romeogadungan.com Open in urlscan Pro
216.18.201.99  Public Scan

Submitted URL: http://romeogadungan.com/review-jomblo-reboot
Effective URL: https://romeogadungan.com/review-jomblo-reboot
Submission: On April 15 via api from US — Scanned from DE

Form analysis 3 forms found in the DOM

POST https://romeogadungan.com/wp-comments-post.php

<form action="https://romeogadungan.com/wp-comments-post.php" method="post" id="commentform" class="comment-form" novalidate="">
  <p class="comment-notes"><span id="email-notes">Your email address will not be published.</span> <span class="required-field-message">Required fields are marked <span class="required">*</span></span></p>
  <p class="comment-form-comment"><label for="comment">Comment <span class="required">*</span></label> <textarea id="comment" name="comment" cols="45" rows="8" maxlength="65525" required=""></textarea></p>
  <p class="comment-form-author"><label for="author">Name <span class="required">*</span></label> <input id="author" name="author" type="text" value="" size="30" maxlength="245" autocomplete="name" required=""></p>
  <p class="comment-form-email"><label for="email">Email <span class="required">*</span></label> <input id="email" name="email" type="email" value="" size="30" maxlength="100" aria-describedby="email-notes" autocomplete="email" required=""></p>
  <p class="comment-form-url"><label for="url">Website</label> <input id="url" name="url" type="url" value="" size="30" maxlength="200" autocomplete="url"></p>
  <p class="form-submit"><input name="submit" type="submit" id="submit" class="submit" value="Post Comment"> <input type="hidden" name="comment_post_ID" value="3477" id="comment_post_ID">
    <input type="hidden" name="comment_parent" id="comment_parent" value="0">
  </p>
  <p style="display: none;"><input type="hidden" id="akismet_comment_nonce" name="akismet_comment_nonce" value="a64cea2e44"></p>
  <p style="display: none !important;" class="akismet-fields-container" data-prefix="ak_"><label>Δ<textarea name="ak_hp_textarea" cols="45" rows="8" maxlength="100"></textarea></label><input type="hidden" id="ak_js_1" name="ak_js"
      value="1713223609438">
    <script>
      document.getElementById("ak_js_1").setAttribute("value", (new Date()).getTime());
    </script>
  </p>
</form>

http://www.google.com

<form action="http://www.google.com" id="cse-search-box" target="_blank">
  <div>
    <input type="hidden" name="cx" value="partner-pub-5411638624313230:dxe109-v70q">
    <input type="hidden" name="ie" value="ISO-8859-1">
    <input type="text" name="q" size="31">
    <input type="submit" name="sa" value="Search">
  </div>
</form>

POST http://feedburner.google.com/fb/a/mailverify

<form style="border:1px solid #ccc;padding:3px;text-align:center;" action="http://feedburner.google.com/fb/a/mailverify" method="post" target="popupwindow"
  onsubmit="window.open('http://feedburner.google.com/fb/a/mailverify?uri=Romeogadungan', 'popupwindow', 'scrollbars=yes,width=550,height=520');return true">
  <p>Masukkan alamat email anda:</p>
  <p><input type="text" style="width:140px" name="email"></p>
  <p><input type="hidden" value="Romeogadungan" name="uri"><input type="hidden" name="loc" value="en_US"><input type="submit" value="Berlangganan"></p>
  <p>Delivered by <a href="http://feedburner.google.com" target="_blank" rel="noopener">FeedBurner</a></p>
</form>

Text Content

Menu
Romeogadungan.com
 * Home
 * Siapa romeogadungan?
 * Buku Saya
 * Kontak

Romeogadungan.com





[REVIEW] JOMBLO REBOOT

Posted on October 15, 2017October 15, 2017 by romeogadungan

Whoaaaa.. udah lama juga gue nggak nulis blog. Postingan terakhir yang ini, gue
tulis sekitar bulan Agustus, jadi hampir 3 bulan nggak ada tulisan baru.

Dan hiatus menulis kali ini harus berakhir demi sebuah review; Jomblo Reboot.

Sebelum gue tulis reviewnya, pertama-tama gue harus mengucapkan terima kasih ke
Kang Adhit yang sudah mengundang gue untuk bisa nonton premiere Jomblo Reboot.
Ucapan terima kasih ini juga sekalian berfungsi sebagai disclaimer terhadap
review yang mungkin nggak sesuai harapan Kang Adhit. Dan untuk kalian penggemar
para aktor di Jomblo Reboot, brace yourself. This might be brutal.

Agar lebih menjiwai tulisan ini, sebelumnya gue akan ngasih tau betapa dekatnya
Jomblo dengan hidup gue. Kalau gak salah, novel Jomblo itu pertama kali terbit
tahun 2003, dan diangkat jadi film sekitar tahun 2006.

Gue pertama kali membaca buku itu tahun 2005, di tahun pertama gue kuliah di
Bandung. Dan begitu membacanya, gue langsung jatuh cinta dengan ceritanya. Gue
sangat bisa relate ke kehidupan tokoh-tokoh di dalamnya. Mahasiswa, jomblo, dan
Bandung!



Apalagi saat tau ada tokoh yang sama-sama berasal dari Aceh yang namanya Olip.
Olip digambarkan sebagai jomblo pemalu, minder untuk ngajak cewek kenalan, tapi
berwatak keras. Gue sangat bisa relate ke Olip. Gue adalah Olip.

Akhirnya novel Jomblo gue rekomendasikan ke teman-teman yang lain. Dan begitu
tau Jomblo akan diangkat menjadi film, gue langsung menjadi sangat-sangat
bersemangat.

Masih ingat gue waktu di mana Opi (temen baik gue yang kuliah di sipil ITB)
marah-marah karena isu nama kampusnya akan diganti menjadi Universitas Negeri
Bandung (UNB), yang akhirnya kami tau itu cuma demi properti film semata.

Masih ingat juga gue gimana bersemangatnya gue nonton di bioskop untuk Jomblo
keluar untuk pertama kalinya. Dan masih segar ingatan gue, waktu tau Jomblo
bahkan akan dibuatkan tv seriesnya di RCTI (Yup, I watched that too).

Jomblo, literally, menjadi buku yang tumbuh besar bersama gue. Jomblo juga jadi
salah satu buku yang membuat gue ingin menjadi penulis. Dan Jomblo juga yang
menjadi pintu masuk semua karya Adhitya Mulya yang lain (Gege, Traveler’s Tale,
Catatan Mahasiswa Gila, Sabtu Bersama Bapak, Bajak Laut, gue punya semuanya).

Yang cover lama gue punya, hilang entah kemana. Gege yang cover lama gue juga
punya, tapi hilang. CMG dan Traveler’s Tale entah di mana. Aaand, there’s this.

Jadi begitu tau, setelah 11 tahun, bahwa Jomblo akan bangkit dari kubur dan
dijadikan film lagi, ada dua perasaan yang gue alami.

 1. Gue ikut senang, karena buku favorit gue akan kembali ke pasaran, kembali
    menghiasi bioskop, dan kembali bisa gue nikmati.
 2. Gue takut kecewa, kalau film yang baru akan mengkhianati ekspektasi gue.
    Menghancurkan semua kenangan indah yang sudah gue miliki dengan Jomblo.

Dan sepertinya, yang gue rasakan lebih banyak ke no.2

Saat pertama kali tau dari Kang Adhit kalau Jomblo Reboot ini memiliki cerita
yang baru, gue langsung me-reset ekspektasi gue ke level yang paling rendah.
Meskipun mau tidak mau, suka tidak suka, Jomblo Reboot (2017) akan dibandingkan
dengan Jomblo (2006). Setidaknya buat gue, dan apa yang akan gue tulis di
tulisan ini.

1. Cast

Kita mulai dari aspek yang paling gampang. Para pemain. Di otak gue, Agus adalah
Ringgo. Doni adalah Christian Sugiono, Olip adalah Rizky Hanggono. Bimo adalah
Denis. Rita adalah Richa Novisha, Asri adalah Rianti. dan Lani adalah Nadia
Safira.

Sulit untuk lepas dari mereka. Kenapa?

Semua pasangan karakter dan tokoh ini terasa pas sampai ke tulang.

Karakter Agus yang dari Bandung diperankan Ringgo yang memang dari Bandung. Doni
yang dari Jakarta diperankan Christian Sugiono yang emang keliatan anak Jakarta.
Atau bahkan Bimo yang dari Jogja diperankan Denis yang kayaknya emang orang
Jogja (atau aktingnya yang luar biasa bagus).

Semuanya terasa pas sampe ke karakter-karakter pendukung kayak Teh Guti (yang
diperankan Tieke) ataupun Mulyadi (yang diperankan oleh gak tau siapa).

Pemilihan cast yang cocok dengan karakter yang pas ini akan meningkatkan rasa
percaya para pembaca (atau penonton) terhadap jalan cerita. Ceritanya akan masuk
akal.

Gue nggak tau siapa yang bertanggung jawab untuk proses casting untuk Jomblo,
tapi pemilihan aktor dan aktris di Jomblo benar-benar pas dengan karakter yang
ada di bukunya.

Perasaan ‘pas’ seperti ini juga gue rasakan dengan film Ayat-Ayat Cinta dan
bukunya. Pas kan antara imajinasi di buku dengan tokoh filmnya?

Bandingkan dengan Jomblo Reboot.

Karakter Agus diperankan oleh Ge Pamungkas yang sama sekali tidak terasa seperti
orang Sunda. Karakter Doni yang dari Jakarta diperankan oleh Richard Kyle yang
bahkan ngomong bahasa Indonesia aja nggak lancar.

Dan yang paling nabrak, tentu saja karakter Bimo yang dari Jogja diperankan oleh
Arie Kriting yang dari Papua. Tentu saja dijelaskan kalau Arie adalah anak Papua
yang besar di Jogja (like it will make any difference at all).

Kuping gue berasa diiris setiap kali mendengar dialog Bimo (yang dari Jogja)
ngomong dengan logat Papua yang masih sangat kental. Gue nggak anti dengan logat
Papua, tapi ya kalau memang pemainnya adalah Arie Kriting, ya kenapa nggak
diubah aja menjadi karakter mahasiswa yang berasal dari Papua?

Bimo has been white-washed, or in this case… java-washed.

2. Karakter

Masalah berikutnya adalah karakter. Di Jomblo Reboot sepertinya tidak punya
cukup waktu untuk menumbuhkan karakter tokoh-tokohnya. Kita ambil tokoh Doni
yang playboy, yang diperankan oleh Richard Kyle.

Tokoh Doni yang playboy nggak sempat tumbuh menjadi tokoh Doni yang gue tau.
Nggak ada tips dan trik mendekati wanita yang diajarkan Doni kepada Agus dan
Bimo. Nggak ada kelakuan penuh perhatian Doni ke perempuan-perempuan yang lewat,
dan nggak ada mulut yang berbisa ala Doni yang bisa kita percaya.

Yang ada cuma potongan-potongan adegan Doni setengah telanjang bergumul dengan
perempuan yang diumbar kemana-mana di sepanjang film (tiba-tiba di kamar,
tiba-tiba di kolam renang, tiba-tiba di gudang).

Doni di Jomblo yang dulu (baik di buku dan di film) bisa membuat gue yakin kalau
dia sudah nidurin banyak cewek tanpa harus ada adegan buka baju sedikit pun.

Dan untuk Richard Kyle. Man, I have nothing against you, really.

But someone needs to stop casting Richard as an actor. At least in Indonesia.

Richard Kyle keliatan banget kepayahan untuk mengucapkan dialog-dialog sederhana
dalam bahasa Indonesia.

Kalau kata si Roy : “Kayak ada bule yang dijemput di airport trus langsung
diajak ke lokasi syuting.” His words, not mine. Bangke emang si Roy.

Masalah kurang kuatnya karakter ini bukan cuma dialami Doni, tapi juga Olip,
Bimo, Lani, Asri dan Rita. Gue jelasin lengkapnya di bagian plot.

3. Lokasi

Novel Jomblo itu berlokasi di Bandung dengan Universitas Negeri Bandung (yang
merupakan plesetan ITB) dan Universitas Jatinangor (Unjat) yang plesetan dari
Unpad.

Syutingnya pun beneran dilakukan di Bandung, Di kampus ITB, Braga, kos2an, Unpad
dll.

Di Jomblo Reboot, nama kota ini menjadi fiktif tanpa mengubah nama
universitasnya. Okelah, kita maafkan meskipun masih agak mengganggu.

Tapi sepertinya Jomblo Reboot ingin ikut mengendarai ombak kekinian yaitu ngajak
komika main film ‘lokasi syuting yang instagramable’. Ada beberapa perpindahan
lokasi yang sangat amat nabrak.

Yang dari settingan kos-kosan, trus tiba-tiba berantem di pantai tempat mereka
liburan di awal. Lha? Ini mereka gimana ceritanya tiba-tiba pindah ke pantai?
Naik buraq apa gimana?

Trus ada ke tempat yang mirip bubaran shalat Jumat tapi di tengah hutan. Terus
menari dan bernyanyi bersama di sana. Kurang random apalagi film ini?

Trus tiba-tiba ada adegan di sebuah festival yang gue nggak tau mau
menggambarkan apa. Acaranya malem, yang main DJ, tapi juga ada yang nyanyi, yang
isinya orang-orang jualan hijab kayak di bazaar-bazar, sekalian jualan… jus
organik?!

Pokoknya kacau lah.

4. Plot

Kekurangan utama untuk Jomblo Reboot adalah plotnya. Seperti dipaksakan untuk
lucu, ada banyak sekali adegan tempelan komedi slapstick yang bikin gue
geleng-geleng kepala.

Nggak cukup waktu untuk menguatkan konflik antar pemainnya. Seperti konflik
antara Olip dan Doni atau Bimo dan Agus.

Karena dipaksa lucu, ada banyak sekali adegan ‘kosong’. Adegan-adegan yang kalau
dikeluarkan tidak akan mempengaruhi alur cerita. Adegan bom, satpam, ampe
kuntilanak yang tiba-tiba muncul di kampus membuat lubang plot yang menganga
dimana-mana.

Akibatnya, konflik pun terasa mengada-ada dan harus diselesaikan dengan segera
karena pertimbangan durasi.

Cerita akan terasa dragging di awal dan tiba-tiba meluncur di akhir.

Di film ini, sulit sekali mengerti alasan kenapa Olip sangat marah ke Doni,
sahabatnya sendiri. Sulit mengerti kenapa Doni yang tiba-tiba jatuh cinta hanya
karena ditelanjangin (literally).

Juga sulit berada di sisi Lani untuk mengerti betapa pedihnya menjadi seorang
selingkuhan.

Semua konfliknya tiba-tiba ada dan tiba-tiba selesai.

Di film Jomblo (2006), semua konfliknya dibangun dengan rapi. Ditunjukkan kepada
kita bagaimana Olip jatuh cinta diam-diam kepada seorang wanita selama 3 tahun.
Diperlihatkan juga bagaimana Doni pelan-pelan bisa berubah karena seorang wanita
yang dia cintai. Dan kita juga dibawa bersama kepedihan Lani yang cuma dijadikan
simpanan Agus.

Ini menjadi sarana buat pembaca dan penonton untuk merasa dekat dengan cerita.
Yang akan membuat penonton merasa ‘gue juga bakalan gitu kalau di posisinya’.

Gue pertama kali ketemu Kang Adhit di Festival Penulis dan Pembaca yang dibikin
oleh Gagas Media tahun 2013. Waktu itu, Kang Adhit jadi pembicara dan gue datang
sebagai seorang pembaca yang bahkan belum pernah menulis buku.

Waktu itu gue tanya ke Kang Adhit.

“Kang, novel Jomblo lahir di era sebelum social media dimulai. Tapi gimana bisa
jadi best seller nasional padahal media promosinya terbatas?”

Jawaban kang Adhit hingga detik ini nempel di otak gue.

“Karena cerita Jomblo itu terasa dekat. Dan kunci dari menulis cerita yang bagus
adalah membuat orang bisa relate ke ceritanya.”

Tapi sepertinya tips ini dilupakan di Jomblo Reboot (2017).

5. Konflik

Akibatnya dipaksa harus lucu, dan lubang plot yang ada dimana-mana, ini akhirnya
membuat konflik yang terjadi di film benar-benar seperti tempelan.

Olip yang cuma nggak berani ngajak kenalan trus marah?

Doni yang tiba-tiba suka abis ditelanjangin di depan warga?

Bimo yang marah ke Agus trus nari sambil nyanyi-nyanyi beramai-ramai di bubaran
mesjid?

Konflik macam apa ini? Dan tiba-tiba, semuanya selesai karena alasan durasi.

6. Kesimpulan

Di akhir-akhir film, gue mengedarkan pandangan gue ke bioskop yang masih gelap.
Gue perhatikan demografis penonton Jomblo Reboot ini. Mayoritas memang umurnya
ada di bawah gue. Dan mereka tertawa terbahak-bahak menonton film ini.

Gue sampe bertanya ke Roy, apa cuma gue yang ngerasa aneh kayak gini? Ternyata
Roy juga merasakan hal yang sama.

Sedikit banyak, ini membuat gue berpikir ‘apakah ini selera pasar sekarang?’

Sebuah film yang dipaksa lucu karena bertaburan komika sehingga mengabaikan
unsur paling utama dalam satu cerita yaitu ‘common sense’?

Hampir semua aktor, aktris dan bahkan kang Adhit bilang kalau Jomblo Reboot
adalah film yang berbeda dari Jomblo (2006).

Dan gue harus akui, kalau hal itu memang benar. Buat gue, Jomblo selesai di
tahun 2006.

Agus, Olip, Doni dan Bimo telah lulus dari UNB dan kini telah menjalani
kehidupan mereka masing-masing.

Dan 11 tahun kemudian, gue membayangkan mereka berempat reuni ke bioskop, lalu
tertawa bersama-sama menonton sebuah copycat yang sangat jelek dari cerita
mereka yang dulu.

 


SHARING IS CARING:

 * Click to share on Facebook (Opens in new window)
 * Click to share on Twitter (Opens in new window)
 * Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
 * Click to email a link to a friend (Opens in new window)
 * 




14 THOUGHTS ON “[REVIEW] JOMBLO REBOOT”

 1.  Akbar says:
     October 15, 2017 at 8:45 pm
     
     Gak ada yg bisa ngalahin adegan dan dialog penutup Agus-Lani di cafe.
     
     Sayangnya, film ini digarap oleh sutradara yg sama, Hanung.

     
 2.  vachzar says:
     October 15, 2017 at 9:00 pm
     
     kebetulan gw belum nonton tapi udah baca novelnya yang reboot, dari cerita
     lu tentang plotnya keknya jauh beda ama versi novel reboot, ya?
     cuman novelnya pun berasa kurang, yang awalnya gw pikir karena novelnya
     diadaptasi dari naskah filmnya (bukan seperti yang lama, novel ke film)
     sehingga penggambaran adegannya banyak yang hambar, narasi-detail-kocak
     khas bang Adhitya juga berasa ilang.
     tapi setelah baca review lu bang, gw bersyukur karena detail ga jelas kek
     bom, kuntilanak gak ada di novelnya hhehe

     
 3.  Dinur says:
     October 15, 2017 at 9:48 pm
     
     tak kan ada cinta yang dapat merebut hatiku…..
     
     Kecuali dia……
     
     Agus Dubbing, lani adegan nangis keluar caffe
     (dia ga pernah secantik itu…. Dia ga pernah secantik itu)

     
 4.  Roy says:
     October 15, 2017 at 9:56 pm
     
     Plis deh. Me love Richard Kyle.

     
 5.  puty says:
     October 15, 2017 at 9:58 pm
     
     Reviewnya Tirta sesuai dengan ekspektasi gue walalupun gue baru liat
     trailernya…. :’))))
     
     Asli gue sebenernya waktu tau mau ada Jomblo Reboot kaya udah pengen
     teriak: KENAPA REBOOT SIHHH??? KENAPA GA REUNION AJAAA?? *kangen ama
     Christian Sugiono #lah*

     
 6.  ryan says:
     October 16, 2017 at 6:39 am
     
     Mungkin kata yg tepat bukan white-washed deh. White-washing biasanya
     dipakai buat tokoh non-white (misal: asian) yang justru diperankan oleh
     orang white.
     Jadi in this case mungkin bukan java-washed tapi malah papua-washed??
     cmiiw ya.
     btw. I loved your review man. Gw belum nonton film yg reboot tapi dulu gw
     terhibur banget sama jomblo 2006, dan mungkin gw bakal sependapat kalo udah
     nonton yg reboot.
     
     Sukses!

     
 7.  Raka says:
     October 16, 2017 at 11:37 am
     
     Gw terlalu takut untuk nonton, takut menghancurkan gambaran jomblo 2006
     yang udah perfect mulai dari plot, cast hingga soundtrack.
     
     Gw udah terlalu pesimis liat trailer sama castnya. Bimo orang papua? Agus
     ganteng? Come on… Even casting FTV lebih bagus daripada ini. Cuma
     mementingkan jumlah follower dan hype aktornya.
     
     Penyakit film indonesia sekarang : terlalu banyak komedi yang dipaksakan.
     Komedinya lebay, scenenya dipaksakan, plotnya gak masuk akal. Yang penting
     yang main komika terkenal, bodo amat soal plot yang penting laku. We have
     to stop watching these kind of movies so they stop producing these movies.

     
 8.  Faris says:
     October 16, 2017 at 1:52 pm
     
     “Yang dari settingan kos-kosan, trus tiba-tiba berantem di pantai tempat
     mereka liburan di awal. Lha? Ini mereka gimana ceritanya tiba-tiba pindah
     ke pantai? Naik buraq apa gimana?”
     
     -Ini aku kepikiran apa emang kos2an dan kampus mereka ada di dekat pantai ?
     Hahahahaha
     
     “Trus ada ke tempat yang mirip bubaran shalat Jumat tapi di tengah hutan.
     Terus menari dan bernyanyi bersama di sana. Kurang random apalagi film
     ini?”
     
     – Dimana Atap masjidnya ini sama persis dengan atap masjid yang terlihat
     dari adegan Agus mergokin Bimo lagi ada di belakang kampus, hanya angle nya
     aja yang berbeda.
     
     Satu-satunya yang bagus dari Film ini adalah Nasehat Teh Guti di akhir
     film.

     
 9.  Ranger Kimi says:
     October 16, 2017 at 2:04 pm
     
     Begitu tahu film ini dibikin ulang dan melihat para pemain filmnya, aku
     tahu aku gak bakal nonton film ini. Jomblo yang aku tahu gak kayak begini.
     Beda banget. Jomblo di 2006 itu sudah yang paling pas. Jomblo Reboot itu
     terkesan memaksakan. Demi mengejar pasar. Dan soal casting-nya sendiri,
     well, para komika memang lagi booming buat main film kan?

     
 10. Anggi says:
     October 16, 2017 at 6:31 pm
     
     Begitu tau ada film ini males nonton karena pasti bakal dibanding2in sama
     Jomblo (2006). Liat trailernya pun, ‘apaan sih?’. Nggak kayak film dulu
     yang selalu bikin nyeletuk ‘anjeeeenggg Doniiii’. Karena segitu sukanya
     sama film ini. Sayang bgt mesti di reboot.

     
 11. Pipin says:
     October 16, 2017 at 7:44 pm
     
     Udah feeling sih kalo film rebootnya ga akan bagus. Setelah baca review ini
     seperti ditegaskan. Tapi kalo konten novel rebootnya bagus malah. Namun
     kelemahan novelnya di bagian komedi yang ga selucu novel sebelumnya. Tapi
     sisi cerita novelnya lumayan puas, lebih matang. Mungkin bisa
     dipertimbangkan buat baca novelnya. Oh ia, saya juga bagian dari kumpulan
     yang tumbuh hidup dari Film Jomblo 2006.

     
 12. zakyghozt says:
     October 17, 2017 at 12:55 am
     
     Gue belom nonton Jomblo Reboot, dan sepertinya kaga bakal nyari bajakannya
     juga. Gue malah ngira itu gak ada sangkut pautnya sama Jomblo 2006. Film yg
     bagus itu emang yg relate dan kalau ditonton berulang-ulang tetep seru gak
     ngebosenin..

     
 13. adhitya says:
     October 17, 2017 at 10:31 am
     
     Hai Tirta.
     No need for any apologies nor any disclaimer.
     
     In fact gue, in all humbleness malah cukup tersanjung dengan review ini
     karena gue jadi tahu seberapa sukanya elo dengan karya itu. I can only
     thank you and nothing else (you often mentioned how much u love that story,
     gue baru tau sehardocre ini). Am saying this by being fully aware bahwa
     jomblo reboot pun ada flawnya. I am the least halu person you would know.
     
     Its ok to say what u want to say. Am always thankful. Meski menurut gue ada
     beberapa item yang offpoint. But thats not an issue tho. Thats your
     observation and within your rights.
     
     So yeah, thanks for being such hardcore fan of the original work!

     
 14. Steve says:
     August 11, 2018 at 2:27 pm
     
     Dear Mas Adhitya Mulya,
     
     Salam kenal. Saya salah satu dari penikmat original version of your
     masterpiece, Jomblo. Jujur, both novel and movie was very very delightful;
     even for today’s standard. Saya personally nempatin Jomblo di top 5 of my
     best movie list of all time.. Ga penting but i just wanna show you how big
     it is to me.
     
     Well, i won’t say much about the reboot version since Mas Tirta udah review
     panjang lebar di sini. Saya rasa udah cukup mewakili kekecewaan kami yang
     “die hard fans jomblo asli”, yang saya rasa.. banyak banget populasinya :)
     
     One thing that i’m trully sad is that deep down inside, saya selalu
     berharap Jomblo bisa dibuat reunion version nya, macam AADC 2 deh. Saya ga
     peduli dulu sempet acak2an pas dibikin versi sinetron yang ngegantung gitu
     aja ( I have a strong feeling that you, as a writer, was frustrated about
     the situation as well). Namun sepertinya saya harus terima bahwa Jomblo
     Reunion ga akan pernah kejadian, dengan dibuatnya Jomblo Reboot ini.
     
     Anyway, sukses terus mas buat karya – karya kedepannya. Semoga next
     karyanya bisa diterima lebih baik dari yang ini ya.
     
     Cheers
     
     n.b: baru selesai nonton jomblo reboot 5 menit lalu. Gosh how i miss Nadia
     Saphira’s act as Lani..

     


LEAVE A REPLY

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment *

Name *

Email *

Website





Δ

Custom Search


FIND ME ON FACEBOOK



TWITTER FEED


Tweets by @romeogadungan

LANGGANAN VIA E-MAIL

Masukkan alamat email anda:





Delivered by FeedBurner

FOLLOW ME ON TWITTER



POSTINGAN TERBARU

 * Cinta Sukarela
 * Kalimat Paling Sedih
 * Parkir Di Mana
 * Tiga Puluh Empat
 * Tiga Puluh Tiga

POPULAR POSTS

 * Mencoba Lari Lagi - BajakJKT 2014
 * Koreksi Felixsiauw
 * Mencoba Lari : #BajakJKT
 * Gue sakit GBS..
 * Pengalaman membuat paspor
 * Auditor itu..
 * Tuhan Sedang Bercanda
 * Cantik itu relatif? Think Again!
 * Day 1, Kuala Lumpur

KOMENTAR TERBARU

 * Abay on Parkir Di Mana
 * Fitri on Parkir Di Mana
 * tazki on Parkir Di Mana
 * febri on Parkir Di Mana
 * Icha Yosephine on Parkir Di Mana

ARCHIVES

Archives Select Month February 2024 January 2024 May 2022 April 2022 April 2021
September 2020 August 2020 May 2020 April 2020 April 2019 January 2019 June 2018
April 2018 February 2018 January 2018 December 2017 November 2017 October 2017
July 2017 April 2017 February 2017 December 2016 November 2016 October 2016
September 2016 August 2016 June 2016 April 2016 March 2016 February 2016 January
2016 December 2015 October 2015 September 2015 August 2015 July 2015 June 2015
May 2015 April 2015 March 2015 February 2015 January 2015 December 2014 November
2014 October 2014 August 2014 July 2014 June 2014 May 2014 April 2014 March 2014
February 2014 January 2014 December 2013 November 2013 October 2013 September
2013 August 2013 July 2013 June 2013 May 2013 April 2013 March 2013 February
2013 January 2013 December 2012 November 2012 October 2012 September 2012 August
2012 July 2012 June 2012 May 2012 April 2012 March 2012 February 2012 January
2012 December 2011 November 2011 October 2011 September 2011 August 2011 July
2011 June 2011 May 2011 April 2011 March 2011 February 2011 January 2011
December 2010 November 2010 October 2010 September 2010 August 2010 July 2010
June 2010 May 2010 April 2010 March 2010 February 2010



TAGS

#BajakJKT Aberdeen Adaptasi kuliah di Aberdeen Adaptasi kuliah di Luar Negeri
Adaptasi kuliah di Scotland Aplikasi Karikatur untuk android Beasiswa ke
Aberdeen Beasiswa Pemda Aceh ke UK Beasiswa S2 ke luar negeri Biaya Hidup Di
Aberdeen Biaya ke Sabang buku lucu. novel gagas media cerita travelling Gita
Wirjawan Hidup di Aberdeen Hotel murah di Sabang Jalan-jalan ke Derawan
jalan-jalan ke kalimantan kantor auditor kerja di KAP Kuliah di Aberdeen Kuliah
di Aberdeen University Liburan ke Derawan memantau kinerja blog meningkatkan
kinerja blog Mimpi S2 ke luar negeri Moman Xiangji For Android Moman XIangji
untuk iphone Nostalgila Novel Novel GagasMedia Novel komedi Novel komedi
GagasMedia Novel Komedi Indonesia Terbaru novel lucu Objek Wisata di Derawan
Objek Wisata di Sabang Pemikiran aneh Pengalaman kuliah di Aberdeen University
Pengalaman kuliah di UK rahasia pria Sekolah S2 ke eropa tips agar cepat move on
Tips patah hati wisata ke Aceh
©2024 Romeogadungan.com | Powered by Superb Themes
Menu
Romeogadungan.com
 * Home
 * Siapa romeogadungan?
 * Buku Saya
 * Kontak
 *