kami. Apa yang dia inginkan untuk memuaskan hasratnya, pasti dia minta, kapan saja kami bertemu. Begitu pula aku… kalau lagi pingin, dia pasti kasih.<br /><br />Perlahan aku menyusuri tubuhnya ke bagian bawah. Sekarang aku sudah di atas perutnya yang mulus. Aku bermain-main sebentar di sana. seluruh tubuh Nisa memang sangat menggairahkan. Tidak ada lekuk tubuhnya yang tidak indah. Aku sangat menikmati semuanya.<br /><br />Tiba-tiba Nisa memegang kepalaku, meremas sedikit rambutku dan mendorong kepalaku ke bawah.<br /><br />“Ayo, Kak, udah gak tahan nih..! Jangan di situ aja dong….Aih..” Aku menurut….<br /><br />Dulu aku bilang aku ingin merasakan dan menjilati kemaluannya, dia bilang hal itu menjijikkan. Dalam keadaan terangsang dia sangat menginginkanya. Sesampai di bagian itu… aku terpana menyaksikan pemandangan indah terbentang tepat di depan mataku.<br /><br />Setumpuk daging berwarna kemerahan berkilat di celah-celahnya …Bagian itu, bibir kemaluan Nisa yang merah dan basah dipenuhi cecairan lendir yang bening. Dengan kedua jari telunjuk ku buka celah itu lebih lebar… Klentitnya menyembul… nampak berkedut karena rangsangan nikmat tidak terkira.<br /><br />Berkali-kali ia berkedut… setiap denyutan dibarengi dengan nafas dan rintih tertahan gadis itu. Aku memandang ke atas. Ke arah payudaranya yang terbuka, putingnya semakin mengeras. Nafasnya terengah-engah, buah dada Nisa yang putih itu nampak naik turun dengan cepat.<br /><br />Kulihat lagi kemaluan gadisku itu… semakin merah dan merekah. Kubuka lagi dengan dua telunjukku… cairan kental pun mengalir deras. Meluap dan merembes sampai ke sela paha, persis seperti orang yang sedang ngiler.<br /><br />Cairan itu terus mengalir perlahan… sampai ke arah anus. Kemudian perlahan berkumpul dan akhirnya menitik ke lantai. Semakin lama semakin banyak titik-titik lendir bening yang jatuh di lantai kamar itu.<br /><br />Terasa ia merenggut rambutku… dan menekankan kepalaku ke arah vaginanya yang sedang terangsang itu. Aku pun semakin bernafsu…. Dengan penuh semangat aku pun mulai mengulum dan menjilati seluruh sudut kemaluan Nisa…<br /><br />“Ahh…. Ahhhh… nikmat sekali, Kak!” Nisa merintih,<br /><br />tubuhnya menegang, cengkramannya di kepalaku semakin kuat. Pahanya mengempot menekan ke arah mukaku, sementara kemaluannya semakin merah dan penuh dengan lendir yang sangat licin.<br /><br />Aku pun semakin dalam menusuk-nusukkan lidahku ke liang senggamanya. Beberapa kali klentitnya tersentuh oleh ujung gigiku, setiap sentuhan memberi pengaruh yang hebat.<br /><br />Gadis itu melolong menahan nikmat… aku terus menyelusuri bagian terdalam vaginanya. Oh… hangat dan sangat-sangat basah. Tak bisa kubayangkan kenikmatan apa yang dirasakannya saat ini. barangkali sama nikmatnya dengan rangsangan yang kuperoleh dari kemaluanku yang juga sudah mengeras sedari tadi.<br /><br />Rasanya sangat nikmat dan tergelitik terutama di bagian pangkal… rasanya ingin aku melepaskan nikmat di saat itu juga. Tapi aku harus menyelesaikan permainan awal ini dulu, gadis ini minta untuk segera di tuntaskan.<br /><br />Semakin aku memainkan kemaluannya, semakin ia mengempot dan menekankan kepalaku ke arahnya. Sesekali aku menengadah menatap wajahnya yang merah. Tampak ia menghapus air liurnya yang mengucur dengan lidahnya yang merah itu. Tiba-tiba ia tertawa mengikik… seperti ada yang lucu. Ia mengusap wajahku yang bergelimang cairan vaginanya. Sambil memandangku penuh pengertian.<br /><br />“Lagi, Kak” pintanya.<br /><br />Aku mengulangi lagi kegiatan itu, ia pun kembali merintih-rintih menahan rangsangan hebat itu di kemaluannya. Beberapa kali klentit itu kusentuh dengan ujung gigi…. Tiba saatnya, dia sudah sampai mendekati puncak. Nafas semakin memburu dan tubuhnya menegang hebat beberapa kali. Tanpa sungkan lagi, ia mengeluarkan lolongan penuh kenikmatan ketika rasa enak itu tiba…<br /><br />“Ohhhhh… hhhh…ahhhhhhhh…” jeritnya lepas.<br /><br />“Enak sekali…”<br /><br />Pantatnya mengempot ke depan setiap denyutan nikmat itu menyergap vaginanya… dan setiap denyutan diiringi dengan keluarnya cairan yang lebih banyak lagi. Beberapa cairan itu bagaikan menyembur dari liang senggamanya, aku mundur sebentar, melihat bagaimana bentuknya vagina yang sedang mengalami orgasme.<br /><br />Tegang, merah, basah… berkedut-kedut, cairan pun membanjir sampai ke kedua pahanya….. mengalir dengan banyaknya sampai ke mata kaki… Aku pun tidak tahan melihat keadaan itu, cepat aku berdiri… mengasongkan kemaluanku yang sudah tegang itu ke arahnya.<br /><br />Ia memelukku, terasa tubuhnya bersimbah peluh, wajahnya yang memerah karena baru melepas nikmat itu disusupkannya ke leherku. Memelukku semakin kuat…<br /><br />“Puaskanlah dirimu, Kak!”<br /><br />Aku pun mendekap tubuh sintal itu semakin erat. Rasa nikmat berkecamuk di titik kemaluanku. Terasa semakin menegang dan mengeras…. Tapi aku ingin merasakan sensasi yang lain.<br /><br />Kuturunkan kepala gadis itu ke bagian itu. Ia menurut, perlahan ia menyusuri tubuhku dari dada terus turun ke bawah.<br /><br />Seperti yang kulakukan tadi, mulutnya menciumi perutku dan terus turun… sesampai di bagian itu ia memandangi penis yang selama ini selalu dia senangi. Ia menengadah.. memandangku dengan senyuman nakal….<br /><br />“Besar sekali punyamu, Kak! Ini untukku untuk selamanya,” katanya sambil mengelus dan mulai meremas pangkalnya.<br /><br />Aku terkesiap… jemari lembut itu mulai mengocok-ngocok kemaluanku dengan penuh cinta.<br /><br />“Nikmatilah, Kak! Aku ingin kamu menikmati dan merasakan kenikmatan seperti yang aku rasakan, kamu milikku, tidak boleh untuk orang lain….”<br /><br />Aku mengangguk sambil tersenyum, perempuan kalau sudah cinta dan ingin pasti mau melakukan apa saja.<br /><br />Perlahan ia mulai mengocok pengkal kemaluanku… sesekali ia mengecup bagian kepalanya yang seperti topi baja itu. Lembut dan penuh kasih sayang. Beberapa kali pula ia menempelkannya di pipi sambil matanya terpejam.<br /><br />“Ohh.. inilah yang aku impikan selama ini. Kepunyaanku milik kekasihku yang perkasa…”<br />Kemudian ia meningkatkan kocokannya, kedua jemari tangan menggenggam dan meremas-remas menimbulkan rasa geli luar biasa.<br /><br />Kemaluanku semakin menegang menahan nikmat.. keras dan enak. Gadis itu sangat lihai mempermainkan jemarinya, seolah dia turut merasakan apa yang kurasakan. Sambil terus jongkok dan menciumi pangkal kemaluanku jemarinya terus juga digesekkannya.<br /><br />Akhirny aku pun tak tahan lagi… aku merenggut rambut di kepalanya, tubuhku pun menegang. Aku mendorong pantatku ke depan, pahaku mengejang menahan sesuatu yang bakal kukeluarkan.<br />“Nisa…” kataku sambil mencengkram rambutnya.<br /><br />Ia menatapku, wajahnya tepat di ujung kemaluanku yang sedang dicengkeramnya. Gadis itu tersenyum kecil…. Dia senang menatapku yang sedang dalam puncak nikmat.<br /><br />Maka, sambil setengah terpejam, aku pun mengeluarkan segalanya, kemaluanku meledak dalam genggaman tangan Nisa, menyemburkan air manikyang sangat banyak, mengenai seluruh muka gadis itu. Sebagian ada yang menyembur dan kena ke rambutnya. Kelopak mata gadis itu berkedip menahan serangan air mani yang mendarat di wajahnya…<br /><br />“Hhhh…hhhh.hh,” perlahan nafasku mulai teratur… puncak itu sudah sampai, nikmat tak terlukiskan kata-kata.<br /><br />Nisa bangkit berdiri dan menuju pojok ruangan. Paha dan pantat mulusnya nampak gemulai ketika ia melangkah. Gadis itu mengambil baju, mengusapkannya di wajah yang penuh cairan mani. Menoleh ke arahku sambil tersenyum, kemudian berjalan ke arahku. Merentangkan kedua tangan, memelukku dan menempelkan pipinya di pipiku.<br /><br />“Enak ya, Kak”<br /><br />Aku mengangguk, memeluk tubuh yang masih bersimbah peluh itu. Memandang matanya lekat-lekat. Ia membalas tatapanku, “Aku sangat mencintaimu, Kak. Kaulah milikku dan milikilah aku selamanya…”<br /><br />Entah berapa lama kami berpelukan sambil berdiri. Ketika angin berdesir melalui kisi-kisi jendela, terasa semuanya sudah mengendur. Jiwa dan raga sudah terpuaskan. Sekarang waktunya merapikan pakaian, duduk mengobrol di ruang tamu.<br /><br />Sebentar lagi teman-teman kost kekasihku akan pulang. Kami akan mengobrol di ruang tamu, bercanda, seperti tidak ada kejadian apa pun sebelumnya.<br /><br />Tiba-tiba gadis itu berdiri seperti tersentak kaget. Ia memandangku sambil tersenyum kecil. Aku tak mengerti ketika ia menunjuk dengan sudut matanya ke arah lantai. Ha ha ha… hampir lupa, cairan itu masih berserak di lantai. Buru-buru ia pergi ke belakang dan kembali dengan secarik kain. Perlahan dia lap lendir-lendir itu dengan kain tadi.<br /><br />“Ini punyaku…” katanya sambil menunjuk setitik cairan.<br /><br />“Dan ini punyamu, Kak!” hehe aku tersenyum.<br /><br />“Dari mana kamu membedakan keduanya?” tanyaku sambil mengambil sebatang rokok. Seraya bangkit dan tertawa…<br /><br />“Punya perempuan dan laki-laki jelas beda. Punyaku lebih bening…”<br /><br />“Tapi punyaku lebih enak kan?” kataku bercanda.<br /><br />“Iya dong sayang…. ” katanya seraya menghampiriku dan mengusap wajahku penuh kasih dan sayang.<br /><br />“lain kali kita masukin ya . Kak. Aku ingin lebih menikmatinya..” bisik gadis itu,<br /><br />“Aku ikhlas demi Kakak…” bisiknya lagi di telingaku.<br /><br />Ia melingkarkan tangannya di leherku, aku pun memeluk tubuh sintal dan bermandi peluh itu lebih erat.<br /><br />Malam belum begitu larut ketika aku dan Liani sedang asyik bercinta di ruang tamu rumah kostnya. Tubuh montok gadis itu terbaring pasrah di atas dipan sederhana yang terletak di salah satu sudut ruangan. Sedari tadi punyaku keluar masuk menyelusuri seluruh lipatan kemaluan gadis itu.<br /><br />Berkali-kali gadis itu menggeram menahan rasa. Lipatan basah dan hangat itu terasa sesekali menyempit. Dia sungguh menikmatinya gesekan-gesekan itu, aku juga. Yang hebatnya, gadis satu ini sepertinya tidak memerlukan foreplay.<br /><br />Kami langsung melakukannya begitu saja. Cukup dengan tatapan mata, kami sudah tahu apa yang kami inginkan, kepuasan di malam yang basah oleh rintik hujan ini.<br /><br />Jam delapan malam aku ada janji dengan Nisa kekasihku untuk bertemu di rumah kost khusus putri ini. Padahal malam ini bukan malam minggu seperti biasanya kami bertemu. Tapi dia sms aku minta ketemuan, ada yang penting katanya. Aku paham yang penting itu apa.<br /><br />Yang aku tidak mengerti ketika aku tiba di rumah kost itu, ternyata dia tidak ada. Liani teman sekost nya yang menyambutku. Dia suruh aku masuk dan ketika kutanyakan kemana Nisa, dia bilang sedang keluar sebentar, ada perlu dan dia pergi dengan Silvi kawan sekampungnya.<br /><br />Dia bilang, kata Liani, suruh tunggu saja nggak akan lama kok. Liani, gadis lain desa yang bertubuh tinggi semampai berkulit putih dan berambut panjang itu menyuruhku duduk.<br /><br />Tak lama dia pergi ke belakang , mau bikin minum katanya. Aku manut saja seraya mengambil sebatang rokok. Diam-diam kerhatikan tubuh gadis itu dari belakang ketika berlalu. Cukup lumayan, tinggi dan lumayan montok.<br /><br />Apalagi malam ini dia hanya menggunakan sehelai baju tidur sebatas lutut tanpa lengan. Menampakkan gumapalan-gumpalan indah khas gadis desa yang terbiasa bekerja cukup keras.<br /><br />Tak terasa aku menghela nafas sambil menyaksikan pemandangan tubuh Liani yang gemulai menuju ke ruang belakang yang agak gelap itu.<br /><br />Pantatnya lumayan besar dan berisi, sementara kedua betis tampak putih mulus dengan tumitnya yang kemerahan. Kalau tidak ingat Nisa kekasihku, mungkin gadis ini pun sudah kupacari, tapi katanya dia sudah punya pacar, entah siapa aku belum pernah ketemu dengan lelaki yang katanya jadi pacarnya itu.<br /><br />Tak lama kemudian gadis itu kembali sambil membawa nampan dengan segelas air putih.<br />“Maaf, Bang, cuma ini yang aku sediakan,” katanya sambil setengah embungkuk meletakkan gelas itu di meja di hadapanku.<br /><br />Tanpa sadar belahan dada gaun tidur gadis itu agak melorot, menampakkan dua bulatan putih yang mau tidak mau merasuk ke mataku. Kuakui tubuhnya sangat sintal. Walaupun tinggi semampai, tubuh itu tampak padat dan berisi. Buah dadanya tampak menantang tatkala ia berdiri.<br /><br />Liani mengibas-ngibaskan rambut panjangnya di depanku. Bibirnya tersenyum.<br /><br />“Ada perlu apa, Bang? Kok tumben nggak malam mingguan ke sininya?” tanyanya sambil membenahi rambutnya yang indah itu. Ia menatapku dari sudut matanya.<br /><br />Gadis yang satu ini memang memanggilku dengan sebutan ‘Bang’, tidak seperti yang lain memanggilku ’Kakak’. Aduhai tubuhmu Liani sangat sintal dan lagak lagumu malam ini seperti bukan kepada orang lain saja.<br /><br />Gadis itu duduk dengan santainya di depanku sembari memegangi nampan di perutnya. Tak ada canggung sedikit pun ketika mengangkat kedua kakinya dan membiarkan gaunnya yang selutut itu tertarik sampai ke batas paha. Aku menelan air liur ku sendiri. Di rumah kost yang sepi ini hanya kami berdua sementara Nisa dan Silvi entah ke mana<br /><br />“Masih lama mereka kembali, Liani?” tanyaku asal saja sambil meraih gelas minumku.<br /><br />Gadis itu menatapku lurus-lurus di mataku. Entah apa yang ada dalam benaknya malam ini.<br /><br />“Entah.” Katanya sambil menggeliat, merentangkan tangannya, kedua pangkal lengannya terangkat ke atas menampakkan ketiaknya yang bersih.<br /><br />“Mungkin dua puluh menit atau setengah jam lagi mereka kembali. ada perlu, Bang.” Gadis itu menguap dengan enaknya di depanku.<br /><br />Kemudian ia menengadah menampakkan lehernya yang putih mulus itu. Hmm.. gadis ini agak-agak mirip Chinese walau sebenarnya bukan. Tapi terus terang aku cukup tertarik dengan kesintalannya.<br /><br />“Kenapa gitu, Bang? Bosen ya… Nggak sabar ingin cepat ketemu.”<br /><br />“Tahu aja perasaan orang…” jawabku sambil tertawa kecil.<br /><br />“Hmm… tahu dong. Nggak sabar pengen… ”<br /><br />“Pengen apa, hayo!”<br /><br />“Pengen … ‘itu’ ya… ” katanya nakal sambil terkekeh.<br /><br />“Itu apa? Itu … kalau itu kamu juga punya kan?” kataku agak sembrono.<br /><br />Gadis itu merapikan posisi duduknya agak cepat. Tapi kemudian dia santai lagi sambil terus menggeliat, seolah ada kepenatan yang hendak dilepaskan dari tubuhnya itu. Dua gundukan dada itu menyembul dari balik gaun tidurnya yang berwarna biru itu. Tampak tali behanya yang berwarna hitam.<br /><br />“Ngeliatin apa sih?” katanya sambil memperbaiki tali kutang yang agak melorot di bahunya.<br /><br />“Nggak.” Jawabku sekenanya.<br /><br />Ku lihat ia menatapku tajam. Aku balas menatap. Wajahnya tampak memerah. Aku menahan nafas. Apa rasanya gadis ini? apa bedanya dengan Nisa kekasihku?<br /><br />Pikiran-pikiran itu berkelebat cepat begitu saja. Seolah dunia sudah jungkir balik. Tak ingat lagi dengan Nisa, dengan Silvi temannya yang barangkali akan pulang. Aku pun bangkit, meraih tangan gadis itu. Liani diam saja, tapi dia tersenyum sambil tertawa sedikit.<br /><br />“Nggak ada waktu, Kak…” katanya pelan tapi membalas remasan tanganku.<br /><br />Kuselipkan jemariku di jemarinya, dia membalas. Matanya menatapku seolah mengatakan, kalau ingin melakukannya lakukanlah sekarang juga mumpung Nisa dan Silvi belum pulang. Dan itu tidak masalah apakah mereka akan tahu atau tidak, aku pandai menjaga rahasia.<br /><br />Bisikan-bisikan itu mengiang di telingaku semakin membuat gairahku bangkit. Apalagi jika kulihat tubuh Liani yang montok dan dadanya yang naik turun menahan nafas yang mulai terengah.<br /><br />Semakin lama remasan semakin erat. Tubuh kami semakin merapat dan terasa tubuh gadis itu memanas. Entah oleh nafsu entah oleh hasrat yang tertahan. Tidak, aku tidak akan menyia-nyiakan kehangatan yang disuguhkan gadis ini, meski bukan kekasihku, tapi… perselingkuhan selalu terasa nikmat.<br /><br />Dia memang beberapa tahun lebih tua dari gadisku, cenderung lebih dewasa, tapi tak kusangka dia menyimpan kehangatan dan hasrat memadu cinta yang begitu terpendam dan panasnya memancar di malam ini.<br /><br />“Kak… di dipan itu aja, yuk.” Ajaknya.<br /><br />Senyumannya dari wajahnya yang memerah kelihatan agak genit. Aku setuju, walau pun cuma dipan beralas kasur tipis jadilah. Yang penting aku bisa menikmati tubuhnya malam ini.<br /><br />Maka, seperti orang kesetanan sambil berpeluk erat kami melangkah ke arah dipan. Di pinggir dipan ia melepaskan pelukanku, dan perlahan tapi pasti menurunkan gaun tidurnya.<br /><br />Aku hanya bisa memandang mengagumi tubuhnya yang putih mulus dan penuh padat berisi itu. Sementara menurunkan celana dalamnya ia memandangku sembari menatap ke arah bawah. Oh, aku belum membuka celana panjangku, terlalu mengagumi kemolekannya<br /><br />Tak lama kemudian kami sudah berpelukan hampir tanpa busana. Dia berada di bawah dalam posisi tradisional. Siap dan menanti untuk dimasuki oleh lelaki yang bukan kekasihnya ini.<br /><br />Kalau Nisa memerlukan fore play yang cukup lama sebelum terbangkitkan, dia barangkali tidak memerlukan itu. Atau…<br /><br />“Kalau malam begini… aku selalu membayangkan bersamamu, Bang". Bisiknya di telinga, kedua tangan melingkar erat di leherku. Pipinya menempel erat dipipiku.<br /><br />“Benarkah?” jawabku sambil mencium pipi hangat itu. Liani mengangguk.<br /><br />“Kadang bayanganmu begitui jelas seolah merasuki tubuhku…. Kalau begitu aku suka… emmh.. basah, Bang.”<br /><br />“Oh, ya?”<br /><br />“Iya… coba kamu rasakan, Bang.” Katanya sambil menggerakkan pantatnya, menggesekkan tumpukan kemaluannya di batang penisku.<br /><br />Ya, terasa hangat dan basan…<br /><br />“Sebelum kamu datang, aku sudah membayangkan dirimu.. emhhmmm…"<br /><br /> tanpa sadar ‘dia’ pun … sudah basah… Aku mencium telinga Liani, dia seperti merinding., tubuhnya menggelinjang karena merinding kegelian.<br /><br />“Kadang…” bisiknya lagi,<br /><br />“Keluar banyak sekali, sampai membasahi celanaku… sekarang juga udah begitu, Bang.”<br /><br />Ya, aku rasakan itu, sangat hangat dan sangat basah. Penasaran aku menyelusupkan jemariku ke daerah itu. Ya ampun! Sepertinya aku memasukkan tanganku ke seember lumpur yang hangat. Tak disangka, gadis pendiam ini ternyata menyimpan bara begitu panas. Sebuah rahasia yang selama ini dia pendam…<br /><br />“Masukkan punyamu, Bang!” pintanya …<br /><br />“Aku udah gak tahan lagi, sedari tadi aku menahan rasa terhadapmu… jangan sia-siakan malam ini… walau sebentar, aku akan puas….”<br /><br />Gadis itu menggelinjang sekali lagi, membetulkan posisi berbaringnya dan membuka pahanya sedikit lebih lebar agar mudah aku menggelosorkan kemaluanku ke liang senggamanya yang hangat itu.<br />Terasa meluncur dengan lancar memasuki kemaluan gadis itu.<br /><br />Terus masuk dan membenam sambil ke celah yang paling dalam. Gadis itu mengetatkan pahanya dan pantatnya mulai bergoyang ke kiri da ke kanan.<br /><br />Tubuhnya terasa semakin memanas. Pelukannya begitu erat dan buah dadanya yang menempel menekan ke dadaku. Dia sudah begitu bernafsu, nafsu yang di pendam lama dan ingin di lepaskan dalam pelukanku malam ini juga.<br /><br />Terus terang di menit-menit penuh cinta itu aku tidak ingat lagi dengan Nisa. Gadis ini butuh dipuaskan. Hasrat yang sudah menyeruak tidak bisa lagi di tarik surut ke dalam. Segala rem sudah di lepas dan kami pun melayang tanpa kendali menikmati semuanya malam ini….<br /><br />Kurasa hujan di luar semakin deras. Titik air yang berjuta-juta itu seolah berlomba terjun ke bumi menimbulkan suara gemuruh tidak henti-hentinya. Tapi gemuruh itu tak sedahsyat gemuruh nafsu kami berdua, aku dan Liani yang tengah menikmati cinta.<br /><br />Entah sudah berapa kali batang kemaluanku keluar masuk liang senggamanya. Sudah berapa kali pula dia menggepit-gepit dan memelukku dengan erat dengan kedua tangannya. Entah berapa kali ia terengah dan menggelinjang menggeram penuh nikmat.<br /><br />“Hhhhhh… ehhhhhhh..hhhhhh….” erangnya setiap kumainkan dan kutekan pantatku ke kemaluannya. Luar biasa, setiap tekanan ke bawah di balasnya dengan tekanan ke atas.<br />Kurasa sudah sepuluh menit aku mengayun pinggul di atas tubuhnya. Liang kemaluannya terasa semakin rapat dan sangat licin, mencengkram kuat batang kemaluanku yagn menegang.<br /><br />Aku kendurkan sedikit gerakanku. Mengalihkan perhatian ke tubuh bagian atas. Liani mengerti, ia meregangkan tubuhnya menarik kepalanya ke belakang, membiarkan buah dada besar yang putih berkeringat itu meenyeruak dari pelukanku. Buah dada gadis desa yang besar dan kenyal, tidak seperti payudara anak-anak kota yang besar tapi loyo….<br /><br />Dua gumpalan kenyal itu pun kusergap dengan mulutku. Ku lahap dan kukunyah-kunyah sepuas hati. Putting susunya yang merah itu ku kulum dan kuhisap-hisap sambil kugigit sedikit.<br />Hanya sebentar saja, gadis itu menjerit tertahan….<br /><br />“Ohhh.. geli, Bang!” aku terus mengulum…. Berganti ke kiri dan ke kanan, kemudian tanganku pun meremas-remas pangkal payudara Liani dengan gemas. Sangat kenyal, hangat dan enak rasanya.<br /><br />“Aku udah gak tahan lagi… Bang,” rintihnya lirih, tubuhnya semakin panas dan berkeringat, tubuhku juga sama.<br /><br />Dalam hawa malam yang cukup sejuk karena hujan itu seolah tubuh kami mengeluarkan uap. Tubuh bugil bermandi keringat yang mengebulkan asap nafsu birahi tak tertahankan.<br /><br />Setelah puas dengan buah dada kenyal itu, aku memeluk punggung gadis itu. Kurasa dia mengangkat lututnya, menggepitnya di pantatku. Kemudian ia menurunkan kedua tangannya dan memelukku di pinggang.<br /><br />“Tekan-tekan lagi, Bang.” pintanya.<br /><br />Aku juga sudah pingin merasakan gesekan kemaluannyai. Sambil saling berpagut erat aku mengayunkan lagi pantatku di atas rengakahan pahanya yang montok itu. Dia pun semakin menggepitk-gepitkan kakinya.<br /><br />Sekarang kami konsentrasi ke setiap gesekan, setiap lipatan, setiap senti dari liang kemaluan Liani. Malam ini sunguh hanya milik kami berdua. Gesekan-gesekan itu semakin lama semakin berirama. Sementara Liani melakukan aksi yang menambah kenikmatan, ia menggepit… lalu menahan. Gepit tahan gepit tahan…. Oh tak terlukiskan enaknya bercinta dengan gadis ini.<br /><br />Gesekan itu semakin intens kami lakukan. Sampai-sampai kami tak sadar kalau hujan sudah berhenti. Malam di luar terasa hening…. Tapi di atas dipan yang berbunyi kriak-kriuk ini dua tubuh saling memompa berpacu mengejar waktu. Takut kalau Nisa dan Silvi keburu pulang.<br /><br />Aku pun mempercepat ayunanku… sehingga di malam yang menjadi sunyi ini terdengar jelas suara penisku yang keluar masuk ke kemaluan Liani. Beradu rsa dalam limpahan cairan kemaluan Liani..<br />‘Crekk.. Crekk.. Crekkk. Crek…Crekkk.. Crrek….<br /><br />Kejantananku naik turun menggesek lipatan-lipatan dinding kemaluan gadis itu. Bunyinya terdengar jelas sekali di telinga kami berdua. Sesekali kutekan akan kuat, gadis itu membiarkan dan menerima tekanan itu, menggeolkan pantatnya berkali-kali agar kelentitnya lebih tersentuh pangkal atas kemaluanku yang keras.<br /><br />“Tekan terus, Bang.. aihh…”<br /><br />Aku menekan lagi sambil menggerakkan pantat ke kiri dan ke kanan. Mungkin dia merasa gatal dan ingin gatal itu digaSilvi sampai tuntas…. PenggaSilvinya adalah batang kemaluanku yang dia cengkram dan dia benamkan sedalam-dalamnya.<br /><br />“Ohhh..ohhhhhhhhh,” lolong gadis itu melepas nikmat.<br /><br />Seluruh liang senggamanya berkedut-kedut dan sembari menggepit kuat. Tubuh Liani menggelinjang dan menegang menahan rasa enak ketika ia mengeluarkan air mani kewanitanya.<br /><br />“Eughhh…hhhhh… euuughhhhh….. ahhhhh… ” rintihnya sambil menyurupkan wajahnya ke leherku, lehernya nafasnya menderu, air liur berceceran dari bibirnya yang merah.<br /><br />Saat itulah aku pun bersiap hendak keluar dan menyemburkan kenikmatan di kemaluanku. Tapi sesuatu menyebabkan aku berhenti …Masih dalam keadaan bersetubuh dengan Liani… ada sekelebt bayangan melintas. Aku memandang dengan ujung mataku, di lantai tampak ada dua bayangan seperti diam terpaku. Aku pun terkejut … bayangan siapa itu?<br /><br />Perlahan kulihat wajah Liani yang matanya masih setengah terpejam. Kemudian matanya perlahan terbuka… Dia pun melihat bayangan itu dan menatap langsung ke ruang tengah. Samar-samar di bola matanya yang hitam itu kulihat dua sosok berdiri menatap ke arah kami.<br /><br />Itu bayangan Nisa dan Silvi! Silvianya sudah beberapa menit tadi mereka berdiri di sana, menatap kami yang sedang asyik memagut cinta. Apakah mereka tadi mendengar juga.. bunyi crek…crekk.crekk.. alat kelamin kami yang sedang berkelindan? Entahlah, aku tak berani membayangkan hal itu.<br /><br />Anehnya, meski pun Liani sudah tahu kehadiran mereka, dia diam saja. Tidak memberi tanda bahwa kekasihku dan temannya sudah pulang. Bahkan seolah membiarkan mereka menonton kami yang sedang beradegan mesra di atas ranjang.<br /><br />Terdengar bunyi deheman kecil, dehem khas suara perempuan. Seolah memaklumi kami yang masih dalam posisi senggama ini. hmmm… aku tahu itu suara Nisa, aku bisa membedakannya.<br /><br />Sedetik dua detik aku tak tahu apa yang harus kuperbuat, kemudian Liani melakukan sersuatu yang tidak kuduga. Dia seperti melambaikan tangan dari balik punggungku. Menyuruh kedua ‘adik’ kostnya itu masuk ke kamar…<br /><br />“Teruskanlah, Bang. Nggak apa-apa, kok….” Bisiknya di telingaku.<br /><br />“Ngapain malu.. kita kan sedang enak, kamu enak aku enak…. Mereka juga pasti maklum….”<br /><br />Oh, ya? Bercinta dengan orang yang bukan pacar, dan dilihat oleh mereka pula? Apa pula ini?Exibit kah ini? Ya, sudah! Aku gak sempat memikirkan sejauh itu. Kalau bagi Liani tidak apa-apa, dan Nisa serta Silvi pun justru menikmati pemandangan ini…. kuteruskan saja.<br /><br />Perlahan dua gadis itu berlalu, seperti tak terjadi apa-apa, kecuali tawa kecil Silvi yang terdengar. Aku memandangi mereka yang pergi menjauh, tiba-tiba Nisa menoleh ke belakang. Dia menatap mataku langsung, di bibirnya tersungging senyuman yang aneh … di situasi seperti ini… senyum yang tampak nakal.<br /><br />Aku tak tahu apa akan terjadi sesudah ini, bagaimana hubunganku dengan Nisa? Bagaimana pula aku akan menemui mereka setelah ‘permainan’ penuh keenakan ini? Tak bisa lagi aku berlagak seperti seorang lelaki yang setia hanya pada satu perempuan. Tapi tampaknya Nisa pun tak keberatan jika aku mengencani kakak kostnya Liani.<br /><br />Ah. Dunia ini memang aneh… di tempat yang tampaknya biasa-biasa saja ternyata tersimpan bakat-bakat cinta yang terpendam yang menanti untuk dikeluarkan dan dinikmati setiap lelaki semacam aku. Aku tak tahu harus bergembira atau… entahlah!<br /><br />Aku meneruskan permainanku dengan Liani. Gadis itu sudah sampai ke puncak syahwatnya… kini giliran aku. Perlahan-lahan aku mulai memompa lagi … kemaluanku naik turun menggesek kemaluan Liani yang basah itu. Bunyi crek.. crek.. crek.. creeeek… terdengar ke segenap ruangan.<br />Aku agak termangu mendengar suara itu… tidakkah akan sampai ke telinga mereka berdua yang sekarang sudah ada di kamarnya?<br /><br />“Terusin aja, Bang….. Kalo enak ngapain juga di berhentiin” bisik Liani seolah hendak menghapus keraguanku.<br /><br />Maka aku pun meneruskan lagi, kali ini dengan irama yang lebih cepat dan… tak lama kemudian creett…cretttt… sambil menekan aku keluarkan air maniku di dalam kemaluan Liani yang mencengkram erat itu. Oh nikmatnya.<br /><br />Beberapa menit telah berlalu. Sesudah menghapus keringat di dadaku Liani mengenakan pakaiannya. Kemudian sambil bernyanyi-nyanyi kecil ia merapikan rambutnya yang kusut masai. Wajahnya tampak puas. Sangat puas telah beroleh kenikmatan yang selama ini didambakannya. Seraya membetulkan tali beha dan menyempalkan payudara besarlnya ia berkata.<br /><br />“Bang, aku masuk dulu ke dalam…. Nanti Nisa kusuruh keluar, ya!”<br /><br />Aku hanya mengangguk mengiyakan, gadis itu pun bangkit dan berlalu dari hadapanku. Sementara aku duduk termangu sambil menghisap sbatang rokok. Tak lama kemudian Nisa keluar menemuiku, kali ini tidak memakai busana yang dikenakannya tadi, tapi sudah berganti dengan gaun tidurnya yang berwarna pink. Bahannya yang halus menampakkan lekuk tubuhnya yang seksi. Aku menelan ludah… pasti dia bakal marah karena kelakuan kami tadi.<br /><br />Dia hanya tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya. Tak tampak tanda-tanda emarahan di sana. sejenak dia hanya diam.. kemudian tiba-tiba dia bangkit dan ‘menyerbu’ ke arahku.<br /><br />Melingkarkan tangannya di leherku dan menciumiku penuh nafsu. Aneh, dia tidak marah, bahkan setelah melihat kami bercinta seolah nafsunya bergelora ingin dipuaskan juga.<br /><br />“Nisa… maafkan.. aku telah…” belum sempat kuselesaikan kalimatku dengan bernafsu dia mencari bibirku dan menciuminya dengan garang.<br /><br />Oh,… gelagapan aku dibuatnya. Aku tidak tahu, apakah dia marah atau sudah terangsang…. Aku balas ciuman itu, lidahnya terjulur dan bertemu dengan lidahku. Beberapa saat lamanya lidah kami berjalin berkelindan seperti tak mau lepas. Dengan rakus pula dia hirup air liurku, meneguk dan menelannya. Setelah puas giliran aku yang menghisap cairan mulut itu. Setelah itu kami melepas ciuman dan saling memandang selama beberapa saat.<br /><br />Tanpa banyak berkata-kata dia menurunkan gaunnya ke bawah, menampakkan dua gumpal buah dada yang tidak memakai beha. Putting susunya meruncing dan tegang.<br /><br />“Aku terangsang sekali melihat kalian berdua tadi…. ” katanya terengah sambil mengasongkan kedua susunya ke arahku.<br /><br />Aku pun menyambut, tangan kiriku meremas dan mulutku mengulum puting susu yang satunya. Tiba-tiba gerakankuterhenti. Dengan wajah kaget Nisa menatapku heran. Aku lupa mematikan puntung rokok yang ku hisap tadi. Gadis itu tersenyum dan kamipun melanjutkan permainan hangat ini. Buah dada besar montok dan kenyal itu kukunyah sepuas hati.<br /><br />Nisa mendesah keenakan. Jemarinya mencengkram kepalaku, mengusutkan rambutku. Masih dalam posisi duduk ia mengangkang .. melepas gaunnya yang sudah setengah terbuka…. Dia pun tidak bercelana dalam sehingga gundukan vaginanya yang tebal dan tidak berambut itu merekah di depanku.<br /><br />Cairan bening meluap keluar. Mengalir di sela-sela celah kemaluannya. Di tak pedulikannya. Dibiarkan lendir bening itu mengalir…. Bahkan dia menyuruhku untuk memegangnya… jemariku menyelusup ke liang senggama Nisa, hangat dan sangat basah oleh cairan pelicin.<br /><br />Kusentuh klentitnya yang merah dengan ujung jemariku.<br /><br />“Akhh….” Nisa melolong tertahan.<br /><br />“Geli, Kak!” desahnya tersentak.<br /><br />Kemudian sembari memeluk leherku, dan mencium keningku dia mengajakku ke dipan tempat aku dan Liani tadi bercinta.<br /><br />Tak banyak cingcong kurengkuh dan kugendong tubuh hangatnya ke dipan itu. Di sana dia kubaringkan. Tapi ketika aku hendak membuka celana, tiba-tiba ia mendudukkan tubuhnya yang sudah bugil itu. Aku heran, apa yang akan dia perbuat.<br /><br />“Bukalah celanamu, Kak!” katanya tak sabar sembari menarik resleting celana panjangku.<br /><br />Setela memelorotkan celana dalamku, dengan sangat bernafsu ia memegangi pangkal kemaluanku yang kembali menegang.<br /><br />“Besar dan nikmat….” Seru Nisa sambil meremas-remas kemaluanku.<br /><br />“Sekarang giliranku…” katanya agak keras.<br /><br />Ia turun dari dipan dan berdiri di sampingku, di dorongnya dadaku ke arah dipan, menyuruhku berbaring disana. Aku menurut. Setelah aku berbaring, Nisa pun menaikkan sebelah kakinya dan mengangkang di atas. Perlahan dia menekuk tubuhnya dan memelukku dari atas.<br /><br />“Masukkan, Kak.” Pintanya dengan nada gemas.<br /><br />Ia memegang batang kelaminku itu dan memasukkannya ke dalam liang kemaluannya. Kemudian dengan agak kasar dia menghenyakkan pantatnya ke bawah agar kemaluanku masuk lebih dalam ke tubuhnya.<br /><br />“Ehhhhh…. Hhhhh” desahnya kacau seperti anak kecil yang rakus menetek di susu ibunya.<br /><br />Dalam posisi di atas dia menaik turunkan pantatnya dengan cepat… oh… batang kemaluanku di cengkram dan di gesek-gesek seperti itu. Geli rasanya.<br /><br />Posisi di bawah jarang aku lakukan…. Tapi kali ini aku menerima saja, karena tadi sudah lumayan capek meladeni Liani. Kali ini Nisa yang giat menekan-nekankan pantatnya, maksudnya supaya punyaku masuk lebih dalam.<br /><br />Sembari memelukku erat, ia terus mengempot-ngempotkan pantatnya. Bunyi crek crek crek terdengar lagi… kali ini bahkan di tingkahi oleh jeritan-jeritan kecil yang keluar dari mulut kekasihku.<br /><br />Aku terus berbaring sembari meremas-remas pantatnya yang mulai berpeluh itu. Cairan vagina terasa terus merembes dari kemaluan Nisa. Dia sudah sangat terangsang. Liang kemaluannya sangat basah dan panas. Sesekali ia menekan dan menahan. Seolah hendak melumat habis seluruh kemaluanku dengan vaginanya. Terang saja aku pun semakin keenakan.<br /><br />Diam beberapa saat menahan tekanan, dia pun mengendurkan dan memulai lagi gerakan naik turunnya. Aku terus meremas-remas pantatnya. Dadanya yang kenyal itu menekan ke arah dadaku, hampir membuatku sesak nafas. Tapi aku pasrah.. lha wong enak rasanya.<br /><br />Selama sepuluh menit Nisa bergerak naik turun, nggak cape-cape kelihatannya. Tubuhnya semakin basah oleh keringat, bahkan wajahnya sudah dipenuhi keringat sebesar-besar biji jagung. Sebagian mengalir ke ujung hidung dan menitik menimpa wajahku. Sesekali ia mengibaskan rambutnya yang tergerai..<br /><br />Aku mencoba memiringkan kepala mencoba mengurangi titikan keringat di wajahku. Pada saat itulah kembali aku terkesiap. Di ujung ruangan, di pintu kamar Nisa, tegak sesosok tubuh perempuan menatap kami dengan matanya yang bulat.<br /><br />Mata besar milik Silvi, teman sekost Nisa. Dia menatap kami tanpa berkedip. Tangan kanannya tertangkup di dada. Sementara yang kiri tampak meremas-remas ujung gaun tidurnya yang di atas lutut.<br />Ketika kami saling memandang… dalam posisi Nisa masih di atas dan asyik dengan empotan-empotannya. Perlahan tangan kiri Silvi mengangkat ujung gaun merahnya. Terus terangkat ke atas menampakkan paha gadisnya yang padat…<br /><br />Entah sadar entah tidak gaun itu sudah sedemikian terangkat, sehingga aku bisa melihat celana dalam yang tersingkap. Kemudian ia menarik pinggir celana dalam itu… menampakkan segumpal tumpukan daging berbulu dengan celah merah di tengahnya.<br /><br />Ujung jemari menyentuh bagian tengah celah itu. Menekannya dan memutar-mutarnya sedikit. Ya ampun… kemudian dia menatapku.. dengan mata setengah terpejam.<br /><br />Saat itulah Nisa menengadah…. Dan menyurukkan kepalanya ke leherku, memelukku kuat dan mulai mendesah berkepanjangan. Pantatnya menekan kuat sampai seolah kemaluanku mau ditelannya sampai habis.<br /><br />“Kak.. enak sekali.. ahh” terasa kemaluan Nisa berdenyut hebat, tubuhnya bergetar tak kuasa menahan nikmat… nafasnya sangat memburu… dan.. Dia pun lunglai dalam pelukanku….<br />Sementara air mani gadis itu mengalir tak tertahankan, meluap dan mengalir membasahi sampai bagian perutku.. aku peluk gadis itu di punggungnya… membiarkan ia mengendurkan syaraf setelah ia tadi sangat tegang menikmati puncak orgasmenya.<br /><br />Sampai beberapa menit kami masih berpelukan, kejantananku yang masih tegang itu masih berada di dalam ’sangkar’-nya. Nisa diam tak bergerak dalam pelukanku, sepertinya dia lupa ada sesuatu yang bersemayam dalam tubuhnya.<br /><br />Perlahan gadisku ini mengatur nafasnya yang tidak teratur. Setelah agak reda… perlahan dia bangkit dan melepas persetubuhan kami. Lambat ia mengangkat pantatnya ke atas. Perlahan alat kelaminku itu keluar dari vagina Nisa. Ketika sudah keluar seluruhnya…. Cairan vagina yang kental nampak melumuri batang kemaluanku. Ketika bagian ‘kepala’-nya akan keluar terdengar seperti bunyi plastik lengket yang basah akan di lepas..<br /><br />Clep..crrrllek. Nisa tersenyum mendengar suara itu. Entah suara lipatan kemaluannya atau karena lendir yang begitu banyak melumuri batang kemaluanku.<br /><br />Ia pergi ke tengah ruangan dan memakai gaunnya kembali, rona wajahnya menampakkan kepuasan yang tiada terkira. Sambil bernyanyi kecil, seperti baru sudah pipis, ia memebenahi rambutnya yang kusut masai. Dan berjalan ke belakang rumah, meninggalkanku yang hendak mengenakan celana dalam ku.<br /><br />Belum sempat aku memakai celana itu, tiba-tiba Nisa sudah kembali. Membawa sehelai kain sarung dan menyuruhku mengenakannya. “Pakai ini aja, Kak!” katanya seraya mengambil celana panjang dan kolorku, melipatnya dan merengkuhnya dalam dada. Kemudian ia pun kembali ke belakang.<br /><br />Tak lama kemudian ia datang lagi, membawaku segelas minuman, kalau tadi Liani membawakanku segelas air putih, kali ini Nisa menyuguhiku dengan teh manis. Aku segera mereguknya karena merasa kehausan, bayangkan saja melayani dua wanita secara bergilir tanpa istarahat sama sekali. Capek donk!<br /><br />Ketika aku meminumnya, alis mataku terangkat, minuman apa ini? Rasanya kok pahit banget? Sebelum sempat bertanya Nisa berkata perlahan,<br /><br />“Itu sari dari akar Pasak Jagad Kak!”<br /><br />“Haa?<br /><br />Kekasihku tersenyum, itu kan obat kuatnya lelaki, kalau minum jamu itu pasti bakal melek semaleman, kataku sesudah menelan tegukan terakhir. Gadis itu hanya tertawa kecil. ‘Biar aja nggak tidur semaleman… besok kamu kan nggak kerja, tidur aja sepuasnya di sini.<br /><br />Setengah jam kemudian kami masih ngobrol di ruang tamu. Masih terbayang-bayang permainan kami berdua barusan. Tak disangka begitu bernafsunya Nisa, sampai-sampai kuat main di atas hampir setengah jam lamanya, sementara aku anteng aja di bawah.<br /><br />Tiba-tiba Nisa bangkit…<br /><br />”Kak,” katanya,<br /><br />“Aku ke dalam sebentar.” Aku mengiyakan saja, kupikir dia mungkin mau sedikit merapikan dandanannya yang agak amburadul itu.<br /><br />Aku akan menghela nafas ketika terdengar dia memanggilku dari kamar.<br /><br />“Sini sebentar, Kak!”<br /><br />Aku pun bangkit dan berjalan menuju ke kamarnya, sebelum tiba di pintu kamarnya aku melewati kamar Liani yang hanya dihalangi secarik kain gorden, diam-diam ku singkap tirai kamar itu. Tampak Liani tertidur pulas, masih mengenakan gaun yang tadi, pahanya yang terbuka nampak putih dan mulus.<br /><br />Kamar berikutnya adalah kamar Silvi, hmmm… jantungku berdegup agak kencang. Apa yang dilakukannya tadi ketika aku dan Nisa sedang menikmati seks? Entahlah, aku tak tahu. Tapi aku pengen tahu sedang apa dia sekarang?<br /><br />Perlahan kusingkapkan juga tirai pintu kamarnya itu. Kasur tempat tidurnya masih tampak rapi, bantal tersusun di tempatnya. Ke mana cewek itu? Kok nggak ada di biliknya? Sedikit heran aku terus melangkah menuju kamar Nisa.<br /><br />“Masuklah, Kak! Jangan malu-malu, aku tahu kamu sudah berada di situ.” Kata Nisa lagi, bergegas aku pun masuk ke kamarnya…<br /><br />Oh di sini rupanya Silvi, dia sedang tidur telungkup di dipan Nisa, sementara cewek ku itu sedang menyisir rambutrnya menghadap ke cermin. Tanpa mengacuhkan aku dia pun menyuruhku duduk di dipan dengan gerakan tangannya.<br /><br />Dipan ukuran single itu lumayan sempit, apalagi sekarang sudah ada Silvi yang tidur di sana. Nisa berbalik menghadapku, ditatapnya aku dengan tajam. Kemudian perlahan dia mengalihkan pandangannya ke tubuh temannya yang masih telungkup itu.<br /><br />“Terserah kamu, Kak. Mau di sini atau di kamarnya…. Aku ikhlas aja, yang penting…. Dia bisa juga ikut merasakan ….”<br />Aku melongo? Dia suruh aku menikmati pula tubuh Silvi!? Tubuh perempuan sintal yang sedang tertelungkup ini? Nisa mengangguk pasti.<br /><br />“Kami lihat apa yang kalian lakukan, Silvi pun lihat kita tadi… kami bertiga bersahabat, resminya kamu memang milik aku… tapi.. berbagi antar sahabat tak ada salahnya, bukan? Lagi pula aku rela kok, selama tidak dengan yang lain selain mereka.”<br /><br />Dalam hati aku cuma bisa mengangkat bahu. Kalau dia sudah mengikhlaskan temannya, dia tidak marah apalagi jadi membenci aku, lagi pula kalau dengan begitu dia jadi terangsang dan menikmati juga, apa salahnya.<br /><br />Aku berpikir cepat, katakanlah malam ini adalah semacam sex party, dan aku menjadi rajanya sementara menjadi ratuku yang harus kupuaskan, oke saja sih. Hehehe. Kebetulan aku ingin mencobai juga tubuh Silvi yang berkulit sawo terang ini.<br /><br />“Aku menunggu di kamarnya,” kataku kepada Nisa, cewek itu mengangguk setuju.<br /><br />Dipan singel Silvi terasa cukup nyaman. Bantalan busanya masih cukup baru, dia memang belum lama kost di rumah ini, mungkin baru setengah tahun. Aku berbaring dengan rileks. Memandangi dinding kamar yang dipenuhi poster Nisa sambil memikirkan apa yang telah kudapat malam ini.<br /><br />Mula-mula Liani menyerahkan dirinya kepadaku, kemudian Nisa yang memintaku untuk memuaskannya, dan sekarang Silvi, gadis paling pendiam yang jarang ngobrol denganku. Gadis ini pun menginginkan ku pula… hehehe.. dasar gede milik, yeuh<br /><br />Semilir halus wangi parfum masuk ke hidungku.Terdengar pintu kamar terbuka, perlahan Silvi masuk ke kamar itu. Seperti orang baru bangun tidur. Ia langsung duduk di dipan itu,<br /><br />“Ada apa, Kak?” tanyanya seolah tak mengerti.<br /><br />Aku tersenyum, pandai juga dia menyembunyikan perasaan sebenarnya.<br /><br />“Eh, kain sarung siapa yang kamu pakai itu, Kak?”<br /><br />“Hehe.. ini pemberian Nisa tadi..”<br /><br />Kedua bola mata gadis itu membulat… menatapku seolah tak percaya. Terus terang saja, dia cantik juga. Rambutnya yang ikal itu dibiarkannya tumbuh sampai sebatas punggung. Meski baru bangun ‘tidur’ tapi tak mengurangi kesegaran dan pesona cantik yang terpancar di wajahnya.<br /><br />Aku menarik gadis itu ke pelukanku, tubuhnya terasa berat karena ia seperti menolak, tapi kemudian malah dia yang merangsek dalam dekapanku.<br /><br />“Jangan , Kak! Nanti Nisa marah..” katanya berbasa-basi.<br /><br />“Dia marah kalau aku tidak menayangimu juga….”<br /><br />“Kamu bisa aja, Kak!” katanya sambil menengadah dan menyentuh pipiku.<br /><br />Aku mengecup bibirnya, dia sangat menikati kecupan kecil itu, matanya terpejam, tubuhnya melunglai, dan aku pun memeluk tubuh sintal itu lebih erat.<br /><br />Ia membalas pelukanku dan membiarkan bibirnya kulumat… beberapa kali ia mengeluh nikmat. Terasa tubuhnya bergetar ketika aku mulai merengkuhnya.<br /><br />Kemudian aku pun mulai menyusuri seluruh lekuk dan liku tubuh gadis itu. Semakin lama tubuh itu terasa panas, setiap gumpalan dan tonjolan dagingnya terasa begitu membara dipenuhi gairah terpendam.<br /><br />Aku membaringkan tubuhnya sementara kedua tangannya terus melingkar di leherku. Nafasnya terdengar agak memburu, gadis ini sudah mulai terangsang. Kuperiksa bagian kemaluannya dengan jemariku. Ternyata belum cukup basah, masih terasa agak kering. Kucumbu dia terus supaya gairahnya lebih menggelora<br /><br />Entah berapa lama kami saling mencium saling menyusup dan berkelindan, aku pulang suka buah dadanya. Sangat kenyal, besarnya pun sedang saja, tapi putting susunya sangat kecil, hanya sebesar biji kacang hijau. Tampak sekali putting itu sudah mengeras.<br /><br />Ketika kuremas-remas buah dadanya, wajah gadis itu menengadah, matanya terpejam rapat, bibir agak terbuka. Setiap remasan adalah rangsangan bagi tubuh segar ini. Semakin intensif aku meremas, semakin intens juga dia menikmatinya. Ketika kuraba kemaluannya, lendir pelicin yang kental sudah mulai keluar.<br /><br />Perlahan aku mengusap-usap jembut halus yang tumbuh di sana. Sesekali agak kutekan agar menyentuh bagian klentitnya. Tuibuhnya menggelinjang karena geli.<br /><br />Perlahan tapi pasti cairan pelicin itu mulai keluar, merembes ke permukaan dan mengakibatkan jembut-jembut halus itu terasa mulai kuyup. Hmmm.. Silvi sudah siap untuk dimasuki. Sambil memegang pangkal kemaluanku aku pun memasukkannya. Terasa licin dan rapat. Batang kemaluanku seperti menembus lipatan daging hangat yang basah oleh lendir.<br /><br />Creep…. Masuklah aku ke tubuh Silvi. Gadis itu melepas nafas panjang, merasakan nikmatnya gesekan di kemaluannya. Entah kenapa aku sangat-sangat terangsang dengan gadis ini, mungkin ini bukan yang pertama baginya, tapi… dia melakukannya seperti baru untuk pertama.<br /><br />Sepuluh menit pertama kami mengadu rasa, menggesek-gesekkannya dengan gerakan rutin. Sementara Silvi pasrah saja sambil memelukku dan membenamkan wajahnya di leherku. Nafasnya semakin lama semakin memburu, tubuhnya semakin panas. Titik-titik keringat mulai keluar dan lama-lama peluhnya semakin membanjir.<br /><br />Kota kecil ini memang lumayan panas meski di malam hari, apalagi rumah kost itu tidak berAC, tubuhku pun kembali berkeringat. Tapi kami tak peduli, kami terus berpelukan menikmati pergumulan itu.<br /><br />Kami masih bergumul ketika akhirnya memasuki tahap kedua. Kukeluar-masukkan penisku secara berirama di liang kemaluannya yang pasrah itu. Gadis itu memelukku lebih kuat. Tak peduli dengan tubuh yang bersimbah peluh.<br /><br />‘Crekecrekecrek…’. Sepuluh menit lamanya aku menggesek-gesek kemaluan Silvi dengan kemaluanku. Terasa punyaku semakin menegang keras. Kemudian aku menekan… Silvi membalas dengan mengempot ke atas. Menggerakkan pinggulnya berputar-putar, ganas sekali putarannya. Aku naik turunkan lagi pantatku beberapa kali, kemudian kutekan dalam-dalam….<br /><br />“Ahhh…,” gadis itu mendesah nikmat.<br /><br />Kemudian membalas lagi dengan tekanan ke atas, sambil menggoyang pantatnya ke kiri dan kekanan. Lipatan kemaluannya yang hangat terasa semakin kenyal dan licin.<br /><br />Beberapa kali kami melakukan itu, aku pun jadi tak tahan. Tapi dia belum mencapai puncak. Aku akan membuat dia duluan merasakan kenikmatan.<br /><br />Aku pun semakin aktif mengocok dan menekan memek Silvi. Tulang kemaluan kami beradu, bibir kemaluanya yang tebal menahan tekanan itu dengan nafsu, terasa hangat dan sangat basah karena lendir mani Silvi sudah melimpah sedari tadi.<br /><br />Dua menit kemudian gadis itu melolong merasakan vaginanya berdenyut nikmat..<br /><br />“Ooohhhhh….”<br /><br />Aku membantunya dengan menekan semakin dalam. Silvi pun membenamkan tubuhnya ke kasur, menahan tindihanku sambil melepas nikmat, seiring dengan mengalirnya air mani prempuan itu dengan lebih deras. Merembes dari lipatan-lipatan kemaluannya.<br /><br />“Enak sekali, Kak…eigh oh…!”<br /><br />Berbarengan dengan itu akan pun mencapai puncak. Kemaluanku terasa berkedut seiring dengan menyemburnya air maniku di liang senggama gadis itu. Sementara liang senggama Silvi pun menggepit-gepit tak terkendali karena tak kuasa menahan nikmat yang luar biasa.<br /><br />Kami masih berpelukan ketika rasa nikmat itu tercapai sudah. Gadis itu diam dalam pelukanku, tubuhnya sangat basah oleh peluh. Hawa panas pun terasa menyergap. Berangsur kami saling melepas pelukan.<br /><br />Perlahan gadis bangkit itu duduk dari posisinya. Gurat-gurat kepuasan terpancar di wajahnya yang cantik. Sekilas ku lihat memek Silvi yang masih merah dan bibirnya tampak membengkak, cairan-cairan lendir masih menetes dari sela kemaluannya.<br /><br />“Enak, Silvi?” gadis itu mengangguk.<br /><br />Kemudian ia mengusap keringat yang menitik di dadaku.<br /><br />“Dadamu penuh dengan peluh, Kak. Sini kuusap,” katanya sambil mengelus lembut dadaku yang memang penuh dengan keringat.<br /><br />Beberapa saat lamanya kami kemudian berbaring bersama di kasurnya yang sempit itu. Rambutnya yang ikal dan panjang itu kubelai. Ia bergerak, menyusupkan tangannya di leherku, kemudian memintaku terlentang, dia ingin tidur di dadaku, katanya. Beberapa saat kemudian Silvi pun jatuh tertidur, tak menyadari air liurnya yang menitik dari sudut bibir. Aku pun segera terbang ke alam mimpi.<br /><br />Entah jam berapa kami terbangun. Ketika itu aku dan Silvi masih berpelukan, sementara di luar terdengar suara-suara seperti sedang bernyanyi. Oh, ternyata hari sudah siang. Itu adalah suara Nisa yang sedang bernyanyi kecil, sementara di kejauhan terdengar suara orang sedang mandi, barangkali Liani sedang membersihkan tubuhnya.<br /><br />Silvi pun sudah mulai terjaga, ia masih memelukku, buah dadanya yang kenyal itu menempel erat di dadaku. Dari ruang tengah terdengar Nisa sepertinya sedang menyapu lantai. Sementara dari bibirnya terdengar nyanyian yang sekarang sedang populer.<br /><br />Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka, kemudian gorden disingkapkan, dan masuklah Nisa ke dalam kamar, menatap kami yang masih bugil hanya berselimut kain sarung.<br /><br />“Hei, bangun! Belum puas juga ya!”<br /><br />Aku pura-pura tidur sambil memeluk Silvi lebih erat. Gadis itu terkikik… tapi dia juga pura-pura meneruskan tidurnya. Nisa berlagak marah dan menarik kain sarung penutup tubuh kami.<br /><br />“Apa mau diteruskan lagi tidurnya? Udah siang tauu,”<br /><br />Aku menarik kain sarung itu, malu karena kemaluanku sedang menegang setelah beristirahat total beberapa jam. Tapi kalah cepat, Nisa sudah menangkap batang kemaluanku dan mengusap-usap dengan jemarinya.<br /><br />“Oh, jauh lebih besar dari gagang sapu ini… pantesan enak sekali.” Guraunya sambil tergelak sendiri.<br /><br />“Ya udah, kalau kamu pengen lagi, Silvi. Tuh mumpung lagi berdiri…”<br /><br />Hampir tak kuat aku menahan tawa dengan canda Nisa, tapi tampaknya Silvi menanggapinya dengan serius, dia menggerakkan pantatnya, memelukku dari atas dan mengempot ke bawah. Bibir kemaluannya terasa menempel di batang kemaluanku.<br /><br />“Tuuh, kan! Pasti mau lagi deh! Terusin aja, Silvi. Enak kok!” sergah Nisa sambil memegangi pinggang gadis itu, menolongnya mengangkat panta, aku pun memegang pangkal kemaluanku,<br />menghadapkannya ke memek Silvi yang hangat.<br /><br />“Udah pas belum?” tanya Nisa, Silvi mengangguk, perlahan Silvi menurunkan pantatnya, maka…. Srrluuuup.. batang kemaluanku masuk lagi ke memek Silvi.<br /><br />“Main dari atas enak, lho Silvi! Tekan aja biar lebih kerasa…” bisik Nisa agak keras.<br /><br />Seperti tak peduli kehadiran Nisa di kamar ini, kami mengulangi permainan semalam, tapi kali ini Posisi Silvi ada di atas. Kusuruh gadis itu menegakkan tubuhnya. Ia menurut dan mendorong tubuhnya dengan meletakkan telapak tangannya di dadaku.<br /><br />Sekarang posisinya berubah, aku berbaring sementara Silvi duduk mengangkang di atasku. Alat kelamin kami telah menyatu, ketika ia sudah duduk dengan benar, nampak memeknya seperti sedang mengulum kemaluanku sampai ke pangkalnya. Kelentitnya nampak menonjol dan cairan itu kembali mengalir membasahi jembut-jembut halusnya.<br /><br />Kami saling pandang sementara masih bersatu, bibir Silvi tersenyum, beberapa kali ia menyibakkan rambutnya yang kusut. Perlahan dia mulai mengayun, gerakanya seperti orang sedang naik kuda. Naik turun berirama.<br /><br />Semenit aku lupa dengan kehadiran Nisa di sana. ternyata ia berdiri di belakang Silvi, memperhatikan kami yang sedang bercinta dengan gaya seperti itu. Gadis itu menyeringai lebar menampakkan sederetan giginya yang putih bersih.<br /><br />Kemudian tiba-tiba ia membuka bajunya, menampakkan beha putih dengan buah dada besar di baliknya. Ia pun membuka beha itu, melemparkannya ke sudut kamar, menarik rok panjang, membuka celana dalam sampai akhirnya bugil sama sekali.<br /><br />Ia pun menyerbu ke arahku, membenamkan wajahku di susunya yang besar dan kenyal, meremas-remas kepalaku dengan jemarinya. Sementara Silvi terus asyik mengayun-ayunkan pantatnya naik turun.<br /><br />Aku memeluk punggung Nisa, mengulum dan mengunyah susunya yang kenyal. Cewek itu mendengus-dengus ketika putting susunya tergigit lembut.<br /><br />Lama kami bercinta segitiga seperti itu, mungkin ada seperempat jam.<br /><br />“Kita enak-enakan bareng, Kak.” Bisik Nisa sambil meremas.<br /><br />Aku setuju, dia sudah hampir sampai puncak, aku pun tak tahan dengan ulah Silvi, yang mengocok-ngocok dari atas….<br /><br />Nisa melepas pelukannya dan naik ke atas ranjang, mendudukkan pantatnya di dadaku mengangkang lebar menampakkan memeknya yang tercukur rapi. Gundukan dagingnya putih mulus dan kemerahan, bibir kemaluannya tebal dan dipenuhi cairan kental dan hangat.<br /><br />Ia memajukan memeknya sehingga sampai di mulutku. Kemudian mulai menekan ke arah mukaku.<br />“Ahh… ayo Kak! Aku udah gak tahan lagi nih.”<br /><br />Sambil meremas pinggang dan pantatnya aku pun beraksi. Mengganyang habis kue pie lembut dan basah itu. Nisa segera merintih-rintih ingin segera melepas nikmat. Sementar di belakangnya Silvi tiba-tiba mengempot dan menekan ke bawah,. Tubuhnya ambSilvi ke depan, menimpa punggung Nisa yang sedang menekan mukaku.<br /><br />Wajahku semakin tertekan oleh gumpalan memek Nisa, sementara pahanya menggepit kedua pipiku dengan kuatnya. Akkkh… aku hampir tidak bisa bernapas. Ya ampun!<br /><br />“Keluarin bareng, Kak! Aghhh.. ahhh!”<br /><br />Nisa menekan, Silvi mengempot, dan… aku sesak nafas!<br /><br />Terdengar suara rintihan panjang berbarengan, Nisa dan Silvi sedang dirasuki kenikmatan. Terasa memek Silvi berdenyut-denyut sembari melepaskan cairan kewanitaannya, sementara mulutku semakin basah oleh cairan memek Nisa yang juga berdenyut melepas nikmat.<br /><br />Kedua tubuh cewek itu lunglai setelah menikmati segalanya. Mereka ambruk berbarengan ke tubuhku. Berat sekali rasanya menahan dua tubuh perempuan sekaligus, montok-montok lagi.<br /><br />Seperti menyadari hal itu, Nisa dan Silvi pun bangkit, perlahan Nisa turun dari ranjang, sementara Silvi pun perlahan mengangkat pahanya, kedua tangan bertumpu pada dadaku.<br /><br />Saat itulah kemaluanku keluar dari liang sanggamanya, cleep.. terdengar seperti bunyi plastik lengket yang sedang dibuka. Tampak kemaluanku masih menegang dan basah bergelimang cairan memek Silvi.<br /><br />Aku terdiam sejenak, tak tahu harus berbuat apa, karena aku belum lagi mencapai puncak gadis-gadis ini sudah menghentikan permainnya, ketika itulah tiba-tiba Liani masuk ke dalam kamar, melihat kepada Silvi dan Nisa yang sedang mengenakan pakaiannya kembali.<br /><br />Ketika ia mengalihkan pandangannya ke arahku, matanya terpaku menatap kejantananku yang masih berdiri dengan perkasa, merah dan mengkilat bermandikan cairan kemaluan Silvi.<br /><br />“Kasihkan sama Liani, Kak!” kata Nisa sambil menyempalkan susunya yang montok itu ke balik beha.<br />Wajah Liani semburat memerah. Mungkin dia tadi mendengar lolongan Nisa dan Silvi yang berbarengan menahan geli dan enak. Aku tak tahu apakah dia juga sudah terangsang dan ingin di gelitik nikmat lagi?<br /><br />Tampaknya iya, ia mengangkat roknya menampakkan kedua paha yang padat dan putih mulus. Sementara Silvi dan Nisa bergegas keluar kamar, meninggalkan kami berdua saja di sana. semerbak wangi harum tubuh Liasni menusuk hidungku. Gadis ini baru selesai mandi.<br /><br />Liani naik ke ranjang bersiap-siap hendak memasukkan kejantananku ke memeknya yang, ya ampun, ternyata sudah bengkak merekah merah dan basah pula. Tapi siapa tahan menahan tubuhnya yang tinggi montok itu setelah tadi ditindih oleh dua gadis montok sekaligus.<br /><br />Aku bangkit duduk, mendorong sedikit tubuh Liani, gadis itu seperti kaget. Tapi dia menurut. Kemudian kusuruh ia berdiri dan … ini dia aku ingin merasakan sesuatu yang lain.<br /><br />Kusuruh ia berdiri membelakangiku dan menumpukan tangannya di dipan. Posisinya sekarang menungging di depanku, Liani mengerti, ia mengangkat pantatnya lagi, dari belakang disela-sela bongkahan pantatnya, nampak kemaluannya membelah. Cairan kental menitik-nitik banyak sekali.<br /><br />Meski nafasnya ditahan, aku tahu gemuruh di dadanya sudah sedemikian hebat. Tampak dari buah dadanya yang menggelantung itu bergetar-getar menahan dentaman jantungnya yang meningkat dahsyat.<br /><br />Aku ingin masuk dari belakang dan kemaluan Liani sudah siap untuk kutusuk dari arah itu. Liani semakin menunggit menampakkan bongkahan pantat dan memek yang merekah. Aku maju menyorongkan kejantananku ke arah belahan nikmat itu. Creepp.. kejantanankupun coba menerobos dan berusaha keras memasuki liang senggama Liani yang terbuka. Tapi gumpalan pantat Liani cukup menahan gerakananku.<br /><br />Egghh.. aku mencoba lagi dan menekan lebih kuat ke depan. Akhirnya… masuk juga. Oh, rasanya seperti dipilin-pilin. Aku menekan lagi… kemaluan kami semakin berjalin, tapi bongkahan pantat Liani seolah menahan gerakanku sehingga aku harus menekan agak lebih kuat.<br /><br />“Emhh….” rintih Liani tertahan. “Tekan , Bang…. Emmghhh”<br /><br />Aku bergerak maju mundur dan menekan-nekan, sekujur batang kemaluanku rasanya seperti dicengkram. Sambil agak membungkuk aku mencoba meraih buah dada Liani, meremas keduanya dari belakang.<br /><br />Hangat besar dan sangat kenyal. Putingnya kuputar-putar dengan dua ujung jari. Membuat gadis itu menggelinjang hebat dan semakin mengangkat pantatnya tinggi-tinggi agar kejantananku masuk lebih dalam.<br /><br />Tubuh kami semakin berkeringat ketika rasa enak itu semakin memuncak. Aku pun menekan dan menggosok-gosok lagi dinding memek Liani yang merapat.<br /><br />Agak sulit main dari belakang, tapi kami menikmatinya. Beberapa manit kami menikmati permainan itu. Tubuh Liani maju mundur tertekan oleh gerakan tubuhku.<br /><br />Ketika sedang asyik tiba-tiba gorden kamar kembali terkuak. Sosok tubuh Silvi masuk berkelebat, seperti tak memperhatikan kami gadis itu menuju ke ujung dipan, ternyata celana dalamnya ketinggalan di sana.<br /><br />Kami tak mempedulikan kehadirannya dan terus saling menekan. Aku menekan ke depan sementara Liani menekan ke belakang. Kemaluan kami sudah begitu menyatu erat bermandikan cairan kental. Tubuh kami pun menegang dan basah oleh keringat yang membanjir. Rasa nikmat semakin meningkat, semakin lama semakin hebat.<br /><br />“Aghhh…hhhh” aku menggeram menahan rasa.<br /><br />Denyutan-denyutan penuh rasa nikmat menyerang kemaluanku. Liani merintih tak kalah dahsyat… bahkan lebih hebat dari erangan Nisa dan Silvi berbarengan.<br /><br />“Bang… agh! Enak banget,…oh Aku gak tahan lagi!” Cerita Dewasa<br /><br />Samar kulihat Silvi mengenakan celana dalamnya…. Ketika itu pula aku dan Liani saling menekan hebat… menahannya dan merasakan detik-detik penuh kenikmatan. Nafas Liani melenguh-lenguh, keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya. Memeknya menyempit dan … srrr….. keluar banjir yang hebat. Tubuhnya bergetar menahan rasa geli yang luar biasa. Aku pun menekan semakin dalam.<br /><br />"Mmhhh…" berkali-kali kemaluanku seperti meledak dalam cengkraman memek Liani.<br />Berkali-kali pula lipatan kemaluan gadis itu menyempit dan menggenggam kemaluanku kuat-kuat ketika ia pun melepas nikmat di pagi nan cerah itu.<br /><br />Silvi mendehem kecil ketika kami menyudahi permainan itu dengan rasa puas. Liani menjatuhkan tubuhnya yang basah oleh titik keringat di dipan, menelentang dengan nafas masih terengah-engah. Bibir kemaluannya nampak membengkak, merah dan berkilat penuh dengan lendir. Silvi pun diam-diam keluar dari kamar, di dekat pintu ia menyibakkan rambut ikalnya, menjeling ke arahku, setelah itu ia pun berlalu.<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu457NXDt-n3f6PPUNhQ7AqfzfRdLZ4IYZWZvzcGjZCNOWc5GvKXNdrYzRazPXAaquBUtK7f9mknj-YHLA1buL9zHlr8wY7d7Dk8pc0-xWfrH5qhhSbr0IU-cus6Oj7dheUyNtaPBBJ9o/s1600/line+copy.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru, Cerita Panas, Koleksi Cerita Dewasa, Cerita Porno 17 tahun Keatas" border="0" height="4" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu457NXDt-n3f6PPUNhQ7AqfzfRdLZ4IYZWZvzcGjZCNOWc5GvKXNdrYzRazPXAaquBUtK7f9mknj-YHLA1buL9zHlr8wY7d7Dk8pc0-xWfrH5qhhSbr0IU-cus6Oj7dheUyNtaPBBJ9o/s320/line+copy.png" title="Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru, Cerita Panas, Koleksi Cerita Dewasa, Cerita Porno 17 tahun Keatas" width="320" /></a></div><br /><b><i>CERITA SEX, KUMPULAN CERITA DEWASA, CERITA PANAS, KOLEKSI CERITA MESUM, CERITA SEKS, CERITA 17+, ANAK SMP BUGIL DAN SISWI SMA BUGIL TELANJANG, TANTE BUGIL, TANTE GIRANG BUGIL, TANTE GIRANG VAGINA MERAH BASAH, ABG TELANJANG SMA DAN VIDEO VAGINA MERAH BASAH, SEX CEWEK NGENTOT, SITUS VAGINA MERAH BASAH, KHUSUS ANAK SMP, CERITA SEX ABG, SUKA BUGIL, ABG FOTO BUGIL TERBARU, ABG NGENTOT MEMEK, ABG SITUS VAGINA MERAH BASAH, KHUSUS ANAK SMA, SITUS VAGINA MERAH BASAH, ABG HOT VAGINA MERAH BASAH, CERITA SEKS PEREK ANAK SMA, SMA TELANJANG, CEWEK SMA BUGIL, SISWI SMU BUGIL, DOWNLOAD PERGAULAN BEBAS ANAK ANAK SMA, MEMEK NGANGKANG DIENTOT, FILM VAGINA MERAH BASAH PANAS</i></b> Cerita Sex Penuh dengan Nafsu Situs Terlengkap Untuk Cerita Dewasa Pribadi | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Hot | Cerita ABG | Cerita Tante-t... + Baca selengkapnya » 04.00 cerita seks 1 komentar Cerita Seks Party Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook CERITA SEX DASYATNYA OBAT PERANGSANG <div style="text-align: center;"><b>Tempat Berbagi Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Sex Tante-Tante, Cerita Sex ABG, Cerita Sex Sedarah, Foto HOT, Foto Sex, Foto Dewasa, Foto ABG Sange, Foto Gadis Hyper Sex, Foto SPG Bugil, Koleksi Memek Tante Girang</b></div><br /><h3 style="text-align: center;"><b>Cerita Sex Dasyatnya Obat Perangsang</b></h3><div style="text-align: left;"><br /></div><b>Cerita Dewasa 2016 -</b> Aku mempunyai sahabat baik namanya Dicky, dia sudah beristri dan mempunyai satu anak laki-laki yang berumur sekitar 3 tahun. Istrinya namanya Febby, dia sangat cantik dan seksi. Perawakannya memiliki tinggi kurang lebih 165cm dengan berat badan 55kg, badannya sangat seksi itu bias dilihat dari postur tubuhnya yang langsing, payuadaranya yg kencang menantang dan pantatnya yang aduhai sangat menarik,bulat ketat. Keluarganya bisa dibilang sangat harmonis meskipun terkadang terjadi perbedaan pendapat. Dicky bekerja disalah satu perusahaan besar dibandung,aku kurang jelas jabatannya sebagai apa, yang jelas dia selalu pulang larut malam demi menyelesaikan tugasnya. Aku dan Dicky sudah bagaikan saudara, kalau salah satu dari kita ada masalah kita pasti saling tukar pendapat.<br /><br /><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSLfjHfP51WeGIbhfXDWXArRndz9dCakVkv3PtaWvBFy7j_-piO47Vk3vdBmOITYLdjuj-gcSH_ef7cO9aTn1vWLpoKwpIQ_BOnLbEMQE7FiayLMtBV4zDtvEiPsOnJauAF2iG8isS8sSV/s1600/Cerita+Sex+Dasyatnya+Obat+Perangsang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cerita Sex Dasyatnya Obat Perangsang" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSLfjHfP51WeGIbhfXDWXArRndz9dCakVkv3PtaWvBFy7j_-piO47Vk3vdBmOITYLdjuj-gcSH_ef7cO9aTn1vWLpoKwpIQ_BOnLbEMQE7FiayLMtBV4zDtvEiPsOnJauAF2iG8isS8sSV/s400/Cerita+Sex+Dasyatnya+Obat+Perangsang.jpg" title="Cerita Sex Dasyatnya Obat Perangsang" width="300" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small; text-align: start;"><b><span style="color: purple;">Cerita Sex Dasyatnya Obat Perangsang</span></b></span></td></tr></tbody></table>Ooohh ya tidak lupa aku memprkenalkan diri namaku Sandi, umurku 27 tahun, aku masih bujang dan tinggal sendiri drumah yang lumayan besar. Aku sendiri mempunyai usaha mebel yang sudah berkembang jadi bias dibilang ekonomiku sudah lebih dari cukup. Sudah lama aku tidak berkunjung kerumah temanku Dicky karena kesibukan kita masing-masing. <b>Cerita Sex</b><br /><br />Singkat cerita, suatu hari saat aku sedang santai dirumah tiba-tiba ada bel berbunyi.<br /><br />“ting tong”<br />Aku membukakan pintu, dan ternyata Febby istri Dicky yang datang kerumahku.<br /><br />“Eeehh Febby’ silahkan masuk, mari duduk” sapaku kepada Febby<br />Kemudian Febby masuk dan duduk diruang tamu rumahku.<br /><br />“ada apa niih kok tumben kamu kerumahku Febb” tanyaku<br />“gak papa mas,aku lagi berantem mas sama suamiku” jawab Febby<br />“Emang berantem kenapa”<br />“biasa gitu mas, mas Dicky orangnya egois,maunya menang sendiri gak mau nurutin yang aku mau, padahal aku gak meminta yang aneh2 hloo”<br /><br />“Mank minta apa to Febb” tanyaku penasaran<br />“Aaaahhh udah lah mas gak usah bahas itu aku males” ketus Febby<br />“iya deeh kalo gitu” jawabku<br />“Ohh ya mau minum apa Febb” maf aku sampe lupa menawarimu minum<br />“apa aja mas” jawab Febby<br /><br />Sampai didapur entah setan apa yang menghinggapiku aku mempunyai pikiran jelek untuk bisa memanfaatkan suasana dengan meniduri istri teman baikku tersebut, sejenak aku terdiam sendiri didapur tapi pikiran kotor itu malah tambah berputar-putar diotakku. Aku menuju kamarku sebentar untuk mengambil obat perangsang. Lalu aku mencampurkan obat persangsang tersebut dalam minumannya dan aku kembali keruang tamu. <b>Cerita Mesum HOT</b><br /><br />“Maaf agak lama ya Febb” ucapku<br />“iya gak papa kok mas,santai aja” jawab Febby<br />“itu silahkan diminum Febb”<br /><br />Lalu Febby pun meminumnya. Kita lanjut mengobrol biasa saja, Febby mulai bercerita panjang lebar tentang ketidak haromisan keluarganya akhir2 ini. Akupun menaggapinya dengan baik, memberikan saran-saran seakan-akan aku lebih dewasa. Setelah 20 menitan kita ngobrol panjang lebar Febby mulai merasa kegerahan (dalam hati aku berkata waah ini obat perangsangnya mulai bereaksi) dan akupun bertanya.<br /><br /><b><span style="font-size: large;">Cerita Sex Terbaru 2016</span></b><br /><br />“Kenapa kamu Febb”<br />“gak tau niih mas rasanya badanku panas semua” jawab Febby<br />“Sini deeh Febb masuk ruang tengah,ada kipas angin kok” ajakku<br />Febbypun masuk keruang tengah rumahku dan aku nyalakan kipas angin gantung.<br />“Febb aku tinggal sebentar ya,aku mau kekamar mandi” ucapku<br />“Iyha mas” jawab Febby<br /><br />Aku sengaja berpura-pura kekamar mandi untuk mengintip gimana reaksi Febby selanjutnya. Didalam aku melihat Febby mulai meraba-raba lehernya, mengudal-adul rambutnya, tangan yang satu memegang payudaranya sendiri, tangan yang satu memegang vaginanya meski Cuma dari luar celana yang ia kenakan. Aku didalam melihat Febby birahi akupun juga ikut terangsang dan tak lama aku keluar kembali keruang tengah dan aku melihat Febby sangat birahi. <b>Cerita Sex DaunMuda</b><br /><br />Tanpa banyak kata Febby langsung menarik tanganku dan langsung menciumiku. Febby melumat abis bibirku dan akupun yang sudah terangsang meladeni permainan bibir Febby. Terdengar suara lirih dari Febby “Puaskan aku mas”. Akupun tambah bersemangat mendengar lirihan Febby. Tangankupun segera merambat ke payudara Febby, sambil ciuman aku meremas remas payudara Febby, terasa sangat kenyal meskipun abru dari luar bajunya. Tangan Febbypun mulai memegang penisku yang sudah dari tadi sangat tegang dan kenceng sekali. <b>Cerita Sex Selingkuh</b><br /><br />Aku mulai membuka baju Febby, kubuka kancing bajunya satu persatu dan melepaskan BH nya sekalian dan tampaklah susu montok kenceng sekali milik Febby, aku yang sangat bernafsu langsung melumat kedua putting merah merona milik Febby. Febby mendesah kenikmatan “Aaaahhhh….Aaaahhhh..Puaskan aku mas” rintihan lirih Febby. Sambil melumat putting Febby tangank membuka celana Febby dan celana dakamnya kemudian aku memasukan jariku kedalam vagina Febby Febby tambah merintih “Aaaarrrggghhh….. Maaasssss….” Aku terus memasuk dan keluarkan jariku dari vagina Febby. 5 menit berselang Febby merintih “Maaasssss…… Akkuu… Keluuuuaaarrrr…….” Febby orgasme untuk yang pertama. <b>Cerita Sex HOT</b><br /><br />Setalah Febby orgasme aku menarik jariku dari vagina Febby kemudian menyorohkan penisku kemulut Febby dan Febbypun langsung melumat batang kejantananku tersebut dengan lahapnya. Kepalaku tersentak merasa kemnikmatan yang tiada taranya saat Febby melumat habis penisku. Sambil penisku dilahap oleh Febby tangankupun meremas remas payudaranya. 5 menit Febby mengulum penisku aku kemudian mencabut penisku dari mulut Febby dan mengarahkannya ke vaginanya. Kubuka lebar lebar kedua paha Febby dan perlahan kumasukan penisku “Blleeeeeesssss” seluruh penisku menancap di vaginanya. <b>Cerita Sex Seru</b><br /><br />Kumaju mundurkan penisku yang bersarang di vaginanya. Febby mendesah “AAaaaahhhhhh…” menikmati persetebuhan ini. Aku terus memompa vagina Febby yang terasa sangat menjepit itu. Sekitar 10 menit aku memompanya dengan posisi Febby dibawah aku inin berganti posisi dan mengangkat tubuh Febby jadi sekarang tubuh Febby berada diatasku menindihku. Goyangan-goyangan Febby terasa sangat nikmat sekali. Febby memompa penisku, memaju maundurkan pantatnya membuat dia selalu merintih kenikmatan. Sekitar 3 menit Febby memompaku rintihannya kembali keluar “Aaaahhhhh…Aaaahhhhhhhh…..Maaaaasssss… Andiiiin….. keluar lagi…… untuk kedua kalinya Febby orgasme, raut wajah puas menyelimuti Febby. <b>Cerita Ngentot</b><br /><br />Sesudah Febby orgasme untuk yang kedua kalinya aku berganti gaya, sekarang aku menyuruh Febby nungging atau yang terkenal gaya “doggy style”. Aku masukan penisku lagi ke memeknya,kusogok Febby dari belakang,kumaju mundurkan penisku dan sambil kuremas-remas dua gunung kembar Febby. “Aaaahhh,,,Maaasss….Maaaasss….Dasyat…..” terucap dari bibir Febby saat sedang kuodok dia dari belakang. “Ploooook….Plloookkk…..Pllllooookkk….suara benturan tubuhku dengan Febby menghiasi pergumulan ini. <b>Cerita Sex Selingkuh</b><br /><br />Sambil kusodok dia dari belakang salah satu jariku masuk kedalam anus Febby dan tanpa bertanya Febby pun mengangguk tanda dia setuju jika penisku menghantam anus Febby. Langsung saja kumasukkan penisku kedalam anus Febby. Sungguh luar biasa, rasanya sangat sempit sekali, penisku terasa seperti terjepit. Desahan Febby pun semakin mengeras ketika aku memasukkan penisku di anusnya “Oooouuuuuhhhhhh…..Oooouuuuhhhhh….” desahan Febby pun semakin membuat aku bersemangat. Kupercepat gerakanku memaju mundurkan penisku di anusnya.<br /><br />15 menit berselang aku rasakan kalo aku sudah mau orgasme aku mencabut penisku dari memeknya dan mengarahkan penisku di mulut Febby dan meminta Febby untuk mengulumnya. Dikulumlah penisku oleh Febby dengan sangat nafsu dan sekitar bebrapa menit Febby mengulum penisku aku menekan kepala Febby dan “crooootts….croootttsss…crooottsss….. terasa banyak sekali spermaku membasahi mulut Febby, Febby menelan abis semua spermaku lalu kukecup kening Febby sambil kubisikan “kamu sangat binal Febb” dan Febby pun hanya tersenyum.<br /><br />Kemudian aku mengajak Febby untuk mandi bersama membersihkan badannya dari air liur yang membasahi tubuh Febby. Dan saat mandi kembali penisku berdiri kencang, dan langsung kutarik Febby dan kembali lagi kita melakukan hubungan intin itu kurang lebih 30 menit. Setelah selesai dari kamar mandi kemudian kita menuju ruang tengah dan bersantai melihat televisi.<br /><br />Tibalah sore hari dan Febby pun berpamitan untuk pulang dan aku meng”iya”kannya dan tak lupa aku mengecup bibirnya untuk perpisahan kepuasan kita. Sesudah kejadian itu setiap Febby bertengkar dengan suaminya Febby selalu datang kerumahku dan selalu berakhir dengan berhubungan intim tanpa sepengetahuan suaminya yang dimana itu adalah teman baikku sendiri. Cerita Sex Dasyatnya Obat Perangsang Tempat Berbagi Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Sex Tante-Tante, Cerita Sex ABG, Cerita Sex Sedarah, Foto HOT, Foto Sex, Foto ... + Baca selengkapnya » 04.00 cerita seks No komentar CERITA HOT ISTRI ORANG, CERITA MESUM HOT, CERITA SEX SERU Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook CERITA SEX SERVISE OKE DARI PARTNER <div style="text-align: center;"><b>Tempat Berbagi Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Sex Tante-Tante, Cerita Sex ABG, Cerita Sex Sedarah, Foto HOT, Foto Sex, Foto Dewasa, Foto ABG Sange, Foto Gadis Hyper Sex, Foto SPG Bugil, Koleksi Memek Tante Girang</b></div><br /><h3 style="text-align: center;"><b>Cerita Sex Servise Oke Dari Partner</b></h3><br /><b>Cerita Sex 2016 –</b> perkelnalkan namaku Panca, aku bekerja disebuah perusahaan yang bergerak dibidang penyediaan barang jadi. Naaah diperusahaan itu aku diposisikan sebagai bagian penjualan. Aku sduah bekerja diperusahaan itu kurang lebih 4 tahun jadi aku banyak diberi kepercayaan oleh atasanku untuk mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan keluaran terbaru dariperusahaan, hingga aku harus ditugaskan keluar kota selama kurang lebih setengah tahun untuk mengurus perkembangan projek barang baru dari perusahaan itu.<br /><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWCsgxDzh_hteWXyf2PwYah9pxkLtsKuEFW8Ho6J0gS0ZU-45fvMVAs5OQm5olqT3oVhcaLpjLpXrV4Xcg8ojAOlEhoQpaYHd7q8kMfSOF2JzDVVbvxBMOSR0lTtv6KNGEo9mPBYsvb_KQ/s1600/Cerita+Sex+Servise+Oke+Dari+Partner.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Cerita Sex Servise Oke Dari Partner" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWCsgxDzh_hteWXyf2PwYah9pxkLtsKuEFW8Ho6J0gS0ZU-45fvMVAs5OQm5olqT3oVhcaLpjLpXrV4Xcg8ojAOlEhoQpaYHd7q8kMfSOF2JzDVVbvxBMOSR0lTtv6KNGEo9mPBYsvb_KQ/s400/Cerita+Sex+Servise+Oke+Dari+Partner.jpg" title="Cerita Sex Servise Oke Dari Partner" width="268" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small; text-align: start;"><b><span style="color: purple;">Cerita Sex Servise Oke Dari Partner</span></b></span></td></tr></tbody></table><br /><b>Cerita Dewasa Terbaru –</b> Perusahaanku bekerja sama dengan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang yang sama dengan perusahaanku. Kerja sama yang dijalin sudah hampir 2 tahun. Untuk urusanku ketika dilur kota aku selalu oleh Erna partner kerjaku. Dari mulai tempat aku tidur, makanku, semua kehidupanku ketika diluar kota semua yang mengurus adalah Erna, jadi aku dan Erna sudah sangat akrab sekali.<br /><br />Hubungan saya dengan Erna menjadi cukup dekat, karena kami banyak menghabiskan waktu berdua walaupun sebagian besar adalah urusan kantor. Erna sangat baik pada saya, dan dari tingkah lakunya saya dapat merasakan kalau Erna suka pada saya. Pertama-tama saya pikir kalau mungkin itu hanya perasaan saya saja. Walaupun dalam hati saya juga suka dengan dia, saya tidak berani untuk mengatakan atau memberi tanda-tanda kepada dia. Toh, saya baru beberapa hari kenal dengan dia dan memang untuk urusan wanita saya tergolong pemalu. Bagaimana kalau dia ternyata tidak ada perasaan apa-apa ke saya? Wah, bisa hancur hubungan baik yang telah saya bina dengan dia beberapa hari itu. <b>Cerita Mesum HOT</b><br /><br />Suatu sore setelah pulang kerja, Erna seperti biasa mengantar saya pulang ke mess. Saya menanyakan apakah dia mau mampir dulu sebelum pulang. Erna setuju dan masuk ke dalam mess bersama saya. Kami ngobrol-ngobrol sebentar, dan saya ajak Erna ke halaman belakang untuk duduk di kursi panjang dekat kolam renang. Kolam renangnya sangat menggoda, dan saya tanya Erna apakah dia mau menemani saya berenang. Dia bilang kalau sebenarnya dia mau, tapi tidak bawa baju renang dan baju ganti sama sekali. Saya menawarkan untuk memakai celana pendek dan kaos saya. <b>Cerita Ngentot</b><br /><br />“Nanti sekalian mandi di sini saja sebelum kita pergi makan malam..” kata saya.<br /><br />Erna setuju dan saya ke kamar untuk mengambil kaos dan celana pendek untuk dipinjamkan ke Erna. Saya sendiri juga berganti pakaian dan mengenakan celana pendek saya yang lain.<br /><br />Setelah berganti pakaian, kami pun berenang bersama. Karena baju kaos yang saya pinjamkan berwarna putih dan bahannya cukup tipis, buah dada Erna yang ukurannya di atas rata-rata tercetak cukup jelas walaupun dia masih memakai bra. Kami berenang sekitar 20 menit, dan setelah selesai saya pinjamkan Erna handuk untuk mandi di kamar saya yang kebetulan lebih bersih dari kamar mandi yang ada di ruang depan. Saya sendiri mandi di ruang depan. <b>Cerita Sex Terbaru</b><br /><br />Begitu selesai mandi, saya ke kamar saya untuk melihat apakah Erna sudah selesai atau belum. Ternyata Erna masih di kamar mandi, dan beberapa menit kemudian keluar dengan hanya memakai handuk yang dililitkan di badannya. Handuk yang saya pinjamkan tidak terlalu besar, sehingga hanya mampu menutupi sebagian buah dada dan sedikit pahanya. Belahan dadanya terlihat jelas dan mungkin sedikit lebih turun lagi putingnya akan terlihat. Dengan rambut yang masih basah, Erna terlihat sangat seksi. <b>“Ngesex ABG HOT”</b><br /><br />Erna berdiri di depan pintu kamar mandi dan bilang kalau dia harus mengeringkan bra dan celana dalamnya yang masih basah. Waktu Erna mengangkat kedua tangannya untuk menyibakkan rambutnya, handuknya terangkat dan kemaluannya terlihat. Saya tidak tahu apakah Erna sadar atau tidak kalau handuknya terlalu pendek dan tidak dapat menutupi kemaluannya. Rambut kemaluan Erna lumayan lebat. <b>“Ngentot Memek Perawan”</b><br /><br />Erna kemudian duduk di ranjang saya dan menanyakan apakah dia boleh menunggu sebentar di kamar saya sampai pakaian dalamnya kering. Tentu saja saya membolehkan, dan setelah mengobrol beberapa saat, Erna menyandarkan badannya ke sandaran ranjang dan menjulurkan kakinya ke depan. Kakinya yang panjang terlihat mulus. Melihat itu semua, kemaluan saya mulai menegang.<br /><br />Saya tanya dia, “Sambil nunggu celana kamu kering, mau aku pijitin nggak..?”<br /><br />“Mau dong, asal enak yah pijitannya..”<br /><br />Saya minta dia membalikkan badannya, dan saya mulai memijati kakinya. Beberapa saat kemudian saya mulai memberanikan diri untuk naik dan memijat pahanya. Erna sangat menikmati pijatan saya dan sepertinya dia juga sudah mulai terangsang. Hal ini terbukti dengan dibukanya kedua kakinya, sehingga kemaluannya terlihat dari belakang, walaupun tubuhnya masih dibalut handuk.<br /><br />Saya pun mulai memijat pahanya bagian dalam, dan terus naik sampai ke selangkangannya. Erna diam saja, dan saya memberanikan untuk mengelus kemaluannya dari belakang. Juga tidak ada reaksi selain desah nafas Erna tanda bahwa dia sudah terangsang dan menikmati apa yang saya lakukan.<br /><br />“Erna, buka yah handuknya biar lebih mudah..” kata saya.<br /><br />Tanpa diminta lagi, Erna membalikkan badannya dan melepaskan handuknya, sehingga tubuhnya sekarang telanjang bulat di depan saya. Buah dada Erna ternyata lumayan besar dan sangat indah. Ukurannya mungkin 36C dan putingnya berwarna kemerahan. <b>“Ngesex ABG HOT”</b><br /><br />“Ton, buka dong celana pendek kamu..!” pintanya.<br /><br />Saya berdiri dan melepaskan celana yang saya kenakan. Kemaluan saya sudah sangat menegang dan saya pun naik ke ranjang dan tiduran di sebelah Erna.<br /><br />“Kamu diam saja di ranjang, biar aku yang buat kamu senang..,” katanya.<br /><br />Saya pun tidur telentang, dan Erna naik ke badan saya dan mulai menciumi saya dengan penuh nafsu.<br /><br />Beberapa menit kemudian ciumannya dilepaskan, dan dia mulai menjilati badan saya dari leher, dada dan turun ke selangkangan saya. Erna belum menjilati kemaluan saya dan hanya menjilati selangkangan dan paha saya sebelah dalam. Saya sangat terangsang dan meminta Erna untuk memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya. Erna mulai menjilati kemaluan saya, dan sesaat kemudian memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya.<br /><br />Ternyata Erna sudah sangat ahli. Pasti dia sudah sering melakukannya dengan bekas pacarnya, pikir saya. Memang sebelum itu Erna pernah berpacaran dengan beberapa pria. Saya sendiri saat itu masih perjaka. Saya memang juga pernah berpacaran waktu kuliah, tetapi pacaran kami hanya sebatas heavy petting saja, dan kami belum pernah benar-benar melakukan hubungan sex. <b>“Ngesex ABG HOT”</b><br /><br />Saya minta Erna untuk membuat posisi 69, sehingga selangkangannya sekarang persis di depan hadapan wajah saya. Sambil Erna terus mengulum dan menjilati kemaluan saya, saya sendiri juga mulai menjilati kemaluannya. Ternyata kemaluannya berbau harum karena dia baru saja selesai mandi. Rambut kemaluannya juga lebat, sehingga saya perlu menyibakkannya terlebih dahulu sebelum dapat menjilati klitorisnya. Kami saling melakukan oral seks selama beberapa menit, dan setelah itu saya minta Erna untuk tiduran. Dia merebahkan badannya di ranjang, dan saya mulai menjilati buah dada dan putingnya.<br /><br />Erna sudah sangat terangsang, “Hmm.. hmm.. terus Ton.. terus..!”<br /><br />Saya terus menjilati tubuhnya sampai ke kemaluannya. Rambut kemaluannya saya sibakkan dan saya jilati bibir kemaluan dan klitorisnya. Cairan kemaluannya terasa di lidah saya. Tubuh Erna menggelinjang hebat dan pantatnya diangkat seolah-olah ingin saya menjilatinya lebih dalam lagi. Tangannya menekan kepala saya sampai hampir seluruh wajah saya terbenam di kemaluannya. Saya semakin bersemangat memainkan ujung lidah saya yang menyapu kemaluan Erna, dan kadang-kadang saya gigit perlahan klitorisnya. <b>“Ngentot Memek Perawan”</b><br /><br />Erna benar-benar menikmati apa yang saya lakukan, dan semakin membuka pahanya lebar-lebar. Dia terus menekan kepala saya dan menaik-turunkan pinggulnya.<br /><br />“Ah.. ah.. ah.. I’m coming, I’m coming..!” teriaknya.<br /><br />Saya terus menjilati klitorisnya dengan lebih cepat, dan sesaat kemudian dia berteriak, “Ahh.. Ahh.. Ahh..” tanda kalau dia sudah orgasme.<br /><br />Kemaluannya sudah sangat basah oleh cairan kemaluannya.<br /><br />Erna melenguh sebentar dan berkata, “Ton, masukin dong, saya mau nih..!”<br /><br />Saya bilang kalau saya belum pernah melakukan ini, dan takut kalau dia hamil.<br /><br />“Jangan takut, saya baru saja selesai mens kok, jadi pasti nggak bakalan hamil..”<br /><br />“Kamu di atas yah..!” kata saya.<br /><br />“Ya udah, tiduran sana..!”<br /><br />Saya tiduran dan Erna duduk di atas saya dan mulai memasukkan kemaluan saya ke vaginanya dengan perlahan. Wah, nikmat sekali.. ternyata begitu rasanya berhubungan seks yang sesungguhnya. Erna mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya dan kedua tangannya diangkat ke atas. Saya memegang kedua buah dadanya sambil Erna terus bergoyang, makin lama makin cepat.<br /><br />Beberapa saat kemudian saya sudah tidak tahan lagi dan ejakulasi sambil memeluk tubuh Erna erat-erat. Belum pernah saya merasakan kenikmatan seperti itu. Kami pun berciuman dan kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan badan yang penuh dengan keringat. Di kamar mandi saya menyabuni tubuh Erna dari atas ke bawah, dan hal yang sama juga dia lakukan ke saya. Khusus untuk kemaluannya, saya memberikan perhatian khusus dan dengan lembut menyabuni klitorisnya dan memasukkan jari saya untuk membersihkan vaginanya yang basah oleh air mani saya. Kelihatan kalau Erna sangat menikmati itu, dan kakinya pun dibuka lebar-lebar. <b>“Ngesex ABG HOT”</b><br /><br />Selesai mandi, kami kembali ke kamar dan membicarakan apa yang baru kami lakukan. Terus terang saya tidak pernah berpikir untuk melakukan hubungan seks dengan Erna secepat itu, karena kami belum lama kenal dan semuanya juga terjadi dengan tiba-tiba. Erna bilang kalau sebenarnya dia suka dengan saya dari awal, dan memang sudah mengharapkan untuk dapat melakukan ini dengan saya.<br /><br />Setelah kejadian itu, kami beberapa kali melakukan hubungan seks di mess sepulang dari kantor. Karena di mess tidak ada pembantu (pembantu hanya datang di pagi hari untuk membersihkan rumah atau mencuci baju), kami bebas melakukannya di luar kamar baik di ruang tamu, halaman belakang dan juga kolam renang. Benar-benar beberapa hari yang tidak dapat saya lupakan. Sayang hubungan kami tidak berlanjut setelah saya kembali ke Jakarta karena jarak yang memisahkan kami.<br /><br />Sebenarnya saya pernah minta Erna untuk pindah kerja ke Jakarta, tapi dia tidak mau dengan alasan orang tuanya tidak mengijinkan, karena dia anak satu-satunya. Juga mungkin bagi Erna saya hanyalah salah satu pria yang lewat dalam hidupnya. <b>“Ngentot Memek Perawan”</b> Cerita Sex Servise Oke Dari Partner Tempat Berbagi Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru 2016, Cerita Sex Tante-Tante, Cerita Sex ABG, Cerita Sex Sedarah, Foto HOT, Foto Sex, Foto ... + Baca selengkapnya » 21.00 cerita seks No komentar CERITA NGENTOT MEMEK ABG, CERITA NGENTOT PERAWAN, CERITA SEX DAUN MUDA Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook CERITA SEX UJIAN DARI DOSEN <b>Situs Terlengkap Untuk Cerita Dewasa Pribadi | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Hot | Cerita ABG | Cerita Tante-tante | Cerita Sex Jilbab | Seks Bergambar – Ujian dari Dosen.</b> Aku menghampiri dengan rasa tidak niat ke ruang dosen pak Heri, "Amel", sebuah suara memanggil.<br /><h2 style="text-align: center;">Cerita Dewasa Ujian dari Dosen</h2><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjv5yMrleOmNE24tiGughkvAPMs2JvagxDBdUwjcr-XOcve9qWBrSwppf-SI0qOZZtmk6t4oWw1Dijtt2912Bkbm3zKe5fPar3WxOJlSpiD1HMX7hpMBbJYDpCI0N33JX6b7w8jKIXap8/s1600/Cerita+Sex+Ujian+dari+Dosen.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="cerita sex Mahasiswi, cerita sex panas Mahasiswi, cerita sex terbaru Mahasiswi, cerita sex hot Mahasiswi, cerita sex foto mahasiswi cerita sex mesum mahasiswi cerita sex baru" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjv5yMrleOmNE24tiGughkvAPMs2JvagxDBdUwjcr-XOcve9qWBrSwppf-SI0qOZZtmk6t4oWw1Dijtt2912Bkbm3zKe5fPar3WxOJlSpiD1HMX7hpMBbJYDpCI0N33JX6b7w8jKIXap8/s400/Cerita+Sex+Ujian+dari+Dosen.jpg" title="Cerita Sex Ujian dari Dosen" width="312" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b><i>Cerita Mesum Ujian dari Dosen</i></b></td></tr></tbody></table>"Hei Ratna!."<br />"Ngapain kau cari-cari dosen killer itu?", Ratna itu bertanya heran.<br />"Tau nih, aku mau minta ujian susulan, sudah dua kali aku minta diundur terus, kenapa ya?."<br />"Idih jahat banget!".<br />"Makanya, aku takut nanti di raport merah, mata kuliah dia kan penting!, tauk nih, bentar ya aku masuk dulu!".<br />"He-eh deh, sampai nanti!" Ratna berlalu.<br /><br /><br />Dengan memberanikan diri aku mengetuk pintu.<br />"Masuk!", Sebuah suara yang amat ditakutinya menyilakannya masuk.<br />"Selamat siang pak!".<br />"Selamat siang, kamu siapa?", tanyanya tanpa meninggalkan pekerjaan yang sedang dikerjakannya.<br />"Saya Amel!". "Aku..?"<br />"Oh, yang mau minta ujian lagi itu ya?".<br />"Iya benar pak."<br />"Saya tidak ada waktu, nanti hari Mminggu saja kamu datang ke rumah saya, ini kartu nama saya", Katanya acuh tak acuh sambil menyerahkan kartu namanya.<br />"Ada lagi?" tanya dosen itu.<br />"Tidak pak, selamat siang!"<br />"Selamat siang!".<br /><br />Dengan lemas aku beranjak keluar dari ruangan itu. Kesal sekali rasanya, sudah belajar sampai larut malam, sampai di sini harus kembali lagi hari Minggu, huh! Mungkin hanya akulah yang hari Minggu masih berjalan sambil membawa tas hendak kuliah. Hari ini aku harus memenuhi ujian susulan di rumah Pak Heri, dosen berengsek itu.<br /><br />Rumah Pak Heri terletak di sebuah perumahan elite, di atas sebuah bukit, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Belum sempat memijit Bel pintu sudah terbuka, Seraut wajah yang sudah mulai tua tetapi tetap segar muncul.<br /><br />"Ehh! Amel, ayo masuk!", sapa orang itu yang tak lain adalah pak Heri sendiri.<br />"Permisi pak! Ibu mana?", tanyaku berbasa-basi.<br />"Ibu sedang pergi dengan anak-anak ke rumah neneknya!", sahut pak Heri ramah.<br />"Sebentar ya, katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan".<br />Tumben tidak sepeti biasanya ketika mengajar di kelas, dosen ini terkenal paling killer.<br /><br />Rumah Pak Heri tertata rapi. Dinding ruang tamunya bercat putih. Di sudut ruangan terdapat seperangkat lemari kaca temapat tersimpan berbagai barang hiasan porselin. Di tengahnya ada hamparan permadani berbulu, dan kursi sofa kelas satu.<br /><br />"Gimana sudah siap?", tanya pak Heri mengejutkan aku dari lamunannya.<br />"Eh sudah pak!"<br />"Sebenarnya, sebenarnya Amel tidak perlu mengikuti ulang susulan kalau....",<br />"Kalau! Kalau apa pak?", aku bertanya tak mengerti.<br /><br />Belum habis bicaranya, Pak Heri sudah menuburuk tubuhku.<br /><br />"Pak, apa-apaan ini?", tanyaku kaget sambil meronta mencoba melepaskan diri.<br />"Jangan berpura-pura Amel sayang, aku membutuhkannya dan kau membutuhkan nilai bukan, kau akan kululuskan asalkan mau melayani aku!", sahut lelaki itu sambil berusaha menciumi bibirku.<br /><br />Serentak Bulu kudukku berdiri. Geli, jijik, namun detah dari mana asalnya perasaan hasrat menggebu-gebu juga kembali menyerangku. Ingin rasanya membiarkan lelaki tua ini berlaku semaunya atas diriku.<br /><br />Harus kuakui memang, walaupun dia lebih pantas jadi bapakku, namun sebenarnya lelaki tua ini sering membuatku berdebar-debar juga kalau sedang mengajar. Tapi aku tetap berusaha meronta-ronta, untuk menaikkan harga diriku di mata Pak Heri.<br /><br />"Lepaskan, Pak jangan hhmmpppff!", kata-kataku tidak terselesaikan karena terburu bibirku tersumbat mulut pak Heri.<br /><br />Aku meronta dan berhasil melepaskan diri. Aku bangkit dan berlari menghindar. Namun entah mengapa aku justru berlari masuk ke sebuah kamar tidur.<br /><br />Kurapatkan tubuhku di sudut ruangan sambil mengatur kembali nafasku yang terengah-engah, entah mengapa birahiku sedemikian cepat naik. Seluruh wajahku terasa panas, kedua kakikupun terasa gemetar.<br /><br />Pak Heri seperti diberi kesempatan emas. Ia berjalan memasuki kamar dan mengunci pintunya. Lalu dengan perlahan ia mendekatiku. Tubuhku bergetar hebat manakala lelaki tua itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh diriku.<br /><br />Dengan sekali tarik aku jatuh ke pelukan Pak Heri, bibirku segera tersumbat bibir laki-laki tua itu. Terasa lidahnya yang kasap bermain menyapu telak di dalam mulutku. Perasaanku bercampur aduk jadi satu, benci, jijik bercampur dengan rasa ingin dicumbui yang semakin kuat hingga akhirnya akupun merasa sudah kepalang basah, hati kecilku juga menginginkannya.<br /><br />Terbayang olehku saat-saat aku dicumbui seperti itu oleh Aldy, entah sedang di mana dia sekarang. aku tidak menolak lagi. bahkan kini malah membalas dengan hangat.<br /><br />Merasa mendapat angin kini tangan Pak Heri bahkan makin berani menelusup di balik blouse yang aku pakai, tidak berhenti di situ, terus menelup ke balik beha yang aku pakai. Jantungku berdegup kencang ketika tangan laki-laki itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang ada di dadaku dengan gemas.<br /><br />Terasa benar, telapak tangannya yang kasap di permukaan buah dadaku, ditingkahi dengan jari-jarinya yang nakal mepermainkan puting susuku. Gemas sekali nampaknya dia. Tangannya makin lama makin kasar bergerak di dadaku ke kanan dan ke kiri.<br /><br /><br />Setelah puas, dengan tidak sabaran tangannya mulai melucuti pakaian yang aku pakai satu demi satu hingga berceceran di lantai. Hingga akhirnya aku hanya memakai secarik G-string saja. Bergegas pula Pak Heri melucuti kaos oblong dan sarungnya. Di baliknya menyembul batang penis laki-laki itu yang telah menegang, sebesar lengan Bayi.<br /><br /><br />Tak terasa aku menjerit ngeri, aku belum pernah melihat alat vital lelaki sebesar itu. Aku sedikit ngeri. Bisa jebol milikku dimasuki benda itu. Namun aku tak dapat menyembunyikan kekagumanku.<br /><br />Seolah ada pesona tersendiri hingga pandangan mataku terus tertuju ke benda itu. Pak Heri berjalan mendekatiku, tangannya meraih kunciran rambutku dan menariknya hingga ikatannya lepas dan rambutku bebas tergerai sampai ke punggung.<br /><br />"Kau Cantik sekali Amel", gumam pak Heri mengagumi kecantikanku.<br />Aku hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar pujian itu.<br /><br />Dengan lembut Pak Heri mendorong tubuhku sampai terduduk di pinggir kasur. Lalu ia menarik G-string, kain terakhir yang menutupi tubuhku dan dibuangnya ke lantai. Kini kami berdua telah telanjang bulat.<br /><br />Tanpa melepaskan kedua belah kakiku, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkanganku. Nafas laki-laki itu demikian memburu.<br /><br />Tak lama kemudian Pak membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu. Aku memejamkan mata, oohh, indahnya, aku sungguh menikmatinya, sampai-sampai tubuhku dibuat menggelinjang-gelinjang kegelian.<br /><br />"Pak!", rintihku memelas.<br /><br />"Pak, aku tak tahan lagi!", aku memelas sambil menggigit bibir.<br /><br />Sungguh aku tak tahan lagi mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan Pak Heri. Namun rupanya lelaki tua itu tidak peduli, bahkan senang melihat aku dalam keadaan demikian. Ini terlihat dari gerakan tangannya yang kini bahkan terjulur ke atas meremas-remas payudaraku, tetapi tidak menyudahi perbuatannya. Padahal aku sudah kewalahan dan telah sangat basah kuyup.<br /><br />"Paakk, aakkhh!", aku mengerang keras, kakinya menjepit kepala Pak Heri melampiaskan derita birahiku, kujambak rambut Pak Heri keras-keras.<br /><br />Kini aku tak peduli lagi bahwa lelaki itu adalah dosen yang aku hormati. Sungguh lihai laki-laki ini membangkitkan gairahku. aku yakin dengan nafsunya yang sebesar itu dia tentu sangat berpengalaman dalam hal ini, bahkan sangat mungkin sudah puluhan atau ratusan mahasiswi yang sudah digaulinya. Tapi apa peduliku?<br /><br />Tiba-tiba Pak Heri melepaskan diri, lalu ia berdiri di depanku yang masih terduduk di tepi ranjang dengan bagian bawah perutnya persis berada di depan wajahku. aku sudah tahu apa yang dia mau, namun tanpa sempat melakukannya sendiri, tangannya telah meraih kepalaku untuk dibawa mendekati kejantanannya yang aduh mak.., Sungguh besar itu.<br /><br />Tanpa melawan sama sekali aku membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum sekalian alat vital Pak Heri ke dalam mulutku hingga membuat lelaki itu melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulutku.<br /><br />Itupun sudah terasa penuh. Aku hampir sesak nafas dibuatnya. Aku pun bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutku. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidahku menyapu kepalanya.<br /><br /><br />Beberapa saat kemudian Pak Heri melepaskan diri, ia membaringkan aku di tempat tidur dan menyusul berbaring di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan di pinggangnya. Lalu Ia berusaha memasuki tubuhku belakang. Ketika itu pula kepala penis Pak Heri yang besar itu menggesek clitoris di liang senggamaku hingga aku merintih kenikmatan.<br /><br />Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku.<br /><br />Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku aku tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa detik.<br /><br /><br />Pak Heri cukup mengerti keadaan diriku, ketika dia selesai masuk seluruhnya dia memberi kesempatan padaku untuk menguasai diri beberapa saat. Sebelum kemudian dia mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat.<br /><br /><br />Aku sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap Pak Heri menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku lupa ingatan. Pak Heri menyetubuhi aku dengan cara itu. Sementara bibirnya tak hentinya melumat bibir, tengkuk dan leherku, tangannya selalu meremas-remas payudaraku. Aku dapat merasakan puting susuku mulai mengeras, runcing dan kaku.<br /><br />Aku bisa melihat bagaimana batang penis lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluanku. Aku selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalam. Milikku hampir tidak dapat menampung ukuran Pak Heri yang super itu, dan ini makin membuat Pak Heri tergila-gila.<br /><br />Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Pak Heri membalik tubuhku hingga menungging di hadapannya. Ia ingin pakai doggy style rupanya. Tangan lelaki itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua belah payudara aku yang kini menggantung berat ke bawah.<br /><br />Sebagai seorang wanita aku memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini aku kewalahan menghadapi Pak Heri. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia bertahan. Aku yang kini duduk mengangkangi tubuhnya hampir kehabisan nafas.<br /><br />Kupacu terus goyangan pinggulku, karena aku merasa sebentar lagi aku akan memperolehnya. Terus, terus, aku tak peduli lagi dengan gerakanku yang brutal ataupun suaraku yang kadang-kadang memekik menahan rasa luar biasa itu.<br /><br />Dan ketika klimaks itu sampai, aku tak peduli lagi, aku memekik keras sambil menjambak rambutnya. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhku mengejang. Sungguh hebat rasa yang kurasakan kali ini. Sungguh ironi memang, aku mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan orang yang aku sukai. Tapi masa bodohlah.<br /><br />Berkali-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku. Pak Heri kemudian kembali mengambil inisiatif. kini gantian Pak Heri yang menindihi tubuhku. Ia memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar.<br /><br />Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuhku. Sementara kami terus berpacu. Sungguh hebat laki-laki ini. Walaupun sudah berumur tapi masih bertahan segitu lama. Bahkan mengalahkan semua cowok-cowok yang pernah tidur denganku, walaupun mereka rata-rata sebaya denganku.<br /><br />Namun beberapa saat kemudian, Pak Heri mulai menggeram sambil mengeretakkan giginya. Tubuh lelaki tua itu bergetar hebat di atas tubuhku. Penisnya menyemburkan cairan kental yang hangat ke dalam liang kemaluanku dengan derasnya.<br /><br />Beberapa saat kemudian, perlahan-lahan kami memisahkan diri. Kami terbaring kelelahan di atas kasur itu. Nafasku yang tinggal satu-satu bercampur dengan bunyi nafasnya yang berat. Kami masing-masing terdiam mengumpulkan tenaga kami yang sudah tercerai berai.<br /><br />Aku sendiri terpejam sambil mencoba merasakan kenikmatan yang baru saja aku alami di sekujur tubuhku ini. Terasa benar ada cairan kental yang hangat perlahan-lahan meluncur masuk ke dalam liang vaginaku. Hangat dan sedikit gatal menggelitik.<br /><br />Bagian bawah tubuhku itu terasa benar-benar banjir, basah kuyub. Aku menggerakkan tanganku untuk menyeka bibir bawahku itu dan tanganku pun langsung dipenuhi dengan cairan kental berwarna putih susu yang berlepotan di sana.<br /><br />"Bukan main Amel, ternyata kau pun seperti kuda liar!" kata Pak Heri penuh kepuasan.<br />Aku yang berbaring menelungkup di atas kasur hanya tersenyum lemah. aku sungguh sangat kelelahan, kupejamkan mataku untuk sejenak beristirahat. Persetan dengan tubuhku yang masih telanjang bulat.<br /><br />Pak Heri kemudian bangkit berdiri, ia menyulut sebatang rokok. Lalu lelaki tua itu mulai mengenakan kembali pakaiannya. Aku pun dengan malas bangkit dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai.<br /><br />Sambil berpakaian ia bertanya,<br /><br />"Bagaimana dengan ujian saya pak?."<br />"Minggu depan kamu dapat mengambil hasilnya", sahut laki-laki itu pendek.<br />"Kenapa tidak besok pagi saja?", protes aku tak puas.<br />"Aku masih ingin bertemu kamu, selama seminggu ini aku minta agar kau tidak tidur dengan lelaki lain kecuali aku!", jawab Pak Heri.<br /><br />Aku sedikit terkejut dengan jawabannya itu. Tapi akupun segera dapat menguasai keadaanku. Rupanya dia belum puas dengan pelayanan habis-habisanku barusan.<br /><br />"Aku tidak bisa janji!", sahutku seenaknya sambil bangkit berdiri dan keluar dari kamar mencari kamar mandi.<br /><br />Pak Heri hanya mampu terbengong mendengar jawabanku yang seenaknya itu.<br /><br /> Aku sedang berjalan santai meninggalkan rumah pak Heri, ini pertemuanku yang ketiga dengan laki-laki itu demi menebus nilai ujianku yang selalu jeblok jika ujian dengan dia. Mungkin malah sengaja dibuat jeblok biar dia bisa main denganku.<br /><br />Dasar, namun harus kuakui, dia laki-laki hebat, daya tahannya sungguh luar biasa jika dibandingkan dengan usianya yang hapir mencapai usia pensiun itu. Bahkan dari pagi hingga sore hari ini dia masih sanggup menggarapku tiga kali, sekali di ruang tengah begitu aku datang, dan dua kali di kamar tidur. Aku sempat terlelap sesudahnya beberapa jam sebelum membersihkan diri dan pulang.<br />Berutung kali ini, aku bisa memaksanya menandatangani berkas ujian susulanku.<br /><br />"Masih ada mata kuliah Pengantar Berorganisasi dan Kepemimpinan?", katanya sambil membubuhkan nilai A di berkas ujianku.<br />"Selama bapak masih bisa memberiku nilai A", kataku pendek.<br />"Segeralah mendaftar, kuliah akan dimulai minggu depan!".<br />"Terima kasih pak!" kataku sambil tak lupa memberikan senyum semanis mungkin.<br /><br />"Amel!" teriakan seseorang mengejutkan lamunanku.<br /><br />Aku menoleh ke arah sumber suara tadi yang aku perkirakan berasal dari dalam mobil yang berjalan perlahan menghampiriku. Seseorang membuka pintu mobil itu, wajah yang sangat aku benci muncul dari balik pintu Mitsubishi Galant keluaran tahun terakhir itu.<br /><br />"Masuklah Amel."<br />"Tidak, terima kasih. Aku bisa jalan sendiri koq!", Aku masih mencoba menolak dengan halus.<br />"Ayolah, masa kau tega menolak ajakanku, padahal dengan pak Heri saja kau mau!".<br /><br />Aku tertegun sesaat, Bagai disambar petir di siang bolong.<br />"Da,Darimana kau tahu?".<br />"Nah, jadi benar kan, padahal aku tadi hanya menduga-duga!"<br />"Sialan!", Aku mengumpat di dalam hati,<br /><br />harusnya tadi aku bersikap lebih tenang, aku memang selalu nervous kalau ketemu cowok satu ini, rasanya ingin buru-buru pergi dari hadapannya dan tidak ingin melihat mukanya yang memang seram itu.<br /><br />Seperti tipikal orang Indonesia bagian daerah paling timur, cowok ini hitam tinggi besar dengan postur sedikit gemuk, janggut dan cambang yang tidak pernah dirapikan dengan rambut keritingnya yang dipelihara panjang ditambah dengan caranya memakai kemeja yang tidak pernah dikancingkan dengan benar sehingga memamerkan dadanya yang penuh bulu.<br /><br />Dengan asesoris kalung, gelang dan cincin emas, arloji rolex yang dihiasi berlian, cukup menunjukkan bahwa dia ini orang yang memang punya duit. Namun, aku menjadi muak dengan penampilan seperti itu.<br /><br />Dino memang salah satu jawara di kampus, anak buahnya banyak dan dengan kekuatan uang serta gaya jawara seperti itu membuat dia menjadi salah satu momok yang paling menakutkan di lingkungan kampus. Dia itu mahasiswa lama, dan mungkin bahkan tidak pernah lulus, namun tidak ada orang yang berani mengusik keberadaannya di kamus, bahkan dari kalangan akademik sekalipun.<br /><br />"Gimana? Masih tidak mau masuk?", tanya dia setengah mendesak.<br /><br />Aku tertegun sesaat, belum mau masuk. Aku memang sangat tidak menyukai laki-laki ini, Tetapi kelihatannya aku tidak punya pilihan lain, bisa-bisa semua orang tahu apa yang kuperbuat dengan pak Heri, dan aku sungguh-sungguh ingin menjaga rahasia ini, terutama terhadap Erwin, tunanganku.<br /><br />Namun saat ini aku benar benar terdesak dan ingin segera membiarkan masalah ini berlalu dariku. Makanya tanpa pikir panjang aku mengiyakan saja ajakannya.<br /><br />Dino tertawa penuh kemenangan, ia lalu berbicara dengan orang yang berada di sebelahnya supaya berpindah ke jok belakang. Aku membanting pantatku ke kursi mobil depan, dan pemuda itu langsung menancap gas. Sambil nyengir kuda. Kesenangan.<br /><br />"Ke mana kita?", tanyaku hambar.<br />"Lho? Mestinya aku yang harus tanya, kau mau ke mana?", tanya Dino pura-pura heran.<br />"Sudahlah Dino, tak usah berpura-pura lagi, kau mau apa?", Suaraku sudah sedemikian pasrahnya.<br />Aku sudah tidak mau berpikir panjang lagi untuk meminta dia menutup-nutupi perbuatanku. Orang yang duduk di belakangku tertawa.<br /><br />"Rupanya dia cukup mengerti apa kemauanmu Dino!", Dia berkomentar.<br />"Ah, diam kau Maki!" Rupanya orang itu namanya Maki, orang dengan penampilan hampir mirip dengan Dino kecuali rambutnya yang dipotong crew-cut.<br />"Bagaimana kalau ke rumahku saja? Aku sangat merindukanmu Amel!", pancing Dino.<br />"Sesukamulah!", Aku tahu benar memang itu yang diinginkannya.<br />Dino tertawa penuh kemenangan.<br /><br />Ia melarikan mobilnya makin kencang ke arah sebuah kompleks perumahan. Lalu mobil yang ditumpangi mereka memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup besar. Di pekarangan itu sudah ada 2 buah mobil lain, satu Mitsubishi Pajero dan satu lagi Toyota Great Corolla namun keduanya kelihatan diparkir sekenanya tak beraturan.<br /><br />Interior depan rumah itu sederhana saja. Cuma satu stel sofa, sebuah rak perabotan pecah belah. Tak lebih. Dindingnya polos. Demikian juga tempok ruang tengah. Terasa betapa luas dan kosongnya ruangan tengah itu, meski sebuah bar dengan rak minuman beraneka ragam terdapat di sudut ruangan, menghadap ke taman samping. Sebuah stereo set terpasang di ujung bar. Tampaknya baru saja dimatikan dengan tergesa-gesa. Pitanya sebagian tergantung keluar.<br /><br />Dari pintu samping kemudian muncul empat orang pemuda dan seorang gadis, yang jelas-jelas masih menggunakan seragam SMU. Mereka semua mengeluarkan suara setengah berbisik. Keempat orang laki-laki itu, tiga orang sepertinya sesuku dengan Dino atau sebangsanya, sedangkan yang satu lagi seperti bule dengan rambutnya yang gondrong.<br /><br />Sementara si gadis berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang hitam lurus dan panjang tergerai sampai ke pinggang, ia memakai bandana lebar di kepalanya dengan poni tebal menutupi dahinya.<br /><br />Wajahnya yang oval dan bermata sipit menandakan bahwa ia keturunan Cina atau sebangsanya. Harus kuakui dia memang cantik, seperti bintang film drama Mandarin. Berbeda dengan penampilan ketiga laki-laki itu, gadis ini kelihatannya bukan merupakan gerombolan mereka,<br /><br />Dilihat dari tampangnya yang masih lugu. Ia masih mengenakan seragam sebuah sekolah Katolik yang langsung bisa aku kenali karena memang khas. Namun entah mengapa dia bisa bergaul dengan orang-orang ini.<br /><br />Dino bertepuk tangan. Kemudian memperkenalkan diriku dengan mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal orang sebangsa Dino, Tito berbadan tambun dan yang bule namanya Marchell, sementara gadis SMU itu bernama Shelly. Mereka semua yang laki-laki memandang diriku dengan mata lapar membuat aku tanpa sadar menyilangkan tangan di depan dadaku, seolah-olah mereka bisa melihat tubuhku di balik pakaian yang aku kenakan ini.<br /><br />Tampak tak sabaran Dino menarik diriku ke loteng. Langsung menuju sebuah kamar yang ada di ujung. Kamar itu tidak berdaun pintu, sebenarnya lebih tepat disebut ruang penyangga antara teras dengan kamar-kamar yang lain Sebab di salah satu ujungnya merupakan pintu tembusan ke ruang lain.<br /><br />Di sana ada sebuah kasur yang terhampar begitu saja di lantai kamar. Dengan sprei yang sudah acak-acakan. Di sudut terdapat dua buah kursi sofa besar dan sebuah meja kaca yang mungil. Di bawahnya berserakan majalah-majalah yang cover depannya saja bisa membuat orang merinding. Bergambar perempuan-perempuan telanjang.<br /><br />Aku sadar bahkan sangat sadar, apa yang dimaui Dino di kamar ini. Aku beranjak ke jendela. Menutup gordynnya hingga ruangan itu kelihatan sedikit gelap. Namun tak lama, karena kemudian Dino menyalakan lampu.<br /><br />Aku berputar membelakangi Dino, dan mulai melucuti pakaian yang aku kenakan. Dari blouse, kemudian rok bawahanku kubiarkan meluncur bebas ke mata kakiku. Kemudian aku memutar balik badanku berbalik menghadap Dino.<br /><br />Betapa terkejutnya aku ketika aku berbalik, ternyata di hadapanku kini tidak hanya ada Dino, namun Maki juga sedang berdiri di situ sambil cengengesan. Dengan gerakan reflek, aku menyambar blouseku untuk menutupi tubuhku yang setengah telanjang. Melihat keterkejutanku, kedua laki-laki itu malah tertawa terbahak-bahak.<br /><br />"Ayolah Amel, Toh engkau juga sudah sering memperlihatkan tubuh telanjangmu kepada beberapa laki-laki lain?."<br />"Kurang ajar kau Dino!" Aku mengumpat sekenanya.<br />Wajah laki-laki itu berubah seketika, dari tertawa terbahak-bahak menjadi serius, sangat serius. Dengan tatapan yang sangat tajam dia berujar,<br />"Apakah engkau punya pilihan lain? Ayolah, lakukan saja dan sesudah selesai kita boleh melupakan kejadian ini."<br /><br />Aku tertegun, melayani dua orang sekaligus belum pernah aku lakukan sebelumnya. Apalagi orang-orang yang bertampang seram seperti ini. Tapi seperti yang dia bilang, aku tak punya pilihan lain. Seribu satu pertimbangan berkecamuk di kepalaku hingga membuat aku pusing.<br /><br />Tubuhku tanpa sadar sampai gemetaran, terasa sekali lututku lemas sepertinya aku sudah kehabisan tenaga karena digilir mereka berdua, padahal mereka sama sekali belum memulainya.<br /><br />Akhirnya, dengan sangat berat aku menggerakkan kedua tangan ke arah punggungku di mana aku bisa meraih kaitan BH yang aku pakai. Baju yang tadi aku pakai untuk menutupi bagian tubuhku dengan sendirinya terjatuh ke lantai.<br /><br />Dengan sekali sentakan halus BH-ku telah terlepas dan meluncur bebas dan sebelum terjatuh ke lantai kulemparkan benda itu ke arah Dino yang kemudian ditangkapnya dengan tangkas. Ia mencium bagian dalam mangkuk bra-ku dengan penuh perasaan.<br /><br />"Harum!", katanya.<br />Lalu ia seperti mencari-cari sesuatu dari benda itu, dan ketika ditemukannya ia berhenti.<br />"36B!", katanya pendek.<br />Rupanya ia pingin tahu berapa ukuran dadaku ini.<br />"BH-nya saja sudah sedemikian harum, apalagi isinya!", katanya seraya memberikan BH itu kepada Maki sehingga laki-laki itu juga ikut-ikutan menciumi benda itu.<br /><br />Namun demikian mata mereka tak pernah lepas menatap belahan payudaraku yang kini tidak tertutup apa-apa lagi.<br /><br />Aku kini hanya berdiri menunggu, dan tanpa diminta Dino melangkah mendekatiku. Ia meraih kepalaku. Tangannya meraih kunciran rambut dan melepaskannya hingga rambutku kini tergerai bebas sampai ke punggung.<br /><br />"Nah, dengan begini kau kelihatan lebih cantik!"<br /><br />Ia terus berjalan memutari tubuhku dan memelukku dari belakang. Ia sibakkan rambutku dan memindahkannya ke depan lewat pundak sebelah kiriku, sehingga bagian punggung sampai ke tengkukku bebas tanpa penghalang. Lalu ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk belakangku.<br /><br />Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua belah tangannya yang kekar dan berbulu yang tadi memeluk pinggangku kini mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudaraku dengan gemas. Aku masih menanggapinya dengan dingin dengan tidak bereaksi sama sekali selain memejamkan mataku.<br /><br />Dino rupanya tidak begitu suka aku bersikap pasif, dengan kasar ia menarik wajahku hingga bibirnya bisa melumat bibirku. Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi.<br /><br />Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun meronta-ronta.<br /><br />Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk menikmati perasaan itu dengan utuh. Tak ada gunanya aku menolak, hal itu akan membuatku lebih menderita lagi.<br /><br />Dengan kuluman lidah seperti itu, ditingkahi dengan remasan-remasan telapak tangannya di payudaraku sambil sekali-sekali ibu jari dan telunjuknya memilin-milin puting susuku, pertahananku akhirnya bobol juga.<br /><br />Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Dino mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan menggerakkan tangan meremas kepala Dino yang berada di belakangku.<br /><br />Sementara dengan ekor mataku aku melihat Maki beranjak berjalan menuju sofa dan duduk di sana, sambil pandangan matanya tidak pernah lepas dari kami berdua.<br /><br />Mungkin karena merasa sudah menguasai diriku, ciuman Dino terus merambat turun ke leherku, menghisapnya hingga aku menggelinjang. Lalu merosot lagi menelusup di balik ketiak dan merayap ke depan sampai akhirnya hinggap di salah satu pucuk bukit di dadaku,<br /><br />Dengan satu remasan yang gemas hingga membuat puting susuku melejit Dino untuk mengulumnya. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak memutari seluruh daerah puting susuku sebelum mulutnya mengenyot habis puting susuku itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya kempot.<br /><br />Tubuhku secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli yang luar biasa bercampur sedikit nyeri di bagian itu. Aku menggelinjang, melenguh apalagi ketika puting susuku digigit-gigit perlahan oleh Dino. Buah anggur yang ranum itu dipermainkan pula dengan lidah Dino yang kasap.<br /><br />Dipilin-pilinnya kesana kemari. Dikecupinya, dan disedotnya kuat-kuat sampai putingnya menempel pada telaknya. Aku merintih. Tanganku refleks meremas dan menarik kepalanya sehingga semakin membenam di kedua gunung kembarku yang putih dan padat.<br /><br />Aku sungguh tak tahu mengapa harus begitu pasrah kepada lelaki itu. Mengapa aku justeru tenggelam dalam permaianan itu?<br /><br />Semula aku hanya merasa terpaksa demi menutupi rahasia atas perbuatanku. Tapi kemudian nyatanya, permainan yang Dino mainkan begitu dalam. Dan aneh sekali, Tanpa sadar aku mulai mengikuti permainan yang dipimpin dengan cemerlang oleh Dino.<br /><br />"Amel,"<br />"Ya?,"<br />"Kau suka aku perlakukan seperti ini?". Aku hanya mengangguk.<br /><br />Dan memejamkan matanya. membiarkan payudaraku terus diremas-remas dan puting susunya dipilin perlahan. Aku menggeliat, merasakan nikmat yang luar biasa. Puting susu yang mungil itu hanya sebentar saja sudah berubah membengkak, keras dan mencuat semakin runcing.<br /><br />"Hsss, ah!", Aku mendesah saat merasakan jari-jari tangan lelaki itu mulai menyusup ke balik celana dalamku dan merayap mencari liang yang ada di selangkanganku.<br /><br />Dan ketika menemukannya Jari-jari tangan itu mula-mula mengusap-usap permukaannya, terus mengusap-usap dan ketika sudah terasa basah jarinya mulai merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu.<br /><br />Dalam posisi masih berdiri berhadapan, sambil terus mencumbui payudaraku, Dino meneruskan aksinya di dalam liang gelap yang sudah basah itu. Makin lama makin dalam. Aku sendiri semakin menggelinjang tak karuan, kedua buah jari yang ada di dalam liang vaginaku itu bergerak-gerak dengan liar.<br /><br />Bahkan kadang-kadang mencoba merenggangkan liang vaginaku hingga menganga. Dan yang membuat aku tambah gila, ia menggerak-gerakkan jarinya keluar masuk ke dalam liang vaginaku seolah-olah sedang menyetubuhiku. Aku tak kuasa untuk menahan diri.<br /><br />"Nggghh!", mulutku mulai meracau.<br /><br />Aku sungguh kewalahan dibuatnya hingga lututku terasa lemas hingga akhirnya akupun tak kuasa menahan tubuhku hingga merosot bersimpuh di lantai. Aku mencoba untuk mengatur nafasku yang terengah-engah.<br /><br />Aku sungguh tidak memperhatikan lagi yang kutahu kini tiba-tiba saja Dino telah berdiri telanjang bulat di hadapanku. Tubuhnya yang tinggi besar, hitam dan penuh bulu itu dengan angkuhnya berdiri mengangkang persis di depanku sehingga wajahku persis menghadap ke bagian selangkangannya. Disitu, aku melihat batang kejantanannya telah berdiri dengan tegaknya. Besar panjang kehitaman dengan bulu hitam yang lebat di daerah pangkalnya.<br /><br />Dengan sekali rengkuh, ia meraih kepalaku untuk ditarik mendekati daerah di bawah perutnya itu. Aku tahu apa yang dimauinya, bahkan sangat tahu ini adalah perbuatan yang sangat disukai para lelaki. Di mana ketika aku melakukan oral seks terhadap kelaminnya.<br /><br />Maka, dengan kepalang basah, kulakukan apa yang harus kulakukan. Benda itu telah masuk ke dalam mulutku dan menjadi permainan lidahku yang berputar mengitari ujung kepalanya yang bagaikan sebuah topi baja itu.<br /><br />Lalu berhenti ketika menemukan lubang yang berada persis di ujungnya. Lalu dengan segala kemampuanku aku mulai mengelomoh batang itu sambil kadang-kadang menghisapnya kuat-kuat sehingga pemiliknya bergetar hebat menahan rasa yang tak tertahankan.<br /><br />Pada saat itu aku sempat melirik ke arah sofa di mana Maki berada, dan ternyata laki-laki ini sudah mulai terbawa nafsu menyaksikan perbuatan kami berdua. Buktinya, ia telah mengeluarkan batang kejantanannya dan mengocoknya naik turun sambil berkali-kali menelan ludah.<br /><br />Konsentrasiku buyar ketika Dino menarik kepalaku hingga menjauh dari selangkangannya. Ia lalu menarik tubuhku hingga telentang di atas kasur yang terhampar di situ. Lalu dengan cepat ia melucuti celana dalamku dan dibuangnya jauh-jauh seakan-akan ia takut aku akan memakainya kembali.<br /><br />Untuk beberapa detik mata Dino nanar memandang bagian bawah tubuhku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi. Si Makipun sampai berdiri mendekat ke arah kami berdua seakan ia tidak puas memandang kami dari kejauhan.<br /><br />Namun beberapa detik kemudian, Dino mulai merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Paha kiriku diangkatnya dan disangkutkan ke pundaknya. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir vaginaku yang sudah sangat basah.<br /><br />Ada rasa geli menyerang di situ hingga aku menggelinjang dan memejamkan mata.<br /><br />Sedetik kemudian, aku merasakan ada benda lonjong yang mulai menyeruak ke dalam liang vaginaku. Aku menahan nafas ketika terasa ada benda asing mulai menyeruak di situ. Seperti biasanya, aku tak kuasa untuk menahan jeritanku pada saat pertama kali ada kejantanan laki-laki menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.<br /><br />Dengan perlahan namun pasti, kejantanan Dino meluncur masuk semakin dalam. Dan ketika sudah masuk setengahnya ia bahkan memasukkan sisanya dengan satu sentakan kasar hingga aku benar-benar berteriak karena terasa nyeri. Dan setelah itu, tanpa memberiku kesempatan untuk membiasakan diri dulu, Dino sudah bergoyang mencari kepuasannya sendiri.<br /><br />Dino menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kencang dan kasar menghunjam-hunjam ke dalam tubuhku hingga aku memekik keras setiap kali kejantanan Dino menyentak ke dalam. Pedih dan ngilu. Namun bercampur nikmat yang tak terkira.<br /><br />Ada sensasi aneh yang baru pertama kali kurasakan di mana di sela-sela rasa ngilu itu aku juga merasakan rasa nikmat yang tak terkira. Namun aku juga tidak bisa menguasai diriku lagi hingga aku sampai menangis menggebu-gebu, sakit keluhku setiap kali Dino menghunjam, tapi aku semakin mempererat pelukanku, Pedih, tapi aku juga tak bersedia Dino menyudahi perlakuannya terhadap diriku.<br /><br />Aku semakin merintih. Air mataku meleleh keluar. kami terus bergulat dalam posisi demikian. Sampai tiba-tiba ada rasa nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Aku telah orgasme. Ya, orgasme bersama dengan orang yang aku benci.<br /><br />Tubuhku mengejang selama beberapa puluh detik. Sebelum melemas. Namun Dino rupanya belum selesai. Ia kini membalikkan tubuhku hingga kini aku bertumpu pada kedua telapak tangan dan kedua lututku. Ia ingin meneruskannya dengan doggy style. Aku hanya pasrah saja.<br /><br />Kini ia menyetubuhiku dari belakang. Tangannya kini dengan leluasa berpindah-pindah dari pinggang, meremas pantat dan meremas payudaraku yang menggelantung berat ke bawah. Kini Dino bahkan lebih memperhebat serangannya. Ia bisa dengan leluasa menggoyangkan tubuhnya dengan cepat dan semakin kasar.<br /><br />Pada saat itu tanpa terasa, Maki telah duduk mengangkang di depanku. Laki-laki ini juga telah telanjang bulat. Ia menyodorkan batang penisnya ke dalam mulutku, tangannya meraih kepalaku dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang kejantanannya itu ke dalam mulutku.<br /><br />Kini aku melayani dua orang sekaligus. Dino yang sedang menyetubuhiku dari belakang. Dan Maki yang sedang memaksaku melakukan oral seks terhadap dirinya. Dino kadang-kadang malah menyorongkan kepalanya ke depan untuk menikmati payudaraku.<br /><br />Aku mengerang pelan setiap kali ia menghisap puting susuku. Dengan dua orang yang mengeroyokku aku sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa. Malahan aku merasa sangat terangsang dengan posisi seperti ini.<br /><br />Mereka menyetubuhiku dari dua arah, yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada di arah lainnya semakin menghunjam. Kadang-kadang aku hampir tersedak. Maki yang tampaknya mengerti kesulitanku mengalah dan hanya diam saja. Dino yang mengatur segala gerakan.<br /><br />Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar di sekujur tubuhku. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan diriku melambung di luar batas yang pernah kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali tubuhku mengejang, deras dan tanpa henti. Aku mengalami orgasme yang datang dengan beruntun seperti tak berkesudahan.<br /><br />Tidak lama kemudian Dino mengalami orgasme. Batang penisnya menyemprotkan air mani dengan deras ke dalam liang vaginaku. Benda itu menyentak-nyentak dengan hebat, seolah-olah ingin menjebol dinding vaginaku. Aku bisa merasakan air mani yang disemprotkannya banyak sekali, hingga sebagian meluap keluar meleleh di salah satu pahaku.<br /><br />Sesudah itu mereka berganti tempat. Maki mengambil alih perlakuan Dino. Masih dalam posisi doggy style. Batang kejantanannya dengan mulus meluncur masuk dalam sekali sampai menyentuh bibir rahimku. Ia bisa mudah melakukannya karena memang liang vaginaku sudah sangat licin dilumasi cairan yang keluar dari dalamnya dan sudah bercampur dengan air mani Dino yang sangat banyak.<br /><br />Permainan dilanjutkan. Aku kini tinggal melayani Maki seorang, karena Dino dengan nafas yang tersengal-sengal telah duduk telentang di atas sofa yang tadi diduduki Maki untuk mengumpulkan tenaga.<br /><br />Aku mengeluh pendek setiap kali Maki mendorong masuk miliknya. Maki terus memacu gerakkannya. Semakin lama semakin keras dan kasar hingga membuat aku merintih dan mengaduh tak berkesudahan.<br /><br />Pada saat itu masuk Bram dan Tito bersamaan ke dalam ruangan. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Lalu mereka duduk di lantai dan menonton adegan mesum yang sedang terjadi antara aku dan Maki.<br /><br />Bram nampak kelihatan tidak sabaran Tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Maki terus memacu menggebu-gebu. Laki-laki itu sibuk memacu sambil meremasi payudaraku yang menggelantung berat ke bawah.<br /><br />Sesaat kemudian tubuhku dibalikkan kembali telentang di atas kasur dan pada saat itu Bram dengan tangkas menyodorkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku sudah setengah sadar ketika Tito menggantikan Maki menggeluti tubuhku.<br /><br />Keadaanku sudah sedemikian acak-acakan. Rambut yang kusut masai. Tubuhku sudah bersimpah peluh. Tidak hanya keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga cucuran keringat dari para laki-laki yang bergantian menggauliku. Aku kini hanya telentang pasrah ditindihi tubuh gemuk Tito yang bergoyang-goyang di atasnya.<br /><br />Laki-laki gemuk itu mengangkangkan kedua belah pahaku lebar-lebar sambil terus menghunjam-hunjamkan miliknya ke dalam milikku. Sementara Bram tak pernah memberiku kesempatan yang cukup untuk bernafas. Ia terus saja menjejal-jejalkan miliknya ke dalam mulutku. Aku sendiri sudah tidak bisa mengotrol diriku lagi. Guncangan demi guncangan yang diakibatkan oleh gerakan Titolah yang membuat Bram makin terangsang. Bukan lagi kuluman dan jilatan yang harusnya aku lakukan dengan lidah dan mulutku.<br /><br />Dan ketika Tito melenguh panjang, ia mencapai orgasmenya dengan meremas kedua belah payudaraku kuat-kuat hingga aku berteriak mengaduh kesakitan. Lalu beberapa saat kemudian ia dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan diri dari diriku.<br /><br />Dan pada saat hampir bersamaan Bram juga mengerang keras. Batang kejantanannya yang masih berada di dalam mulutku bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat.<br /><br />Aku meronta, ingin mengeluarkan banda itu dari dalam mulutku, namun tangan Bram yang kokoh tetap menahan kepalaku dan aku tak kuasa meronta lagi karena memang tenagaku sudah hampir habis. Cairan kental yang hangat itu akhirnya tertelan olehku. Banyak sekali. Bahkan sampai meluap keluar membasahi daerah sekitar bibirku sampai meleleh ke leher.<br /><br />Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain dengan cepat mencoba menelan semua yang ada supaya tidak terlalu terasa di dalam mulutku. Aku memejamkan mata erat-erat, tubuhku mengejang melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada sensasi aneh yang luar biasa juga di dalam diriku. Sungguh sangat erotis merasakan siksa birahi semacam ini hingga akupun akhirnya orgasme panjang untuk ke sekian kalinya.<br /><br />Dengan ekor mataku aku kembali melihat seseorang masuk ke ruangan yang ternyata si bule dan orang itu juga mulai membuka celananya. Aku menggigit bibir, dan mulai menangis terisak-isak. Aku hanya bisa memejamkan mata ketika Marchell mulai menindihi tubuhku. Pasrah.<br /><br />Tidak lama kemudian setelah orang terakhir melaksanakan hasratnya pada diriku mereka keluar. aku merasa seluruh tubuhku luluh lantak. Setelah berhasil mengumpulkan cukup tenaga kembali, dengan terhuyung-huyung, aku bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaianku seadanya dan pergi mencari kamar mandi.<br /><br />Aku berpapasan dengan Dino yang muncul dari dalam sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Lelaki itu sedang sibuk mengancingkan retsluiting celananya. Masih sempat terlihat dari luar di dalam kamar itu, di atas tempat tidur tubuh Shelly yang telanjang sedang ditindihi oleh tubuh Maki yang bergerak-gerak cepat. Memacu naik turun. Gadis itu menggelinjang-gelinjang setiap kali Maki bergerak naik turun. Rupanya anak itu bernasib sama seperti diriku.<br /><br />"Di mana aku bisa menemukan kamar mandi?" tanyaku pada Dino.<br /><br />Tanpa menjawab, ia hanya menunjukkan tangannya ke sebuah pintu. Tanpa basa-basi lagi aku segera beranjak menuju pintu itu.<br /><br />Di sana aku mandi berendam air panas sambil mengangis. Aku tidak tahu saya sudah terjerumus ke dalam apa kini. Yang membuat aku benci kepada diriku sendiri, walaupun aku merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun demikian setiap kali teringat kejadian barusan, langsung saja selangkanganku basah lagi.<br /><br />Aku berendam di sana sangat lama, mungkin lebih dari satu jam lamanya. Setelah terasa kepenatan tubuhku agak berkurang aku menyudahi mandiku. Dengan berjalan tertatih-tatih aku melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mencari pintu keluar. Sudah hampir jam sebelas malam ketika aku keluar dari rumah itu.<br /><br />Sampai di dalam rumah, Aku langsung ngeloyor masuk ke kamar. Aku tak peduli dengan kakakku yang terheran-heran melihat tingkah lakuku yang tidak biasa, aku tak menyapanya karena memang sudah tidak ada keinginan untuk berbicara lagi malam ini. Aku tumpahkan segala perasaan campur aduk itu, kekesalan, dan sakit hati dengan menangis.<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu457NXDt-n3f6PPUNhQ7AqfzfRdLZ4IYZWZvzcGjZCNOWc5GvKXNdrYzRazPXAaquBUtK7f9mknj-YHLA1buL9zHlr8wY7d7Dk8pc0-xWfrH5qhhSbr0IU-cus6Oj7dheUyNtaPBBJ9o/s1600/line+copy.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru, Cerita Panas, Koleksi Cerita Dewasa, Cerita Porno 17 tahun Keatas" border="0" height="4" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu457NXDt-n3f6PPUNhQ7AqfzfRdLZ4IYZWZvzcGjZCNOWc5GvKXNdrYzRazPXAaquBUtK7f9mknj-YHLA1buL9zHlr8wY7d7Dk8pc0-xWfrH5qhhSbr0IU-cus6Oj7dheUyNtaPBBJ9o/s320/line+copy.png" title="Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru, Cerita Panas, Koleksi Cerita Dewasa, Cerita Porno 17 tahun Keatas" width="320" /></a></div><br /><b><i>CERITA SEX, KUMPULAN CERITA DEWASA, CERITA PANAS, KOLEKSI CERITA MESUM, CERITA SEKS, CERITA 17+, ANAK SMP BUGIL DAN SISWI SMA BUGIL TELANJANG, TANTE BUGIL, TANTE GIRANG BUGIL, TANTE GIRANG VAGINA MERAH BASAH, ABG TELANJANG SMA DAN VIDEO VAGINA MERAH BASAH, SEX CEWEK NGENTOT, SITUS VAGINA MERAH BASAH, KHUSUS ANAK SMP, CERITA SEX ABG, SUKA BUGIL, ABG FOTO BUGIL TERBARU, ABG NGENTOT MEMEK, ABG SITUS VAGINA MERAH BASAH, KHUSUS ANAK SMA, SITUS VAGINA MERAH BASAH, ABG HOT VAGINA MERAH BASAH, CERITA SEKS PEREK ANAK SMA, SMA TELANJANG, CEWEK SMA BUGIL, SISWI SMU BUGIL, DOWNLOAD PERGAULAN BEBAS ANAK ANAK SMA, MEMEK NGANGKANG DIENTOT, FILM VAGINA MERAH BASAH PANAS</i></b> Cerita Sex Ujian dari Dosen Situs Terlengkap Untuk Cerita Dewasa Pribadi | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Hot | Cerita ABG | Cerita Tante-t... + Baca selengkapnya » 19.22 cerita seks No komentar Cerita Seks Mahasiswi Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Postingan Lama Beranda Langganan: Postingan (Atom) * Populer * Kategori * Daftar isi POPULAR POSTS * Cerita Sex Ngentot Wanita Beranak Empat Cerita Sex Ngentot Wanita Beranak Empat Tempat Berbagi Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Tante-Tante, Cerita Sex ABG, Cerita Sex... * Adik Pacarku Merasa Keenakan Dientot Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Setelah sebelumnya cerita seks mesum Menanggung Akibat Dari Prestasi Yang ... * Birahi Seksku Meningkat Ketika Dia Mencium Bibirku, Dengan Cewek Temanku Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Cerita ini adalah cerita sex terbaru bergambar Selingkuh Hingga ML Dengan Pona... * Chika Diboking Dan Dientot Penuh Gairah Chika, gadis yang masih muda dengan wajah yang cantik dan sangat menggairahkan ini sekarang menjadi langganan para lelaki hidung belang untu... * Adikku Bisa Memuaskan Nafsu Birahi Seks Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Setelah sebelumnya cerita seks mesum Adik Pacarku Merasa Keenakan Dientot ... * Memekku Terasa Keenakan Dientot Kontol Om Tetangga Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Setelah sebelumnya ada cerita dewasa bergambar Bapak Kos Mesum Menggerayan... * Vagina Bule Istri Bossku Memang Terasa Nikmat Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Setelah sebelumnya ada cerita nafsu seks Memekku Terasa Keenakan Dientot K... * Selingkuh Nikmat Hingga Orgasme Berulang Kali Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Setelah sebelumnya cerita seks mesum Selesai Selingkuh Dengan Mertua, Kini... * Bapak Kos Mesum Menggerayangi Tubuh Montok Mona Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Setelah sebelumnya ada cerita sex bergambar Nafsu Seksnya Bu Guru Penggant... * Beruntungnya Aku, Mengetahui Ibuku Juga Menginginkan Dientot Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Setelah sebelumnya ada cerita dewasa terbaru bergambar Pemerkosaan Ini Terasa ... LABELS * ABG HYPER SEX * CERITA DEWASA SPG * Cerita Dewasa Terbaru * Cerita Dewasa Terpopuler * CERITA HOT ISTRI ORANG * Cerita Humor 17+ * Cerita Humor Dewasa * Cerita Kiriman Pembaca * CERITA MESUM ABG * CERITA MESUM HOT * CERITA MESUM JANDA BINAL * CERITA MESUM MODEL HOT * CERITA MESUM PRAMUGARI HOT * CERITA MESUM SPG * CERITA MESUM TANTE * CERITA MESUM TANTE HOT * CERITA NGENTOT MEMEK ABG * CERITA NGENTOT MODEL * CERITA NGENTOT PERAWAN * CERITA NGENTOT SPG * CERITA NGENTOT TANTE * Cerita Remaja 17+ * Cerita Seks * Cerita Seks ABG * Cerita Seks Abnormal * Cerita Seks Artis * Cerita Seks Bersambung * Cerita Seks Daun Muda * Cerita Seks Gigolo * Cerita Seks Guru * Cerita Seks Janda * Cerita seks Jilbab * Cerita Seks Karyawan * Cerita Seks Lesbi * Cerita Seks Mahasiswi * Cerita Seks Ngentot * Cerita Seks Party * Cerita Seks Paruh Baya * Cerita Seks Pelajar * Cerita Seks Pembantu * Cerita Seks Perawan * Cerita Seks Perkosa * Cerita Seks Perkosaan * Cerita Seks Pribadi * Cerita Seks PSK * Cerita Seks Sahabat * Cerita Seks Sedarah * Cerita Seks Selingkuh * Cerita Seks Sesama Jenis * Cerita Seks Tante * Cerita Seks Threesome * Cerita Seks TKI * Cerita Seks Tukar Pasangan * Cerita Seks Wanita Hamil * CERITA SELINGKUH * CERITA SEX ABG * CERITA SEX ABG 17 TAHUN * CERITA SEX BERJILBAB * CERITA SEX BISPAK * CERITA SEX DAUN MUDA * Cerita Sex Guru * Cerita Sex Hari Ini * CERITA SEX JANDA HOT * Cerita Sex Party * CERITA SEX PERAWAN * CERITA SEX PERKOSAAN * CERITA SEX PERSELINGKUHAN * CERITA SEX PRAMUGARI * CERITA SEX SEDARAH * CERITA SEX SERU * CERITA SEX TANTE GIRANG * Cerita Tukar Pasangan * Daun Muda * Foto Kiriman Pembaca * GADIS HYPER SEX * Istri * Janda * Jilbab * Mahasiswi * MEMEK PERAWAN * MEMEK TANTE GIRANG * NGENTOT MEMEK PRAMUGARI * NGENTOT TANTE HOT * Pemerkosaan * Perselingkuhan * Pesta Sex * Sedarah * Sesama Wanita * Setengah Baya * SPG HOT * Threesome * Tips Seksual * Umum DAFTAR ISI * ▼ 2015 (535) * ▼ Desember (116) * Cerita Sex Penuh dengan Nafsu * Cerita Sex Dasyatnya Obat Perangsang * Cerita Sex Servise Oke Dari Partner * Cerita Sex Ujian dari Dosen * Cerita Sex Perawanku Hilang di Kos * Cerita Sex Memek Tetangga Centil * Cerita Sex Lembur Kenikmatan * Cerita Sex Tubuhku dijual Suamiku * Cerita Sex Murid Nakal Bersama Guru 2st * Cerita Sex Tergoda Body Ovva * Cerita Sex Murid Nakal Bersama Guru 1st * Cerita Sex Kekasihku Pelacurku * Cerita Sex Liza Janda Binal * Cerita Sex Tanteku Super Hot * Cerita Sex Perkosa ABG Baru Menikah * Sudah Dapat Daun Muda, Dapat Tante Yang Memeknya M... * Cerita Sex Nikmatnya Memek Istri Sebelah Rumah * Cerita Sex Mamaku Selalu Horny * Mimpi Gue Untuk Merasakan Vagina Kakak Kelas Seora... * Cerita Sex Susu Buatan Maya * Cerita Sex Mita Janda Montok Menggoda * Cerita Sex Shortime Dengan SPG Provider * Cerita Sex Profesi Gigolo * Cerita Sex Dibalik Rok SMU * Cerita Sex Ngentot Model Majalah Porno * Cerita Sex Memuaskan Service Pasien * Cerita Sex Ngentot Memek Hot Pramugari * Bunga Gadis SMA * Terangsang Melihat Tante * Pembantu Lugu Korban Seks Majikan * Cerita Sex Guru SMU Mendesah Keenakan * Cerita Sex Janda Amoy Pemuas Nafsuku * Tante Siska Hot * Gadis Madiun * Gelinjang Teman Sekantor * Ibu Nisa * Nita Tetangga Baru * Di Balik Kerudung Nafsu Bergelora * Cerita Sex Ngentot Cewek Salon * Cerita Sex Tusuk Memek ABG Berseragam * Cerita Sex Ngentot Dua ABG Ditengah Guyuran Hujan * Cerita Sex Sesasi Kenikmatan Mesum * Cerita Sex ABG Hyper Sex Kesepian * Cerita Sex Sama Sama Hypersex * Cerita Dewasa Ngesex Dengan Pacar Kakak * Cerita Sex ABG : Kejutan Dari Sepupuku * Cerita Sex Tante Dasha Rupanya Lesbi * Cerita Sex Berempat Semakin Puas * Cerita Sex Berawal Dari Mamah Lanjut Tante Ulfa * Cerita Sex Ngentot Pemilik Kos Haus Sex * Cerita Sex Satu Ranjang Cewek Malaysia * Cerita Sex Meluapkan Nafsu Birahi * Cerita Mesum Ngesex Bersama Rista * Cerita Sex Tante Ajari Ngentot * Cerita Sex Birahi Tanteku Yang Montok * Cerita Sex Gejolak Birahi Tinggi * Cerita Sex Perawanku Kuserahkan Pada Bapak Kost * Cerita Sex Terbaru ABG Doyan Ngentot * Cerita Sex Berbagi Nikmat dengan Tetangga * Cerita Sex Memek Gadis Kecil * Cerita Sex Perawan Adik Ipar Yang Liar * Cerita Sex Pesta Seks Teman SMP * Cerita Sex Bercinta Dengan Hebatnya * Memperkosa Istri Binal Bos Besar * Ngentot Dengan Kakak Ipar * Foto Memek Ndut * Cerita Sex Om-Om Bertenaga Kuda * Cerita Sex digoda Tante Sange * Cerita Sex Tubuh Mungil Adikku * Cerita Sex Masuk Liang Kenikmatan * Cerita Sex Bersetubuh Tunangan Sahabat * Cerita Sex Mayang Ayam Kampus Haus Sex * Cerita Sex Crot di Memek Ijah * Cerita Sex Kakaku Hyper Sex * Cerita Sex Hubungan dengan Adikku * Cerita Sex Nara Pembantu Bahenol * Cerita Sex Berbagi Kasih Sopir Pribadi * Cerita Sex Bercinta dengan Holy * Cerita Sex Memek Perawan Adik Temanku * Cerita Sex Dari Ngintip ke Ranjang * Cerita Sex Pacar Baru Yang Binal * Cerita Sex Perawanku Direnggut Paksa * Cerita Sex Nafsu Liar Tina * Cerita Sex Sekretaris Dambaan Boss 2st * Anak Tunggal * Adik dan Mamaku * Diperkosa Bapak Kost * SPG Cantik Suka Ngentot * Selingkuh Dengan Wanita Hypersex * Cerita Sex Sekretaris Dambaan Boss 1st * Cerita Sex Pesona Maura Anak Ibu Kost * Cerita Sex Ibu Guru Koleksi Film Bokep * Cerita Sex Gangbang Penjaga Toko * Cerita Sex Terasa Memekku Berdenyut * Cerita Sex Satu Keluarga Bebas Ngentot * Cerita Sex ML Sama Mertua Di Pagi Hari * Cerita Sex Crot di Muka Chika * Cerita Sex Gangbang Gadis Perawan * Cerita Sex Punya Kamu Gurih Banget * Foto Janda Muda Doyan Ngentot * ► November (130) * ► Oktober (78) * ► September (23) * ► Agustus (21) * ► Juli (25) * ► Juni (66) * ► Mei (76) * ► 2012 (2) * ► Januari (2) * ► 2011 (25) * ► Desember (25) Kumpulan cerita seks dewasa bergambar update lengkap © 2015. All Rights Reserved. Powered by bokep indo Top